Satu hal yang tidak bisa di ketahui manusia,
'Tidak bisa menebak masa depan'.'Jogja.
" gk bosen rebahan mulu?" celetuk seorang yang berjalan mendekat di taman halaman rehabilitas
seorang lainnya yang sedang asyik menatap awan berjalan sambil berbaring terlentang di rumput taman, seketika mengalihkan pandangannya
"gk bosen kesini mulu, odgj nular loh" sahutnya
"mungkin , gw sudah ngerasa bergejala sekarang" sahut orang tersebut cuek dan duduk di samping Shani
"seharusnya gw tarik kembali restu gw buat lu deketin dia lagi sebelum lu nularin gejala ke dia"
"gw jg belum ada niat deketin dia sebelum lu jujur"
shani bangkit duduk menatap seseorang lelaki di hadapannya
" lu tau alesannya!" tekan datar shani
"tapi dia gk tau" acuh orang tersebut memalingkan wajahnya
"kalian sama sama tulus, kalian bisa bahagia" lanjutnya lagi
shani terkekeh mendengar tutur lelaki tersebut
"gw semakin yakin , lu lelaki baik frans, gw yang ngerusak hubungan kalian" balas shani
"gw jg bersalah sama lo, gw sempet ngira lu bahaya"
shani sedikit berdehem tegas
"kalo lo gk nemanin gw malam kejadian itu, mungkin dia sudah gk ada"
"tapi lu yang jadi kambing hitam"
"gw gk tau feno se obsesi itu sama gw, gw kira dia tulus sahabatan sama gw"
"gk ada yang tulus sahabat antara 2 orang berlawanan jenis, contohnya gw sma gracia" sahut frans menatap sendu shani"
"malam kejadian itu, firasat gw memang gk enak, gw datangi ke rumah feno setelah tau dia berbohong tentang gw ke gracia, namun feno gk ada di rumah, gw balik ke villa gracia juga gk ada, dan bodohnya kita sempet berantem di halaman villa" balas shani mengingan kejadian beberapa tahun silam
"sory, gw jg ngerasa firasat buruk dan diam-diam mengikuti gracia ke villa" balas frans
"chika memang seberbahaya itu frans, gw tau sifat dia kalo lagi kambuh, tap gw masih gk nyangka feno yang gw kenal lugu ternyata......." shani menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya, tak mampu melanjutkan kalimatnya
"gw kemarin sempat jenguk dia di penjara, sepertinya dia sama sekali tidak menyesal melakukan semuanya"
shani tampak hanya diam tak menanggapi ucapan frans
"bulan depan lu mungkin sudah bisa keluar dari sini. apa rencana mu selanjutnya, apa mau kuliah?" lanjut frans mengalihkan topik
"Gue kuliah bareng feno kalo dia sudah bebas."
'Fuhh..' frans melepaskan napas jengkel mendengar ucapan shani
"apa feno lebih penting dari pada gracia ?"
shani menatap frans tidak suka
"lu di luar pembahasan frans," tegas shani
frans tampak berdiri, tangannya menepuk nepuk celana kantornya yang sedikit kotor oleh rumput taman
"sore nanti gue ada meeting, gw mesti balik ke Jakarta, minggu depan gue jenguk lo lagi" ucap frans seraya memperhatikan jam di tangannya
shani kembali merebahkan badannya di rumput
"seharusya lo gk usah kesini lagi, berapa kalipun lo membujuk, gue tetap di posisi gw. biarkan gracia dengan apa yang ia fikirkan tentang gw sekarang, itu lebih baik" ucap shani
'Puk puk..' tangan frans dengan santainya menepuk kepala shani
"gw gk tau, mungkin lu punya daya magis tersendiri, gw bakal balik lagi biarpun lu nolak, gue semakin ngerti diri lo, se meninggalnya ibumu dan lo sendirian, mungkin ada baiknya lo bakal punya kakak angkat di Jakarta" ucap frans dan langsung berlalu pergi
shani membuka mata perlahan menatap punggung lelaki yang dahulu ia buli, dengan pandangan haru
"kepercayaan diri ku terjun payung" celetuk shani
shani bangkit dan duduk mengamati dirinya sendiri dari ujung kaki dan ujung tangannya
"siapa aku, seberani itu mencintai kak gracia, di banding dia" monolognya sambil kembali memandangi punggung om om klimis yang baru saja mengangkatnya menjadi adiknya hingga hilang di balik pagar halaman
Next.
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya