20. Dendam

618 135 31
                                    

Penjaga itu tersenyum miring menatap Rose yang masih terlentang dengan hidung berdarah, ia lalu berdiri tepat diatas Rose.

Bugh

Dan kembali memukulkan gagang senjata nya ke pipi Rose, gadis itu menatap nya dingin, tak ada rasa takut sama sekali meski mungkin nyawa nya bisa aja langsung melayang dalam hitungan detik.

"Bulleyes" ucap Rose.

"Apa?" Penjaga itu mengerutkan kening nya karena tak terlalu jelas dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rose.

Dor

Rose memejamkan kedua mata nya, karena darah penjaga tadi menyiprat ke arah nya, Jennie yang menembak, karena mendengar interuksi Rose yang menyebut bulleyes, arti nya target, yaitu Rose sendiri, karena posisi nya ia terjatuh, dan penjaga tadi berdiri jadi target di gps yang berada pada Jennie jadi berpindah ke penjaga tadi.

"Clear" ucap Rose, yang arti nya sudah tak ada lagi penjaga di mansion itu, karena yang lain pasti berada di pelabuhan, Rose berdiri, ia menghampiri Rio dengan langkah berlahan, menahan tangis sambil menggigit bibir bawah nya.

"Rio" lirih nya, sambil menangkup pipi kiri pria itu, tak ada reaksi, tapi Rose tahu jika Rio masih hidup.

"Jenno, Jaemin, ikut aku" Seulgi akan menyusul Rose untuk mengevakuasi Rio.

Klik

"Ikut aku!" Rose terbelalak, Jisoo menodongkan senjata nya tepat di kepala belakang Rose.

"Jalan" interuksi Jisoo.

"Tunggu Seul" Jennie mencegah Seulgi yang hendak menyusul Rose, kedua nya saling bertatapan mendengar suara Jisoo dari alat komunikasi yang mereka gunakan, Jennie kembali menatap ke arah mansion dengan teleskop nya, begitu juga Seulgi dengan teropong nya, Jisoo nampak menodongkan senjata pada Rose, keluar dari mansion lewat pintu depan.

"Ah sial, 1900 meter" geram Jennie, karena arti nya, senjata nya tidak akan sampai untuk menembak Jisoo.

"Mereka akan kemana?" Tanya Seulgi

"Aku pun tak tahu, cepat evakuasi Rio, aku tunggu disini untuk berjaga" kata Jennie

"Ayo" Seulgi melanjutkan rencana nya, mengevakuasi Rio bersama Jaemin dan Jenno.

Jisoo membawa Rose ke tengah hutan.

"Berhenti" ucap Jisoo, Rose menghentikan langkah nya, dan berbalik menatap sang unnie.

"Apa yang unnie mau?"

"Membunuh mu"

"Lakukan sekarang kalau begitu"

"Aargghh. . ." Jisoo kesal sendiri, bagaimana pun Rose adalah dongsaeng kandung nya, membunuh tak tega, tapi ia membenci Rose.

"Kenapa kamu meninggalkan unnie waktu itu!" Teriak Jisoo marah, tangis nya pun pecah, air mata dan amarah yang sudah ia tahan selama lima belas tahun terakhir pun akhir nya tumpah.

"Meski pria brengsek itu sudah mati, tapi aku tak akan pernah melupakan perbutan nya pada ku Rose, dan itu karena kamu, kamu yang meninggalkan unnie bersama iblis itu!" rancau Jisoo sambil terus berteriak.

"Kamu harus menebus apa yang sudah aku rasakan selama ini"

"Tidak!" Balas Rose

"Itu bukan salah ku, unnie sendiri yang memilih untuk bertahan dengan iblis itu" Rose membela diri.

"Kamu harus mati dan menyusul pria tua itu" Jisoo mengacung-acungkan senjata nya ke arah Rose.

"Seulgi cepat keluar, ada namja asing memasuki mansion" interuksi Jennie, Seulgi, Jenno dan Jaemin pun berhasil membawa Rio keluar meski dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Cepat bawa dia ke rumah sakit" perintah Seulgi.

"Sial, pria itu pergi ke arah Jisoo dan Rose berada" umpat Jennie, ia lalu berdiri, dan memanggul senjata laras panjang nya yang berbobot lebih dari tigabelas kilogram, berlari mengikuti arah pria yang tak lain adalah Bobby itu.

Jennie menemukan tempat yang pas, ia tak tahu menahu siapa Bobby, yang ia tahu, namja itu pasti bagian dari gembong narkoba Kim Woo Bin, jadi ia harus membunuh nya, tak ada pilihan lain, karena jika Rose akan melawan dua orang pasti kalah.

Dor

Bobby di tembak oleh Jennie, tubuh nya jatuh terguling menuruni bukit.

Sedangkan Jisoo dan Rose.

"Unnie tak bisa menyalahkan ku, itu pilihan unnie sendiri yang tak mau ikut dengan ku, aku sudah memaksa mu waktu itu unnie" jelas Rose.

"DIAM! dan bersiaplah ke neraka" teriak Jisoo histeris, sambil bercucuran air mata, Rose melirik ke arah samping Jisoo, ada pergerakan disana tapi ia tak tahu siapa, Jisoo pun mengokang senjata nya.

Rrooaarr. . .

Bruk

"Kyaaa. . ." Teriak Jisoo yang di terkam seekor beruang coklat, dan langsung dibawa lari memasuki hutan, Rose masih bisa mendengar suara teriakan unnie nya, tapi ia acuh, Rose memilih berlari untuk menemui Rio.

"Jennie, Seulgi" panggil nya lewat alat komunikasi mereka, nafas nya terengah karena ia sambil berlari

"Rio aman" balas  Jennie.

"Cepat, kamu dimana, Rio akan segera di bawa ke rumah sakit" kata Seulgi.

"Tunggu Seul, lima menit lagi aku sampai" Rose terus berlari membelah lebat nya hutan, tak peduli dengan luka dan darah yang mengiasi wajah nya.

"Lima menit lagi" ucap Seulgi pada petugas medis yang datang karena dia yang menelpon nya.

"RIO!" teriak Rose dari kejauhan, ia berusaha berlari semakin cepat.

"Rio" lirih nya, ia berdiri di samping bangsal ambulan, menatap lekat wajah pria yang tak sadarkan diri itu, sambil mengusap pipi nya, lalu bibir nya, Jennie dan Seulgi ikut menatap iba, haru, juga sedih, dua orang sama-sama rela saling berkorban, apa nama nya jika bukan cinta.

"Maaf nona, pasien dalam kondisi kritis, dia harus segera mendapatkan pertolongan" ujar sang petugas medis, Seulgi menarik pelan lengan Rose agar mundur dan memberi jalan bagi petugas untuk memasukan Rio ke dalam ambulan, lalu membawa nya pergi.

"Cepat, kamu juga harus segera pergi dari sini, sebentar lagi polisi datang, alin nya biar aku yang urus" ujar Seulgi.

"Terima kasih banyak Seul" ucap Rose, mereka lalu berpelukan sejenak.

"Jenn, meski kita baru kenal, tapi kamu bersedia membantu ku, kamu keren" puji Rose, mereka juga berpelukan.

"Terima kasih juga buat kalian" ucap Rose pada Jenno dan Jaemin, ia lalu menaiki motor nya.

"Rose" panggil Seulgi, gadis itu menoleh.

"Ingat, masih ada polisi yang baik dan terima kasih telah mempercayaiku" ucap Seulgi, Rose hanya mengacungkan ibu jari nya.

Jisoo menaruh dendam pada Rose karena ia merasa sang dongsaeng telah meninggalkan nya dan tak mengajak nya pergi, terlebih, setelah Rose tak ada otomatis dia lah yang di jadikan alat untuk memuaskan nafsu bejad sang ayah yang akhir nya meninggal karena usia.

#TBC

Smooking GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang