"Cari dia sampai dapat, harus dalam keadaan hidup" interuksi Jisoo pada anak buah nya.
"Baik nona" patuh mereka, yang di interuksikan untuk memburu Rose dalam keadaan hidup.
"Kamu harus mati ditangan ku Rose" gumam Jisoo marah, ia menaruh amarah pada sang dongsaeng, yang meninggalkan nya bersama sang ayah selama ini.
"Nona, pesanan dari China sudah mendarat di pelabuhan sektor C" beritahu salah satu anak buah Jisoo.
"Kita ke sana sekarang" Jisoo berjalan cepat keluar dari mansion sang ayah, dia sendirilah yang biasa nya mengechek kwalitas narkoba yang baru datang dari bandar terbesar nya, sebelum di lepas ke pasaran dalam paket hemat.
Selepas dari mengechek barang, Jisoo nampak termenung di pelabuhan, sambil mengawasi anak buah nya dalam bekerja, di temani Bobby di belakang nya, yang setia menjadi pengawal mereka semenjak Jisoo dan Rose masih kecil.
"Nona, mungkin aku tahu cara nya memancing agar Rose bersedia menyerahkan diri pada nona" ujar Bobby
"Maksud oppa?" Heran Jisoo
"Kita culik kekasih nya, namja yang waktu itu bersama Rose, seperti nya dia bukan tipe namja yang sulit untuk ditahklukan" ide Bobby.
"Ah, kenapa itu tak terpikirkan oleh ku" gumam Jisoo.
"Baik, cari alamat rumah nya" perintah Jisoo.
"Siap nona" Bobby pun segera pergi untuk mengumpulkan anak buah nya, guna mencari alamat rumah Rio.
Rio memejamkan kedua mata nya sambil berbaring diatas kasur nya, membayangkan wajah dingin Rose selama ini yang tanpa senyum sedikit pun pada nya apa pun yang terjadi dan apa pun yang mereka alami
"Bahkan, tanpa tersenyum pun kamu tetap cantik" gumam Rio memuji Rose, ia sama sekali tak memiliki foto gadis itu, karena saat mereka bersama, mampu membuat Rio jadi lupa segala nya, pusat dunia nya hanya terfokus pada gadis itu.
Rio nyaris terlelap, tapi matanya langsung kembali terbuka lebar ketika indera penciuman nya mengendus aroma asap rokok.
"Ini aroma rokok nya" batin Rio, ia langsung melompat turun dari kasur nya dan berlari keluar rumah.
"Rosie" panggil Rio sambil mengedarkan tatapan nya mencari keberadaan gadis itu, tapi nihil, karena Rio memang hanya berhalusinasi saking rindu nya.
Pagi nya Rio ke kantor dengan wajah pucat, lesu karena kurang tidur semalam, memikirkan Rose, merindukan gadis perokok itu.
"Kenapa wajah mu pucat sekali? Kamu sakit?" Tanya Krystal perhatian, dia sudah menunggu Rio di ruangan pegawai nya itu karena ingin menginterogasi tentang gadis yang kemarin menemui Rio.
"Aku kurang tidur" Rio menepis halus tangan sang atasan yang tengah mengechek suhu tubuh nya, Krystal mengerutkan kening nya, merasa aneh dan kaget dengan perlakuan Rio barusan.
"Apa karena gadis itu?" Tebak nya cemburu.
"Krys, aku malas bertengkar, kita bukan sepasang suami istri atau kekasih" elak Rio, ia tak mengiyakan atau membantah tebakan Krystal.
"Lalu apa? Kita selama ini bercinta dan kamu menikmati nya"
"Itu karena kamu yang meminta nya, kamu sudah bersuami Krys, aku memang mencintai mu selama ini, tapi setelah ku pikir-pikir, aku hanya kamu anggap sebagai tempat pelarian saat Joseph tak dirumah bukan?!" Kesal Rio, Krystal terdiam, kedua matanya berkaca-kaca.
"Aku juga mencintai mu Rio"
"Jika memang mencintai ku, bisakah kamu meninggalkan suami mu?" Krystal tak bisa menjawab, pikiran Rio yang kacau karena Rose membuat ia emosi, hingga ingin mengakhiri hubungan gelap nya dengan sang atasan.
"Kembali lah pada Joseph, Krys, dia adalah pria yang baik, aku tak mau dihantui perasaan bersalah nanti" lirih Rio, air mata Krystal pun mulai menetes.
"Apa kamu tak mencintai ku lagi?" Rio menggeleng.
"Kenapa?" Tanya Krystal sambil terisak.
"Karena kamu sudah ada yang memiliki, aku juga punya hati Krys, aku juga ingin memiliki yang pasangan yang hanya untuk ku sendiri, bukan untuk berbagi dengan namja lain, cinta tidak harus selalu bersama, jika itu menyakitkan, perpisahan adalah jalan yang terbaik" Krystal berbalik, meninggalkan ruangan Rio dan membanting pintu nya.
Blam!
"Jika sudah begini, apa dia akan mengakui mu nanti" batin nya sambil mengusap-usap perut nya yang masih rata, Krystal menangis meraung di ruangan nya, tanpa ada yang berani mengganggu nya.
Rio menghela nafas lelah, kepala nya semakin pusing karena pertengkaran nya dengan Krystal, Rio berpikir, jika ia tak mengakhiri hubungan nya tak sehat nya dengan Krystal, ia tak akan pernah bisa mendapatkan pasangan, apalagi, Rio memang berniat untuk memiliki Rose, meski tak yakin karena gadis itu milik wanita lain.
Rio tak jadi bekerja, kepalanya berdenyut nyeri, ia memilih keluar dengan mobil nya, yang ia kendarai entah akan kemana, tangan kiri Rio bertumpu pada jendela mobil nya, dan menopang kepala nya yang sakit.
"Ah, aku belum membeli kopi dan sarapan pagi ini" gumam nya setelah mendengar perut nya berbunyi, ia memutar arah menuju ke kedai kopi langganan nya untuk memesan minuman dan donat seperti biasa.
"Satu donat dan americano" pesan Rio, sang pelayan mengerutkan kening nya, karena biasa nya Rio membeli caramel machiato, tapi kali ini ia memesan kopi hitam, itu aneh.
Setelah mendapatkan pesanan nya, Rio pun keluar, dan berdiri di teras kedai, tempat biasa Rose merokok sambil menimati kopi nya.
"Mungkin dengan begini aku bisa sedikit mengobati rasa rindu ku pada mu Rose" batin Rio sambil menyesap minuman nya.
Terkadang, dengan mengunjungi tempat penuh kenangan akan membuat rindu kita pada sang pemilik akan terobati, tapi tak menutup kemungkinan, bisa saja justru rindu kian menggebu.
#TBC