22

3.4K 289 42
                                    

"jangan jatuh cinta, kita hanya ilusi"



















"lu bisa packing gk sih gre?" kesal anin melihat gracia meletakan baju asal di dalam kopernya

"nin, kok gue lemes" celetuk gracia yang seolah sangat berat menyusun pakaiannya

"aneh-aneh lu, perasaan tadi lu sudah sarapan" kesal anin mencoba membantu gracia

saat mendekat anin terkejut menatap wajah gracia

"gre lu nangis?" celetuk anin

"hah, gk kok" heran gracia mendongakan kepalanya

"lu nangis bund, itu lihat pipi lo basah" heran anin menaruh cermin di depan wajah gracia

"hiks.. eh ia hiks.. g-gue nangis anjir" lirih gracia terisak dalam kebingungannya

"gre, lu lagi kenapa?" tanya lirih anin

"g-gue gk tau nin hiks"

"apa yang lo rasai sampe bisa nangis gre"

"jujur gue ngerasa sesek hiks.. nin gue kenapa?"

anin memeluk tubuh gracia, sembari menepuk-nepuk punggung sahabatnya tersebut

"lu jatuh cinta gracia shania" ucap pelan anin

gracia semakin terisak dalam pelukan anin

"apa seberat ini lu ninggalin tu bocah?" celetuk anin yang memang faham situasi gracia

mengangguk pasti, gracia hanya bisa bungkam dalam tangisannya

"bodoh hiks..hiks.. segampang itu dia bilang gue gk boleh hubungi dia lagi setelah balik" tutur kesal gracia

"ya memang apa yang lu harepin gre, berhubungan lebih jauh dengan tu bocah hanya membuat situasi memburuk"

"bukannya lebih nyaman jika kami masih berhubungan"

"lu lupa kalo lu bakal kawin dengan frans?"

"ya terus hubungannya apa, gue hanya menganggap dia adik gue " sangkal gracia

anin menggeleng

"bukannya malah frans yang sebenarnya lu anggap sebagai sosok kakak gre?"

gracia terdiam, ucapan skak dari anin membungkam mulutnya dan membuat kepalanya seketika berdenyut

perlahan anin merenggangkan pelukannya dan kembali menatakan baju gracia kedalam koper

"dah lah gre, jgn terlalu di fikirin, ayo prepare, ntar siang kita dah berangkat" tutur anin





















duduk di atas rootof gedung sekolahnya bersama feno yang baru saja mereka berbaikan

shani menatap langit sambil duduk di sisi dinding pembatas

"ku kira hanya pelampiasan, ternyata aku tulus" celetuk shani menatap awan yang bergerak pelan

"terdengar permainan namun pakai perasaan" balas feno ikut menatap awan di samping shani

menimbun rokok di mulutnya shani mulai menyisitnya

"ku kira rokok nyaman untuk hati yang galau, ternyata asapnya mengingatkan tentang hal yang cepat membias dan memudar" celetuk shani

feno meringis bingung membalas kalimat shani

"gue bingung cari kata-kata" celetuk feno

"kata kata yang dicari tidak akan sengaja datang, seperti halnya pertemuan. yang tidak sengaja bertemu akan lebih terasa sesaat ketika sudah merasa nyaman" celetuk shani

"lu beneran galau shan?" tanya feno

"penting gue jawab?" ketus shani dengan sorot mata yang penuh kesedihan

"fix, lo jatuh cinta sama kakak itu"

"gue gk boleh jatuh cinta, kalo pun gue cinta, gue gk bisa berharap lebih" lirih shani

feno menatap sendu pada shani

"lu ma chika sama-sama sahabat gue shan, gue tau posisi lu, begitu juga posisi chika" lirih feno sembari menepuk punggung shani

"lu tenang aj fen, sejauh apapun gue terjatuh pada kak gre, se pahit apapun gue jalanin hidup gue, gue tetap bakal pulang dan kembali ke chika"

"kalian sama-sama terluka shan" nanar feno menatap shani

" gue tau" balas singkat shani

'Drrrtt drrrttt'

suara hp shani berdering tanda chat masuk dari anin

mencoba membuka pesan masuk dengan hatii yang berat, tangan shani gontai mengecek layar hpnya

"Hahahahaaaaa....  " tawa shani menggelegar

feno di sampingnya menatap heran sembari ikut membaca pesan di layar hp shani

memasang wajah tegang, feno bangkit menarik tangan shani

"Kejar shan,  minimal lo ungakpin perasaan lo, ayo gue temani!"


























memarkirkan asal sepeda motornya

dua pelajar yang masih mengenakan seragam di jam sekolah, tampak bergegas menyusuri lorong bandar udara Jogja tersebut

mengacuhkan tatapan heran orang-orang, mereka terus melajukan larinya

mengalihkan pandangan ke segala penjuru, shani tampak risau menuju tempat tunggu penukaran tiket penerbangan menuju Jakarta

sedikit frustasi shani tak mendapati kakak fotografer tersebut mencoba berulang kali menelepon gracia yang tak kunjung menyambung sedari tadi

beralih menelepon anin, hal yang sama di dapati shani, bahwa hp anin juga tampak tak aktive

mengalihkan pandangannya pada jadwal keberangkatan di langit-langit ruang tunggu, shani sedikit tercekat saat kembali melihat jam di layar hpnya

"gue telat fen" lirih shani

feno ikut menatap jadwal penerbangan lalu beranjak menuju petugas bandara

wajah feno tampak lesu saat berbincang dari kejauhan

kembali dengan langkah gontai menghampiri shani yang masih duduk di bangku

"kita telat shan, mereka sudah terbang beberapa menit yang lalu" ucap feno

shani kembali membaca chat masuk dari anin tadi

"bulan depan gracia nikah, kita sudah di bandara" isi pesan dari anin

shani meluruhkan punggungnya di sandaran kursi sambil menutup matanya dengan lengannya

menyembunyikan mata berembun yang terasa panas

mengigit kuat bibir bawahnya mencoba mengurangi rasa sakit di hatinya

sakit atas kecewanya
















"setidaknya kamu pamit , biarin aku sekali lagi liat senyum kamu"











next

sesuatu di Jogja (Greshan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang