-Seperti pantai, senja yang sangat indah dengan jelas namun hanya sesaat
Seperti ombak yang datang kemudian pergi-
3 hari terakhir di jogja
Jadwal kerja dia kerja, selesai kerja dia melimpir ke dedek cadelnya
Kegiatan Shania gracia si fotografer cantik hampir berakhir di kota yang berjuluk istimewa
Mengedit foto dan meneliti kembali hasil jepretannya tadi siang, sambil bersandar di dekapan 'adek adekan' nya
Menatap fokus slide demi slide gambar di layar laptopnya
Sesekali ia membuang nafas berat saat ia berulang kali mendapati hasil jepretannya yang ia kurang puas
"Kenapa sih kak?" Tanya shani yang merasa tubuh gracia bergerak kesal di kungkungannya
"Gk , gk papa.. lu nonton lagi aja" balas gracia yang masih fokus mencari brightens yang tepat
Tangan shani bergerak menyentuh mouse
"Boleh ijin milihin warna?" Celetuk shani
"Coba?" Sahut gracia menjauhkan tubuhnya dari laptop
Shani agak memajukan badannya hingga semakin menempeli gracia di depannya
"Jangan terlalu cerah kak, agak kurangin gini , warnanya di pudarin shadow nya tebal dikit.. emm. Gini gimana?" Tutur shani sambil mengedit
Gracia sedikit tercengang
"Gambarnya jadi lebih hidup shan" celetuk gracia heran dan senang
"Terkadang, terlalu berwarna tak selalu lebih indah kak gre" ucap shani
"Ya ya si paling " balas gracia sambil tertawa
Shani hanya membalas dengan tersenyum tipis
Shani memeluk agak erat tubuh gracia
"Kak gre , coba lihat gambar di sudut sana" tunjuk shani pada ujung layar laptop gracia
"Ia kenapa?"
"Apa yang kak gre rasakan saat menangkap gambar tersebut?"
"mimpi" jawab sendu gracia
"lebih tepatnya kebebasan" celetuk shani
"kadang kita menafsirkan hobi adalah sebuah cita-cita, namun jika kak gre lebih memahami diri sendiri , hobi kak gre memotret mungkin salah satu bentuk pelampiasan" tambah tutur shani
gracia memalingkan tubuh dan wajahnya menghadap shani yang masih memeluknya dari belakang
"bocah SMA selain berotak mesum, mulutnya bijak ya" ucap gracia menarik senyum miringnya
terlalu dekat dengan wajah gracia, shani lamat memperhatikan ukiran Tuhan yang tak terkira indahnya di wajah gracia
rahang tegas di tambah hidung mancung, di permanis dengan gigi gingsul yang samar mengintip di balik senyumannya
"kak gre cantik" ucap lirih shani mengelus pelan pipi gracia
memajukan wajahnya semakin mendekat, gracia perlahan menutup matanya
'Cup'
mencium pelan bibir gracia, shani merasakan lebih detail halus bibir berasa min dari liptin yang gracia oleskan tipis di permukaan bibir mungilnya
menghirup dan menyesap aroma yang mungkin saja sebentar lagi tak bisa ia nikmati
merengkuh hangat tubuh sang fotografer yang memang ia sadari tidak mungkin untuk ia miliki
gracia membalas ciuman shani, mencoba menyalurkan perasaan membuncah yang baru kali ini ia rasakan
gelinyir aneh di sepanjang saluran darahnya, menerobos jantungnya dan membuat ribuan kembang api seakan bergemuruh meledak
gracia semakin erat mengalungkan tangannya di leher shani, memperdalam ciuman dengan perasaan nyaman yang ia tidak tahu harus menyebut perasaan aneh ini apa
jika memang cinta, kenapa ia tak bebas mengucapkannya
jika memang cinta, kenapa cinta pertama nya harus segender dengannya
sedangkan jika saja si gadis cadel yang sedang khusuk menyesap bibirnya ini adalah sosok lelaki, juga adalah hal salah ketika ia bertemu saat sudah menjadi tunangan orang lain.
saat tangan shani mulai menelusup di balik bajunya
gracia seketika menahan tangan shani dan menjauhkan wajahnya hingga terlepas tautan bibir mereka
menatap lirih shani memasang wajah beraut tanya
"cukup ya, kalo di lanjut nanti rungkad, anin bentar lagi pulang" tutur gracia
shani mendengar sedikit nada berbeda di balik ucapan gracia, nada kekecewaan yang terdengar sedikit sesak yang sengaja gracia tutupi
"oke" sahut singkat shani
mengalihkan matanya menuju jam di tangannya
"kak gre, aku pulang ya" ucap shani
"tumben, baru jam 9" ucap gracia sedikit mengerutkan keningnya
"sudah janjian sama anak vesva kak, hehe" celetuk shani tersenyum ringan
gracia menatap shani lirih lalu menangguk
"iya, jangan pulang larut besok lu sekolah" tutur gracia
shani mengangguk lalu beranjak bangkit berdiri
saat hendak melangkahkan kakinya , gracia menahan tangan shani
"kak gre?" tanya shani menoleh kebelakang lalu menatap lengannya yang di pegangi erat gracia
"A-aku ikut"
next
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya