Jam menunjukan pukul 07:00 malam
Gracia duduk di meja rias sambil menunggu shani selesai mandi
Sambil menggigit bibirnya, gracia mencoba menghentikan rasa cemasnya
Apa yang ia ketahui tentang shani dari feno semalam membuatnya sesekali gelisah
Di otaknya masih terlalu banyak pertanyaan,
Apa mungkin gadis seperti shani adalah seorang pembunuh?
Jika benar, bukankah shani yang di ceritakan feno semalam yang sekarang sedang mandi belum benar-benar sembuh
Apa bisa saja shani kambuh dan hal terburuk shani 'Menghabisi nyawanya'.
Gracia bergidig akan lamunannya sendiri
'Tuk'
Sebuah tangan dingin terasa menempel di tengkuknya
Sedikit terperanjat, gracia menoleh kaget
"Kak gre kenapa?" tanya shani datar
gracia menarik sedikit lebih dalam nafasnya , sekilas menunduk setelah menggeleng pelan
"jangan bilang 'gk papa' " tekan shani saat melihat gracia hendak angkat suara
"ya aku ada apa-apa" gracia berucap sambil memalingkan wajah
"apa kak?"
"tadi malam fe..." "drrrt-drrrt" suara getar dari phonselnya menghentikan ucapan gracia
tampak nomor frans sedang masuk untuk melakukan panggilan
mengintip sedikit, shani mencoba mengabaikan rasa penasarannya dan memberi ruang gracia mengobrol dengan mantan suaminya itu
"gre, aku sudah di tempat dari tadi, kamu dimana?" suara fran di seberang telpon sesaat setelah gracia mengangkat teleponnya
"ya, ini mau berangkat," ucap datar gracia dan langsung menutup sambungan telepon mereka
setelah meletakan hpnya di dalam tas, gracia menoleh ke arah shani yang sudah berpakaian rapi di sisi kasur menghadap cermin tanpa berekspresi
sesaat gracia merasa aura berbeda dari shani
"Shan" panggil gracia pelan
"Feno kesini tadi malam?" tanya shani
gracia tampak mengangguk
"aku ngerti sekarang" suara pelan shani sambil merebahkan badannya di kasur, menatap langit-langit kamar
"ayo berangkat" ucap gracia mencoba mengalihkan pembicaraan
shani tampak hanya memejamkan matanya tanpa berniat bangun
"sepertinya kak gre sendiri saja , aku titip martabak manis"
"shan, jangan seperti ini, ayo temani aku" bujuk gracia sedikit risau
"aku ngantuk kak, hoammm" balas shani berpura-pura menguap
"akting lu jelek shan, ayo bu-.." 'Drrrt-Drrrt' ucapan gracia kembali terpotong oleh suara panggilan hp di dalam tasnya
tanpa berniat melihat gracia yakin itu panggilan masuk dari frans, sosok lelaki yang ia kenal sangat benci menunggu terlalu lama
"ya ya. oke, aku berangkat sendiri, jangan kemana-mana, nanti aku bawakan martabak" ucap gracia sambil beranjak bangkit dari kasur
masih dengan rasa gelisah, gracia tetap melangkahkan kakinya meninggalkan shani sendirian di kamar.
di cafe tempat frans dan gracia bertemu
duduk berhadapan, frans menatap teduh wajah gracia yang fokus membaca surat perceraian mereka
"jangan menatapku begitu frans" celetuk gracia tanpa menoleh ke arah frans
memalingkan wajahnya, mata frans sedikit memerah , panas terasa di matanya membuat aliran air sedikit keluar mencoba memberi sejuk, namun dengan sigap frans mengusap air matanya dengan cepat
"kamu masih hidupku gre, tapi kesalahanku menganggap kamu tidak mungkin lepas dariku saat aku masih memilikimu, aku mengabaikan tujuan mu, aku buta dengan bahagiamu" celetuk frans lirih
"fran, " panggil gracia mengalihkan perhatiannya menatap wajah lusuh frans
"tapi gk papa gre, aku sudah faham , semoga kamu bisa meraih impianmu" potong frans mencoba tersenyum
gracia menghela nafas setelah benar - benar menandatangani kertas surat perceraian mereka
"aku pamit" ucap gracia segera beranjak berdiri dari kursi
"Hati-hati dengan gadis itu gre" celetuk datar frans
"maksudmu Shani" jawab gracia berpaling menghadap frans
"Mungkin, tapi jangan tanya alasannya, pergilah, jika terjadi sesuatu hal, aku selalu ada buat mu" ucap frans sambil membereskan surat kembali kedalam amplop
gracia hanya menatap bingung namun tetap melangkahkan kakinya untuk pergi dari cafe tersebut.
Di perjalanan, gracia mengendarai pelan sepeda motornya.
fikiran risaunya tertuju pada ucapan terakhir frans tentang seorang gadis, mungkin itu Shani, juga terngiang apa yang di beri tahukan feno semalam tentang gadis kesayangannya
tak lama, gracia membelokan stang motornya mendekati grobak martabak pinggir jalan
ia tentu tak lupa dengan titipan martabak manis dari shani, walau otaknya sedang bergelut dengan fikiran negativ tentang gadis itu
duduk di kursi plastik yang di sediakan pedagang untuk menunggu martabaknya
gracia menatap kosong riuh lalu-lalang kendaraan di hadapannya
"Sebenarnya apa yang aku lakukan?, aku membangkang papaku,
menceraikan frans,
kabur ke kota ini,
dan siapa bocah ini, yang bisa-bisanya membuat ku yakin jika perbuatanku sekarang adalah 'Benar',
Kamu sesuatu yang tidak pasti shani,
aku belum mengetahui pasti baik atau buruk kamu,
tapi aku seyakin ini jika bersamamu" lirih gracia.
next.
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya