Fight For Dream - 33

669 88 18
                                    

Lisa POV

"Kamu terlihat gelisah. Apa semua baik-baik saja?"

Tidak bisa berbohong akan hal itu. Semenjak aku melihat Rosie pergi dan menyadari bahwa dia menangis karenaku, aku tidak bisa tenang di tempat duduk. Rasanya salah hanya diam seperti ini dan membiarkan Rosie sendirian.

"Jungkook..." Aku memanggilnya ragu-ragu. Mataku menatap tangan yang aku sanggah di atas meja, mempertimbangkan untuk mengatakan yang sebenarnya pada teman kecilku ini.

"Sesuatu salah, ya?" Tanya Jungkook menyadari ada yang tidak beres.

"Ya, ini Rosie." Akhirnya, aku menyebut namanya setelah 30 menit kami duduk dan menikmati makanan kami.

Oh, tidak juga. Aku hanya sanggup memakan tiga suap karena aku mual membayangkan aku telah menyakiti orang yang aku cintai. Tolong, aku bukan orang seperti itu. Aku orang yang begitu menjaga hubungan.

"Itu temanmu? Mengapa dengan dia?" Tanya Jungkook bingung tapi raut wajahnya penuh pengertian.

Aku menatap Jungkook ragu. Berpikir mungkin dia akan dengan baik hati menerima apa yang akan ku katakan.

"Ya, sebenarnya...dia pacarku." Kataku dengan hati-hati mengatakan. Meringis begitu aku melihat ekspresi penuh terkejut di wajahnya.

"Sial, benarkah Lisa?"

"Ya. Kami seperti... Satu kampus, satu kamar dan ya, itu terjadi begitu saja." Kataku. Anehnya aku merasa sebagian beban terangkat ketika aku mengatakan yang sebenarnya pada Jungkook.

"Aku tidak tau kau menyukai wanita." Jungkook tertawa, dan ya oke aku tidak menyalahkan dia karena menertawakanku. "Ingat ketika kau berpikir suatu saat kau sangat ingin bertemu pangeran dalam hidupmu? Aku hanya tidak menyangka bahwa dia pangeran yang kau maksud." Katanya menggodaku.

"Itu saat aku kecil, oke." Kataku memperjelas. "Dan, aku sebenarnya memang tidak tau jika aku menyukai seorang wanita sebelum aku bertemu dengan dia."

"Tunggu, jika dia pacarmu...mengapa kau membiarkan dia pergi sendirian?" Tanya Jungkook bingung dan beberapa detik kemudian dia menyadari sesuatu. "Ah, itu rupanya kau gelisah sepanjang duduk."

"Aku melihatnya menangis." Kataku mengingat gerakan tangan Rosie yang menyakiti hatiku.

"Sial, apakah itu sangat buruk?" Jungkook bertanya menatapku simpati.

"Dia tidak pernah menangis. Aku menyakitinya kali ini. Tentu saja, aku tidak mengakui dia sebagai pacarku di depanmu. Jika dia melakukan hal yang sama, aku juga akan terluka." Ujarku merasa begitu bodoh dan sangat menyesal.

"Kau benar." Jungkook setuju dengan mudah. Aku melotot padanya tetapi dia hanya mengangkat bahunya dengan santai. "Lagipula, mengapa kau tidak jujur padaku? Aku juga tidak akan memaksa sesuatu, kau tau?"

"Aku panik, oke. Kita sedang membahas sesuatu yang serius dan kau tiba-tiba muncul. Itu terjadi begitu saja sebelum aku sempat berpikir."

"Rumit." Kata Jungkook. Aku hanya memutar mataku. Ya, aku tau. Ini menjadi rumit karena ketakutanku sendiri. "Kakekmu, apakah dia tau?"

"Tidak, aku belum memberitahu dia."

"Sebaiknya jangan dulu." Kata Jungkook dan aku mengerutkan kening. "Begini, kau tau sekeras kepala apa dia, Lisa. Tolong, ku pikir kau tidak perlu melakukan itu dulu jika kau ingin menjaga perasaan pacarmu. Dan sebelum kau benar-benar siap untuk memberitahu Kakekmu, jangan temui dia."

Dan setelah itu, aku diam memikirkan semua ucapan Jungkook yang sepenuhnya benar. Aku belum siap memberitahu Kakek. Aku takut jika Kakek menentang, kami akan mudah putus. Perpisahan itu tidak pernah terbayang olehku dan pemikiran itu membuatku semakin menakutkan.

FIGHT FOR DREAM || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang