"jangan jatuh cinta, kita hanya ilusi"
"lu bisa packing gk sih gre?" kesal anin melihat gracia meletakan baju asal di dalam kopernya
"nin, kok gue lemes" celetuk gracia yang seolah sangat berat menyusun pakaiannya
"aneh-aneh lu, perasaan tadi lu sudah sarapan" kesal anin mencoba membantu gracia
saat mendekat anin terkejut menatap wajah gracia
"gre lu nangis?" celetuk anin
"hah, gk kok" heran gracia mendongakan kepalanya
"lu nangis bund, itu lihat pipi lo basah" heran anin menaruh cermin di depan wajah gracia
"hiks.. eh ia hiks.. g-gue nangis anjir" lirih gracia terisak dalam kebingungannya
"gre, lu lagi kenapa?" tanya lirih anin
"g-gue gk tau nin hiks"
"apa yang lo rasai sampe bisa nangis gre"
"jujur gue ngerasa sesek hiks.. nin gue kenapa?"
anin memeluk tubuh gracia, sembari menepuk-nepuk punggung sahabatnya tersebut
"lu jatuh cinta gracia shania" ucap pelan anin
gracia semakin terisak dalam pelukan anin
"apa seberat ini lu ninggalin tu bocah?" celetuk anin yang memang faham situasi gracia
mengangguk pasti, gracia hanya bisa bungkam dalam tangisannya
"bodoh hiks..hiks.. segampang itu dia bilang gue gk boleh hubungi dia lagi setelah balik" tutur kesal gracia
"ya memang apa yang lu harepin gre, berhubungan lebih jauh dengan tu bocah hanya membuat situasi memburuk"
"bukannya lebih nyaman jika kami masih berhubungan"
"lu lupa kalo lu bakal kawin dengan frans?"
"ya terus hubungannya apa, gue hanya menganggap dia adik gue " sangkal gracia
anin menggeleng
"bukannya malah frans yang sebenarnya lu anggap sebagai sosok kakak gre?"
gracia terdiam, ucapan skak dari anin membungkam mulutnya dan membuat kepalanya seketika berdenyut
perlahan anin merenggangkan pelukannya dan kembali menatakan baju gracia kedalam koper
"dah lah gre, jgn terlalu di fikirin, ayo prepare, ntar siang kita dah berangkat" tutur anin
duduk di atas rootof gedung sekolahnya bersama feno yang baru saja mereka berbaikan
shani menatap langit sambil duduk di sisi dinding pembatas
"ku kira hanya pelampiasan, ternyata aku tulus" celetuk shani menatap awan yang bergerak pelan
"terdengar permainan namun pakai perasaan" balas feno ikut menatap awan di samping shani
menimbun rokok di mulutnya shani mulai menyisitnya
"ku kira rokok nyaman untuk hati yang galau, ternyata asapnya mengingatkan tentang hal yang cepat membias dan memudar" celetuk shani
feno meringis bingung membalas kalimat shani
"gue bingung cari kata-kata" celetuk feno
"kata kata yang dicari tidak akan sengaja datang, seperti halnya pertemuan. yang tidak sengaja bertemu akan lebih terasa sesaat ketika sudah merasa nyaman" celetuk shani
"lu beneran galau shan?" tanya feno
"penting gue jawab?" ketus shani dengan sorot mata yang penuh kesedihan
"fix, lo jatuh cinta sama kakak itu"
"gue gk boleh jatuh cinta, kalo pun gue cinta, gue gk bisa berharap lebih" lirih shani
feno menatap sendu pada shani
"lu ma chika sama-sama sahabat gue shan, gue tau posisi lu, begitu juga posisi chika" lirih feno sembari menepuk punggung shani
"lu tenang aj fen, sejauh apapun gue terjatuh pada kak gre, se pahit apapun gue jalanin hidup gue, gue tetap bakal pulang dan kembali ke chika"
"kalian sama-sama terluka shan" nanar feno menatap shani
" gue tau" balas singkat shani
'Drrrtt drrrttt'
suara hp shani berdering tanda chat masuk dari anin
mencoba membuka pesan masuk dengan hatii yang berat, tangan shani gontai mengecek layar hpnya
"Hahahahaaaaa.... " tawa shani menggelegar
feno di sampingnya menatap heran sembari ikut membaca pesan di layar hp shani
memasang wajah tegang, feno bangkit menarik tangan shani
"Kejar shan, minimal lo ungakpin perasaan lo, ayo gue temani!"
memarkirkan asal sepeda motornya
dua pelajar yang masih mengenakan seragam di jam sekolah, tampak bergegas menyusuri lorong bandar udara Jogja tersebut
mengacuhkan tatapan heran orang-orang, mereka terus melajukan larinya
mengalihkan pandangan ke segala penjuru, shani tampak risau menuju tempat tunggu penukaran tiket penerbangan menuju Jakarta
sedikit frustasi shani tak mendapati kakak fotografer tersebut mencoba berulang kali menelepon gracia yang tak kunjung menyambung sedari tadi
beralih menelepon anin, hal yang sama di dapati shani, bahwa hp anin juga tampak tak aktive
mengalihkan pandangannya pada jadwal keberangkatan di langit-langit ruang tunggu, shani sedikit tercekat saat kembali melihat jam di layar hpnya
"gue telat fen" lirih shani
feno ikut menatap jadwal penerbangan lalu beranjak menuju petugas bandara
wajah feno tampak lesu saat berbincang dari kejauhan
kembali dengan langkah gontai menghampiri shani yang masih duduk di bangku
"kita telat shan, mereka sudah terbang beberapa menit yang lalu" ucap feno
shani kembali membaca chat masuk dari anin tadi
"bulan depan gracia nikah, kita sudah di bandara" isi pesan dari anin
shani meluruhkan punggungnya di sandaran kursi sambil menutup matanya dengan lengannya
menyembunyikan mata berembun yang terasa panas
mengigit kuat bibir bawahnya mencoba mengurangi rasa sakit di hatinya
sakit atas kecewanya
"setidaknya kamu pamit , biarin aku sekali lagi liat senyum kamu"
next
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya