Shani dan chika mengantarkan christy di halaman rumah menuju taksi online yang menjemputnya pulang
Setelah dadah-dadah dan mobil taxi tersebut sudah berjalan meninggalkan halaman rumah
Chika tampak canggung saat sudah tinggal berdua dengan shani
"Ayo pulang" celetuk shani menarik tangan chika menuju parkiran motornya
Chika menurut, perlakuan shani masih hangat seperti biasa kepadanya
Menutupkan jaketnya ke punggung chika
Memasangkan helm
Dan menarik tangan chika agar melingkar dan berpegangan di perutnya
Sejenak chika merasa situasi mereka sangat toxic
"Marahi aku " celetuk chika saat shani sudah menjalankan motornya
Shani hanya menggeleng
"Coba sesekali tunjukan sikap bahwa aku ini milikmu" tekan chika
"Jangan bahas di jalan chika, nanti aja di rumah"
Chika menarik ujung baju shani erat
"Sesekali bersikap lah posesif shani!," Ucap chika menahan air matanya yang merengsek hendak keluar
"Chik, udah y"
"Aku 'melakukan' nya dengan christy" celetuk chika
Seketika shani memelankan laju motornya
"Ya" balas shani singkat
Chika tak tahan, air matanya sudah keluar sempurna
"Aku 'melakukan' nya tapi aku masih memikirkanmu"
Sejenak shani mengerem motornya
Menatap datar wajah chika dari balik kaca sepionnya
"Aku tau" jawab datar shani
"Kenapa kamu masih bersikap seolah tak terjadi apapun" sahut chika memalingkan wajahnya
Wajah shani seketika berubah merah menahan amarah
Sesuatu terlintas di benaknya yang membuat Nafasnya seketika tak beraturan
"Aku capek, berhenti berbicara chik" sahut shani yang berusaha mengontrol getaran di tangannya yang seolah akan kambuh
Kembali menarik tuas gas motornya sedang chika sudah menangis terisak di belakang shani
"Maaf" lirih shani pelan hampir tak terdengar
Sudah berada di rumah dan di dalam kamar shani
Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua
Chika sesekali masih tersedu menghapus air matanya
Sejenak shani menarik nafas panjang mencoba menenangkan perasaannya
Mendekati chika yang duduk meringkuk di sisi kasurnya
Tangan shani terangkat untuk memeluk tubuh chika
"Kita sama-sama sakit chika, sakit mental juga hati.
Masa lalu terlalu lama membuat kita terpuruk, aku tidak apa-apa kamu melakukan sesuatu yang membuat mu bahagia dan aku berharap itu menyembuhkan mu dari luka masa lalu kita" tutur shani memeluk hangat chikaSesekali matanya menangkap bekas tanda kissmark di belakang kuping chika
Shani mengelus bekas yang ia yakini peninggalan christy
"Siapa yang ngajarin dia nakal begini?" Lirih shani sedikit terkikik mencoba mencairkan suasana
Chika semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh shani
Menenggelamkan wajah merahnya di balik jaket yang shani pakai
'Cup'
Shani mencium pucuk kepala chika sembari mengusap punggungnya
"Kita pasti sembuh chik" tutur shani pelan.
Malam harinya
Suara bel di vila yang di tinggali gracia berbunyi
Gracia yang sibuk menguplod hasil jepretannya pada instagram yang baru di buatnya sejenak berdecak kesal
Dengan wajah merengut, ia keluar kamar dan membuka pintu utama vila
'Ceklek'
"Kamu kan punya kunci, kenapa pake pencet bel segala sih shan!" Kesal gracia setelah membuka pintu
Seketika ia tersentak
Bukan shani yang mengunjunginya
Melainkan, Feno.
Sahabat tengil bocah kesayangannya
"Kak gracia" sapa feno
"Gue kira lo shani, kok lo bisa kesini?" Tanya heran gracia
"Aku tadi chat shani, katanya dia gk di bolehkan mamanya keluar rumah kak"
"Terus, kamu ngapain?"
"Emm bisa kita ngobrol bentar kak?" Tanya feno ragu, sesekali ia menggaruk belakang lehernya
"Jangan bilang lu mau nembak gue" tuduh gracia
"Eh gk gk kak, ini tentang shani" sahut feno menyangkal
"Hmm, duduk dah.. " ucap gracia yang lebih dulu duduk di kursi teras depan vila
Feno ikut mendudukkan dirinya di kursi samping gracia
"Kenapa?" Celetuk gracia bertanya
Feno tampak ragu sesekali ia menggigit bibir bawahnya bingung harus memulai dari mana
"Ayo ngomong" sentak gracia
"Shani sebenarnya ....." Bingung feno menatap takut-takut arah gracia
"Sebenarnya apa?" Sahut gracia penasaran
"Sebelumnya, boleh aku tau, apa kak gracia tulus mencintai shani?"
Wajah gracia seketika memerah kaget
"Tau dari mana?, Shani cerita?" Sahut gracia menahan salting
Feno memutar bola matanya , dari gerak gerik gracia dia tau jawabannya
"Gk usah di jawab kak, aku tau kak gracia setulus itu sama shani"
Gracia tampak meringis , menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Sejenak feno menarik nafas panjang sebelum benar-benar mulai bercerita
"Sebenarnya shani sakit kak" celetuk feno menunduk
"Iya aku tau dia sakit, dia pernah cerita" sahut gracia lirih
feno mendongak menatap gracia
"Apa dia bilang dia trauma?" Tanya feno
Gracia mengangguk lemah
Feno memasang senyum simpul
"Kak gre tau kenapa shani tidak memiliki teman selain aku di sekolah, dan selalu ada aku tiap kali dia ngumpul di luar bareng anak vesva?" Tanya feno
Gracia menggeleng
"Apa kak gracia gk heran shani yang sekolah semaunya, masuk atau bolos seenak jidatnya?"
"Heran , tapi shani memang anak pintar mungkin karena itu dia special di mata guru" balas gracia pasti
Feno lagi lagi menggeleng pelan sambil mengambil hp dari saku celananya
"Kakak seorang fotografer, pasti bisa membaca dan mengetahui apa yang di balik gambar gambar ini" celetuk feno mengarahkan layar hpnya pada gracia
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya