47. Mainan(END)

1K 141 52
                                    

Rio benar-benar memanjakan sang istri, yang tak boleh bekerja terlalu berat, hampir seemua tugas dia lah yang mengerjakan nya, mulai dari memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah, kadang Yoshi membantu, kadang, jika weekend, Lia juga pulang dan membantu sang ayah.

Perut Rose sudah semakin membesar, Rio hendak menghadiri seminar untuk menjadi pembicara, dan menjadi dosen tamu di kampus anak-anak nya.

"Makan siang sudah aku siapkan di kulkas, begitu juga dengan camilan nya jika kamu masih lapar, cukup hangatkan dengan microwive ok" pesan Rio pada sang istri.

"Astaga oppa aku bukan anak kecil" protes Rose

"Memang, tapi kamu adalah ratu di istana kecil ku" balas Rio, Rose tertawa dengan gombalan receh sang suami.

"Memang, tapi kamu adalah ratu di istana kecil ku" balas Rio, Rose tertawa dengan gombalan receh sang suami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sejak kapan suami ku jadi pandai merayu?"

"Semenjak aku mengenal mu" balas Rio sambil mengecup pipi sang istri.

"Aku pergi ya, hubungi aku jika terjadi sesuatu" pesan nya.

"Iya"

Dan suatu hari, Rio sedang bekerja, hanya ada Yoshi di rumah, bersama Lia, yang baru pulang dari kampus nya, Rose merasakan kontraksi di perut nya.

"Lia unnie" panggil Rose

"Ya ma?"

"Kemari sayang, tolong bantu mama" panggil nya tenang, Lia pun masuk ke kamar sang mama.

"Tolong bawa tas ini ke mobil oppa ne" pinta nya, Yoshi memang telah di belikan mobil oleh sang kakek, karena dia kerasan di Korea.

"Ya ma" Lia tak curiga, Rose mengikuti nya di belakang, dan menyadari bahwa air ketuban nya telah pecah.

"Yoshi oppa" panggil nya pada si sulung yang sedang bermain ponsel sambil rebahan di kamar nya

"Ya ma?" Yoshi menatap sang ibu

"Tolong antar mama periksa kandubgan rutin ya?" Pinta nya berbohong, karena tak ingin anak-anak panik, sebab Rio tak di rumah.

"Ya ma" Yoshi langsung berdiri, dan keluar bersama sang mama.

"Ayo, Lia juga ikut, temani mama nanti" dan Rose pun duduk dibangku depan, Yoshi dengan santai nya mengemudikan mobil nya menuju rumah sakit bersalin, tak ada yang curiga jika sang mama sudah waktu nya melahirkan, Rose mengambil ponsel nya, untuk menelpon sang suami.

"Hallo"

"Hallo oppa, dimana?"

"Masih di kampus, ada apa?"

"Aku dalam perjalanan ke rumah sakit, bersama anak-anak, air ketuban ku sudah pecah di rumah"

"APA MA?! kaget Lia dan Yoshi kompak, Rose kelepasan karena sejujur nya ia sudah menahan sakit karena kontraksi semenjak tadi.

"Kita harus buru-buru" panik Yoshi

"Yoshi oppa, dengar mama" Rose menepuk-nepuk pipi si sulung.

"Akan berbahaya jika Yoshi oppa mengebut di jalan, pelan-pelan saja ok"

"Tapi bagaimana jika dia keluar di mobil ma?" Cemas Lia.

"Tidak, tenang saja" anak-anak mudah diarahkan untuk tidak panik, tapi tidak dengan papa nya, yang langsung tancap gas, begitu mendengar sang istri akan melahirkan.

Mereka pun tiba di rumah sakit, wajah Yoshi dan Lia nampak tegang, cemas, takut juga khawatir.

"Tidak apa-apa, mama baik-baik saja" Rose berusaha meyakinkan anak-anak nya.

"Harap tunggu diluar" ujar seorang perawat menghentikan langkah Lia dab Yoshi di depan pintu ruang bersalin.

Setengah jam kemudian, sang ayah muncul dengan nafas tersengal, dan wajah tak tenang.

Setengah jam kemudian, sang ayah muncul dengan nafas tersengal, dan wajah tak tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa, mama sudah di dalam" beritahu Yoshi.

"Baiklah, kalian tunggu disini" Rio memasuki ruang bersalin, karena dia suami pasien jadi dijinkan untuk menemani, Lia langsung memeluk Yoshi, ia menangis takut.

"Jangan menangis, kita harus nya senang akan punya dongsaeng" hibur nya, Yoshi berpengalaman punya dongsaeng jadi dia lebih tenang.

Tak terasa, papa mereka sudah keluar sambil menggendong seorang bayi.

"Mainan baru mama sudah lahir, namja" seru nya, spontan Lia dan Yoshi pun menoleh.

"Papa" seru mereka lega juga girang.

"Mama bagaimana pa?" Tanya Lia.

"Mama baik-baik saja, dokter sedang mengobati nya" jawab Rio, Lia spontan memeluk sang ayah dan menangos lagi.

"Hey, kenapa menangis?" Heran Rio, Yoshi lalu mengambil alih sang dongsaeng dari gendongan papa nya.

"Lia takut" adu nya.

"Jangan takut, mama dan dongsaeng mu sehat semua" Rio mengusap air mata sang putri, Rose akhir nya dipindah ke ruang perawatan.

"Oppa, aku juga ingin menggendong nya" pinta Lia yang cemburu melihat Yoshi sedari tadi menggendong dongsaeng mereka.

"Memang berani?" Ejek nya

"Berani" remeh Lia.

"Coba duduk" perintah Yoshi, Lia pun duduk di sofa, dan sang oppa meletakan dongsaeng mereka dipangkuan Lia.

"Tunggu oppa, aku berubah pikiran" ucap Lia sambil tersenyum gemas, karena penasaran tapi tak berani.

"Tidak apa-apa, oppa jaga disini" Yoshi meyakinkan sang dongsaeng, Rio dan Rose hanya ikut tertawa melihat keributan yang tercipta oleh Lia dan Yoshi.

"Pa, nama nya siapa?" Tanya Yoshi yang berjaga di depan Lia.

"Lee Junghwan" jawab sang ayah.

Keluarga Rio telah lengkap, dengan tiga orang anak, dua namja dan satu yeoja.

Ketika Tuhan telah menggariskan nasib seseorang, itu adalah yang terbaik bagi ciptaanNya, Rio dan Rose, setelah mereka bertemu, pelan tapi pasti, kedua nya mulai berubah ke arah yang lebih baik, Rio yang sudah tak main dengan istri orang lagi, dan Rose yang berhasil menghentikan hobby merokok nya, mereka kini hidup lebih sehat, dan lebih bahagia, kedua nya saling melengkapi, dan kehadiran anak-anak lah yang menyempurnakan nya.





E N D

 

 

 

Masih ada epilog

Smooking GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang