Yoshi dan yang lain telah kembali ke Seoul, ia menaiki taksi menuju ke rumah nya, sedangkan Rio, ia sedang menerima telpon dari Joseph.
"Dia sedang menginap di rumah teman nya, senin baru pulang"
"Wow, dia sudah punya teman?"
"Ya, aku pun juga terkejut, dia sangat pandai dan cepat menyesuaikan diri disini"
"Aku senang mendengar nya, karena selama pria itu belum tertangkap, aku tak akan tenang Rio"
"Ya aku mengerti, kita memiliki kekhawatiran yang sama"
"Apa dia merepotkan?"
"Tidak, dia anak yang baik dan penurut"
Ceklek
"Yoshi" kaget Rio melihat sang putra pulang lebih cepat.
"Dia sudah pulang? Bukan kah kamu bilang senin"
"Papa sedang berbicara dengan daddy boy" Yoshi mengabaikan nya
Bruk
Dan memilih untuk memeluk sang papa dengan erat, Rio pun kaget dengan perilaku Yoshi yang tak biasa.
"Pelukan dari orang yang papa rindukan" kata Yoshi, itulah kenapa ia tadi memeluk Rose, karena ia sengaja mencuri nya untuk sang ayah, mungkin Yoshi sadar akan kata-kata Ryujin.
"Ya, papa merindukan mu" Rio tersenyum lebar sambil membalas pelukan Yoshi.
"Hallo, Rio"
"Daddy" Rio memberitahu Yoshi, yang langsung mengambil alih ponsel sang ayah.
"Hallo dadd"
"Hey boy, papa bilang kamu menginap di rumah teman?"
"Iya, rencana pulang besok, tapi ternyata kami ada tugas mendadak, jadi jadwal pulang dipercepat"
"Seperti nya kamu mulai menikmati tinggal di Korea?"
"Ya begitulah dadd"
Rio menatap Yoshi dengan perasaan senang karena akhir nya ia menerima kehadiran nya sebagai ayah kandung, Rio tak pernah mengeluh akan sakit nya diabaikan Yoshi, tapi pelan-pelan akhir nya Yoshi pun luluh juga.
"Pa, Yoshi mengundang teman untuk mengerjakan tugas kuliah besok disini, bolehkan?" Tanya Yoshi.
"Tentu saja boleh boy" jawab Rio senang.
Hari minggu, Yoshi menjemput Ryujin, Lia dan Jae Hyuk ke asrama kampus, mereka sudah membuat janji untuk mencari bukti di rumah Yoshi.
"Selamat pagi uncle" sapa mereka begitu memasuki rumah Rio.
"Wah, selamat pagi, kalian sudah datang rupa nya" sambut Rio ramah.
"Ayo masuk, jangan sungkan, di kulkas sudah ada minuman dan camilan, kalian ambil sendiri ne, uncle mau belanja dulu" pamit Rio, yang ingin membuat Yoshi dan teman-teman nya leluasa.
Rio mengunjungi rumah Seulgi, yang sudah menikah dan memiliki anak berusia lima belas tahun, bernama Yeri.
"Tumben kemari?" Tanya Seulgi, ia menyuguhkan segelas kopi untuk sahabat nya itu.
"Iya, Yoshi mengundang teman-teman nya ke rumah untuk mengerjakan tugas, aku tak ingin membuat mereka sungkan, jadi datang kemari"
"Aku merasa aneh dengan salah satu teman Yoshi, Seul"
"Aneh bagaimana?"
"Anak itu, senyum nya sangat mirip dengan Rose"
"Itu hanya perasaan mu saja mungkin, karena masih menunggu Rose" Seulgi tak percaya.
Sedangkan di rumah Rio, keempat bocah itu nampak sibuk menggeledah seisi rumah, mencari benda apa saja yang bisa menjadi bukti bahwa wanita yang di maksud Rio dalam novel itu adalah Rose, tapi nihil, mereka tak menemukan apa-apa.
"Mungkin di laptop nya ada yang bisa kita jadikan bukti" ucap Jae Hyuk, keempat nya langsung menatap laptop yang tergeletak di meja depan tv.
"Yoshi" Ryujin memberi kode pada sang pemilik rumah, berlahan ia pun mendekat, membuka laptop sang ayah dengan tangan gemetar, lalu menyalakan.
Deg
"Mama" lirih Lia dengan suara gemetar, mereka semua terkejut.
Suara mobil Rio terdengar memasuki pekarangan.
"Uncle datang" seru Jae Hyuk, mereka lalu kembali ke posisi semula, Yoshi mematikan laptop sang ayah, Lia mengusap kasar air mata nya sendiri, Rio masuk sambil menenteng belanjaan nya, ia tersenyum menatap anak-anak masih sibuk dengan tugas nya.
"Uncle siapkan makan siang dulu ya, jangan buru-buru pulang" pesan Rio.
"Ne uncle" jawab Ryujin dan Jae Hyuk, Lia sudah tak sanggup untuk berkata-kata, di hadapan pria yang adalah ayah kandung nya, rindu sudah pasti, dia yakin Rio adalah ayah nya karena memiliki marga yang sama dengan nya.
"Tenang lah Lia, jangan buat uncle curiga" bisik Ryujin memberi semangat.
"Misi kita adalah mencari bukti, sebelum mempertemukan uncle dengan aunty" Jae Hyuk mengingatkan, Yoshi menatap cemas sang dongsaeng, Lia menatap Rio dari tempat ia duduk, pria dewasa itu sedang sibuk menyiapkan makan siang.
"Yoshi, ajak teman nya makan siang boy" panggil Rio dari dapur
"Ne pa"
"Ayo" ajak nya, Ryujin membantu Lia mengusap air mata nya agar Rio tak curiga.
"Ayo kita makan, jangan sungkan" ujar Rio, mereka pun makan berlima
"Wah, masakan uncle enak sekali" puji Ryujin, Rio terkekeh lucu
"Terima kasih, habiskan ya" Rio hanya memakan lauk ikan dan sayur saja, sedangkan yang lain ia siapkan untuk Yoshi dan kawan-kawan nya.
"Uncle suka ikan, padahal Yoshi membenci nya" kata Jae Hyuk.
"Uncle dulu juga tidak suka ikan sebenar nya, tapi Rose membuatku jadi gemar makan ikan sekarang"
"Siapa Rose, uncle?" Tanya Lia pura-pura tenang.
"Dia wanita yang spesial di hati uncle"
"Dulu, uncle tak pernah memasak, karena hanya uncle yang makan sendiri, lalu bertemu lah dengan wanita yang bernama Rose ini, dia sangat suka makan tapi tidak bisa memasak" Rio tertawa lucu mengingat Rose yang dulu selalu minta dimasakan makanan oleh Rio.
"Dari nya lah uncle belajar makan ikan, kami memacing bersama di danau tengah hutan, uncle berhenti memasak saat dia pergi, dan kembali ke dapur setelah Yoshi datang, karena ada yang memakan nya sekarang" lanjut Rio, Ryujin, Yoshi dan Jae Hyuk melirik Lia, yang terlihat kesulitan menelan makanan nya karena ia menangis dalam diam.
Sore nya, Yoshi mengantar teman-teman nya pulang, Lia menangis hebat, karena harus menahan rasa rindu pada sang ayah yang tak bisa ia luapkan padahal tepat berada di depan mata nya, Yoshi pun langsung memeluk nya, untuk menghibur sang dongsaeng.
"Anggap lah oppa adalah papa" ujar Yoshi yang malah membuat tangis Lia semakin menjadi.
"Sekarang, misi kita adalah untuk mempertemukan papa dan aunty" Yoshi akhir nya memilih untuk mempertemukan sang ayah dengan cinta sejati nya, dan rencana pun di susun.
#TBC