di sudut kamar di sebuah kota yang berjuluk , kota seniman yaitu kota 'Jogja'
duduk dengan baju kaos putih kebesaran dan celana pendek santai
harum kopi semerbak memenuhi sebuah kamar dengan beberapa ornamen kayu dan alunan musik indi yang mengalun dengan sedang, tak terlalu keras juga tak terlalu pelan
menatap matahari dari balik jendela kamarnya
gadis tinggi memiliki lesung pipi itu sesekali memejamkan matanya menikmati rasa pait dari kopi yang ia sisit sembari menghembuskan udara pelan dari mulutnya
"Apa hal yang lebih baik dari menikmati senja dengan secangkir kopi hitam?" lirihnya
sejenak ia meletakan kopinya dan bangkit mengambil sebatang rokok dari saku rok sekolahnya
menaruhnya di mulutnya
'Tas tas'
suara korek gas menyala dan dengan cekatan ia mnimbun ujung rokoknya
menyisitnya dalam
"Ahh.. apa beban di hidupmu hai langit?,
jika udaramu sudah cukup untuk ku hirup,
lalu apa yang bisa di katakan asap yang ku hembuskan ,
bahkan zat kimia aktiv dengan racun pun akan terlihat menyenangkan"
kembali tuturnya sembari memejamkan matanya
'DOR DOR DOR'
"SHANN... SHANII" Panggilan mamanya sembari mengetuk pintu dengan cepat di balik pintu seketika membuat nya tercekat
"Anjir, belum sebat" umpatnya dengan cepat mematikan puntung rokoknya
tangannya cepat meraih pengharum ruangan
"Sroottt ....." ia menyemprotkan pengharum beraroma lavender keseluruh ruangan kamrnya
'Ceklek'
"apa sih mah?'' ucapnya agak kesal
"ngapain sih lama banget?"
"itu , shani dari kamar mandi" bohongnya
"Kamu gk lagi ngerokok kan?!"
"a-apaan sih , orang gk kok" sangkalnya sedikit gugup
"Jangan bohong ya shani, Kamu itu anak Wedok mama satu-satunya, kalo sampe mama tau kamu ngerokok, mama keluarin kamu dari sekolah, mama kawinin kamu!" ancam mamanya
"astaga mah, ia gk ih, gk percayaan "
"Mandi sana, kamu itu kalo gk di suruh mandi , gk pernah mau mandi!"
'Brak'
pintu kamar di tutup kuat mamanya
shani memegangi dadanya
"gini amat punya mama singa" lirihnya, lalu beranjak mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
di lain tempat di ibu kota.
"gre.. kamu serius mau berangkat ke Jogja?" tanya seorang pria mengagetkan gadis cantik yang sedang membersihkan kameranya
"ya mau bagaimana lagi frans, namanya juga kerjaan"
"aku bisa saja suruh mereka gantiin kamu ke sana gre, acaranya lama loh gre sekitar sebulanan" murung si pria mencoba membujuk
gracia menatap sembari tersenyum hangat
"aku gk papa frans, sayangku, bebyku, jangan hawatir ya, aku juga sekalian liburan lah jalan-jalan" balas gracia sesekali menepuk lembut wajah lelaki yang di panggil frans
"Aku hanya gk mau kamu kenapa-kenapa" lirih frans
"Apa hmm?"
"disana jauh, seharusnya kita segera menikah gre, dan kamu tidak perlu bekerja begini"
gracia tersenyum simpul
"cukup frans, sudah berapa kali kita bahas ini. ini hoby aku"
tampak frans mengangguk sambil memeluk gracianya yang kembali membersihkan kameranya
"ia maaf, jangan marah ya.. aku hanya tidak ingin kamu kecapean sayang"
gracia memejamkan matanya, menyesali emosinya yang sedikit naik tadi
"aku juga minta maaf frans, aku tahu kamu hanya terlalu menghawatirkanku" balas gracia membalas pelukan frans
Besok harinya,
bersama regu agensinya di perusahaan tempatnya bekerja, juga seorang model cantik . mereka sudah berada di bandara untuk berangkat menuju Jogja
gracia sesekali membalas chat dari frans yang seakan masih tak rela berpisah dengannya selama sebulan
"gre ayo, " celetuk seorang model yang akan menjadi bahan sorotan kameranya selama di Jogja yang kebetulan adalah teman kuliahnya dulu
"eh, ia nin. ayo" balas gracia menuju arah pesawat yang akan segera take off menuju Jogja
duduk di pinggir jendela pesawat yang di tumpanginya
gracia menggenggam erat kamera yang bergantung di lehernya
"akan aku tunjukan kepada keluarga ku bahkan pada frans, profesiku tidak seremeh pemikiran mereka"
next.
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya