entah bagaimana awalnya
Gracia, anin, shani memutuskan untuk menginap di rumah feno
aneh, memang aneh
feno adalah satu-satunya laki-laki, dan rumahnya lah yang di jadikan mereka tempat untuk menginap.
alasan shani adalah ia sudah di kunciin pintu sama emaknya
alasan anin adalah jenuh di rumah mengingat besok juga mereka free
dan alasan gracia. tidak lain hanya mengikuti alur dan insting di mana dia lebih nyaman mengingat hal yang membuat nya galau beberapa jam yang lalu
dan Feno, rumahnya yang memang memiliki homestay sudah terbiasa di jadikan tempat menginap oleh teman nongkrong mereka, di tambah orang tuanya yang cuek
jam menunjukkan pukul 03;30 pagi
feno berbaring di atas sofa ruang tamu , sedangkan shani gracia dan anin tidur di kamar kosong disana yang memiliki ukuran cukup luas
"kalian tidur disini aja, aku di luar sama feno" celetuk shani membawa bantal dan selimut hendak keluar kamar
"Y elah shan, gk bakal kami perkosa juga lu, takut amat dek" celetuk anin yang sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan nyaman
'Ceklek'
suara pintu kamar mandi terbuka
gracia muncul dengan handuk yang melilit rambut di kepalanya
"Kemana lu bocah?" tanya heran gracia
"gk panggil bocah berapa?, aku tidur ma feno, malas tidur ma kakak-kakak jompo" sindir shani beranjak keluar kamar
"serah lu serah lu, gue ngantuk" balas anin yang tak tahan dengan kantuknya
gracia menggeleng setelah di katain jompo oleh shani, mengurungkan niatnya untuk membujuk shani tidur bersama mereka
membiarkan shani keluar kamar dan gracia beranjak duduk mengeringkan rambutnya sebelum naik ke atas kasur di sampng anin
selesai dengan acara sisir meyisirnya, gracia berjalan keluar kamar , entah kenapa kakinya hendak berkeliling di homestay milik feno ini
berada di ambang pintu kamar, mata gracia menatap shani yang berbaring di lantai beralaskan karpet bulu yang sedikit tebal sepertinya lumayan empuk
televisi yang menyala masih menjadi fokus shani yang tampak belum tertidur
kaki gracia bergerak menghampiri shani dan feno yang sudah terlelap di atas sofa
"Tidur dek, dah subuh ini" celetuk gracia
shani mengangkat kepalanya menatap gracia yang berjalan menghampirinya
"kak gre ngapain belum tidur?" balas acuh shani yang mendudukan dirinya dan menyandarkan punggungnya di sofa yang di tiduri feno
"masih seger abis mandi, belum ngantuk gue, ikut nonton dong" balas gracia yang duduk di samping shani
punggung gracia ikut ia sandarkan di sofa mensejajarkan duduknya di samping shani
"nonton berita?, berat amat tontonan lu" sindir gracia
"kita boleh bebas bersosialisai, namun jangan buta dengan informasi" ucap shani memalingkan wajahnya menatap televisi yang menyiarkan tentang berita hari ini
"memang kita gk boleh buta informasi, namun juga harus jeli tentang sebuah berita yang tampak belum tentu fakta yang terjadi" balas gracia ikut menatap televisi
"prespektif" celetuk shani mengerutkan keningnya
"lu pemikir namun terlihat selengean" balas gracia
"kak gre juga sama, tampak santai dan bebas tapi penuh dengan pengharapan, terkadang seseorang yang penuh harapan menjalani kehidupan yang terkekang" celetuk shani
seketika gracia terdiam
yang dikatakan shani, bukan lagi sudut pandangnya, namun kenyataan .
"coba bilang, apa pengharapan terbesar kak gre?" tanya shani menatap wajah serius gracia
gracia sejenak menutup matanya menghembuskan nafas yang terdengar lelah
"Pembahasan subuh sama bocah nakal kayak lu harus banget ya seberat ini?" balas gracia setelah kembali membuka matanya
"kak gre tau satu hal?" tanya shani
"apa?" tanya gracia
"biasakan merekam dengan lensa mata sendiri bukan dengan kamera, tak selalu yang tampak adalah hal pasti, aku tidak sebocah itu jika kak gre lebih mengenalku dengan baik"
gracia tampak tertawa dan menggeleng mendrngar ucapan shani yang menurutnya bocah nakal tersebut
"kok ketawa?" heran shani
"aneh saja, kok bisa kita sedekat ini, gue rasa sudah lama kenal lu, padah baru 1 minggu, itu juga awalnya gk bener" celetuk gracia
"aku gk ngerasa sedeket itu sama kak gre, bukannya kak gre saja yang tiba-tiba sering nongol depanku?" balas shani masih mengerutkan keningnya
"hahahaa.. bener juga, ya sudah.. kita deket ya sekarang, kita temenan" balas gracia
shani menatap bengong
"Gue baringan ya pegel" celetuk gracia sambil mengubah posisinya berbaring di atas karpet sambil tetap menonton televisi
shani ikut mengubah posisinya berbaring, meletakan kepalanya di bantal yang sudah di baringi gracia
"Geseran dikit kak gre, bantalnya cuma 1" ucap shani yang berusaha menyamankan posisinya
"Selimutnya juga satu kan" balas gracia membuka selimut tebal dan menyelimutkannya pada tubuh mereka berdua
"hmm hangat" celetuk shani
"kadang kek bocil, kadan sok gede" celetuk gracia menggelengkan kepalanya
shani hanya acuh masuh fokus menonton sesekali menguap pelan tanda ia mulai mengantuk
"kak gre, gulingnya gk ada" rengek shani sambil menahan kantuknya
'hmm' dehem gracia yang menaruh kaki kirinya di atas kaki kanan shani
"makasih" lirih pelan shani sambil terpejam yang sekarang memeluk dan menjadikan gracia sebagai pengganti gulingnya
"jantung gue gk aman" monolog gracia dalam hatinya
Next.
KAMU SEDANG MEMBACA
sesuatu di Jogja (Greshan)
FanfictionApa yang lebih indah, sebuah kota dengan sejuta ke istimewaan atau sebuah kota yang di kunjungi orang yang istimewa? Bisa kah sebuah lensa merekam jejak waktu dan mematrikan kenangan di setiap kilat flashlightnya