"Kios mama" panik Lia sambil menepuk lengan Yoshi, kedua nya terpingkal lucu sambil berlari ke pasar, karena Rose tadi meninggalkan kios nya begitu saja tanpa menutup nya lebih dahulu, dan benar saja, beberapa orang pembeli nampak celingukan mencari sang pemilik kios.
"Ada yang bisa kami bantu tuan?" Tanya Lia ramah.
"Oh, anda penjual nya?"
"Iya, saya putri dari pemilik kios ini" balas Lia.
"Baiklah, saya minta kerang kipas, gurita" pembeli itu meminta beberapa jenis seafood, dengan bantuan Yoshi, Lia pun cekatan melayani pelanggan di kios sang mama, karena sudah terbiasa semenjak kecil.
"Ayo kita cari anak-anak, ini pasti rencana mereka" ajak Rose, ia lalu berdiri, bersama Rio, mereka berjalan menuju ke kios ikan milik Rose, Rio tentu tak sabar untuk segera bertemu dengan sang putri.
"Mereka kompak sekali" puji Rose tersenyum bangga melihat Yoshi dan Lia saling membantu melayani pembeli.
"Dari awal, aku sudah merasa ada yang aneh dengan mereka, tapi bukan sebagai sepasang kekasih" ujar Rio, mereka lalu mendekat.
Set
"Putri ku" Rio memeluk bahu sang putri dari belakang, dengan kedua lengan nya, Lia membeku, Yoshi tersenyum melihat sang ayah memeluk dongsaeng nya.
"P-papa" Lia menahan tangis.
"Ya sayang, ini papa" tangis Lia pun pecah, ia lalu membalikan badan nya dan memeluk erat sang ayah, Rio mengecupi kepala sang putri.
"A. . ." Yoshi hendak membuka mulut nya tapi sang ayah langsung memotong nya.
"Jangan berani memanggil nya aunty, mama" potong Rio, Yoshi memutar malas kedua mata nya, dan Lia tertawa dalam tangis nya.
"Karena hari ini istimewa, ayo kita makan yang istimewa juga, Alaskan king crap" seru Rose, Lia melepas pelukan sang ayah, yang membantu mengusap air mata nya.
"Yess" girang Yoshi mengangkat kedua tangan ke udara, senang karena tak jadi makan ikan, sebab ia yang menang taruhan, Lia memasang wajah masam nya, Rose dan Rio pun bingung, tak mengerti dengan apa yang terjadi pada dua bersaudara itu.
Rose menyiapkan king crap dan seafood lain nya yang masih segar untuk di bawa pulang, Rio dan Yoshi membantu menutup kios.
Mereka pulang berempat dengan Rio dan Yoshi yang menenteng bawaan mereka, sesampai di rumah, Lia langsung menyiapkan kamar nya karena akan di tempati oleh sang papa dan oppa nya, Rio menyiapkan bahan masakan, sedangkan Rose membersihkan seafood nya, Yoshi juga ikut membantu sang dongsseng meski lebih ke menggoda daripada membantu nya.
"Lia-yaa, cepat lah, oppa ingin berbaring" rengek Yoshi menjahili dongsaeng nya yang sedang mengambil sprei baru di lemari, Yoshi sendiri malah berbaring diatas kasur, dia sangat ingin membuat Lia kesal pada nya.
Sret
Lia tak mau kalah, ia langsung membuka sprei baru nya dan pura-pura tak melihat sang oppa.
"Yak! Lia, kamu sengaja ya?!" Malah Yoshi yang kesal sendiri.
"Mian oppa, Lia tidak melihat nya tadi" sang dongsaeng terkekeh lucu lalu nenarik sprei yang menutupi sang oppa.
"Awas saja nanti, kamu akan menerima hukuman dari oppa" ejek Yoshi sambil berjalan keluar kamar.
"Wah, king crap nya sudah matang pa?" Kaget Yoshi saat ke dapur dan menemukan seekor king crap kukus terhidang siap makan diatas meja.
"Iya, panggil dongsaeng mu, ajak dia makan malam bersama, hidangan sudah siap" perintah Rio.
"Ne pa" Yoshi kembali berbalik untuk memanggil sang dongsaeng.
"Lia-yaa, makan malam sudah siap" panggil nya.
"Ya oppa" Lia lalu membereskan sprei kotor nya, saat ia hendak ke ruang makan.
Hap
"Kyaaa. . . Oppaaaa. . ." Teriak Lia kaget, ia nyaris terhuyung tapi beruntung tangan nya langsung berpegangan pada kusen pintu, sebab sang oppa melompat ke punggung nya, Yoshi tertawa menang.
"Hukuman untuk kekalahan mu, seharian full, kemana lun oppa mau, Lia harus menggendong oppa" ucap Yoshi tengil.
"Yak, oppa kejam sekali" protes Lia.
"Bukan kejam, tapi menikmati kemenangan, ayo jalan" Yoshi melingkarkan kedua lengan nya dibahu sang dongsaeng.
"Ramai nya serasa memiliki bayi kembar" ujar Rio yang mendengar teriakan Lia dari dapur.
"Rumah ini terasa lebih hidup jadi nya" gumam Rose tersenyum senang, Lia berjalan dengan tertatih karena ada beban di punggung nya.
"Astaga oppa berat sekali, serasa menggendong seekor gajah" keluh Lia.
"Jangan mengeluh, ini karena kamu kalah, seperti pernah menggendong gajah saja" omel Yoshi.
"Pernah, ini sekarang Lia sedang menggendong gajah jantan"
"Yak, kamu mau hukuman mu bertambah, ok, jadi tiga hari" kesal Yoshi.
"Oppa curang, tidak bisa begitu" protes Lia, Rio dan Rose hanya menggeleng mendengar pertengkaran anak-anak mereka
"Sudah sudah ayo makan" potong Rose, ia duduk berdampingan dengan Rio, sedangkan Lia dengan Yoshi, sang ayah sibuk menggunting cangkang bagian kaki kepiting, untuk diambil daging nya.
"Ini untuk mama"
"Hyung"
"Dan noona" Rio membagi-bagikan daging kepiting raja nya pada tiga orang tercinta nya.
"Papa sendiri?" Tanya Lia perhatian
"Papa ikan nya saja, ayo makan" jawab Rio.
Nyam
"Woah, benar kata mama, daging kepiting nya enak" takjub Lia yang memang belum pernah makan kepiting raja, Rose menyuapi Rio agar ia ikut merasakan nya juga, Yoshi menatap cemburu.
"Yoshi hyung mau daging ikan?" Tanya Rio sengaja menjahili si sulung.
"Tidak" Yoshi menggeleng cepat, Lia pun terkekeh lucu menertawakan oppa nya yang bergidik ngeri.
Malam nya, seperti biasa, Rio terjaga karena insomnia nya, ia ke dapur untuk menyeduh kopi, dan membawa nya ke depan tv, mendengar suara sendok beradu dengan gelas, Rose pun terbangun, ia mengintip siapa yang membuat minuman tengah malam begini.
"Oppa"
"Eh, Rosie, maaf aku menyeduh kopi mu" sungkan Rio.
"Kenapa oppa tidak tidur?"
"Aku. . ."
"Aku. . ."
"Aku mengalami insomnia berat setelah kejadian itu" jujur Rio malu, Rose tersentak mendengar nya, ia lalu menyusul Rio duduk.
"Setiap kali aku tertidur, mimpi itu akan datang lagi, suara pukulan, teriakan, tawa orang-orang itu" Rose mendengar nya, sambil menggenggam tangan kanan Rio.
Keesokan hari nya, Rose terbangun, rupa nya ia tertidur di bahu Rio, dan pria itu masih belum tertidur rupa nya.
"Aku tertidur ya?" Rio hanya tersenyum.
"Ma, punya butter tidak?" Tanya Yoshi diatas punggung Lia yang sudah menggendong nya pagi-pagi begini sambil cemberut, rupanya anggota keluarga yang lain sudah terbangun.
"Di pintu kulkas rak nomor dua sayang" jawab Rose, ia kembali memejamkan kedua mata nya dan bersandar pada Rio, tersenyum sendiri karena ia merasa semua seperti mimpi.
#TBC