Roseanne POV
Tidak sulit untuk mengatakan bahwa sepanjang perjalanan aku bertingkah konyol. Lisa bagaimana pun sangat tenang sepanjang perjalanan.
"Lili," Aku memanggilnya untuk yang kesekian kalinya.
Lisa tertawa menanggapi panggilanku. Tangan meraih bahuku agar aku bisa menghadapnya dengan tenang.
"Sayang, bisakah kamu berhenti untuk khawatir? Kamu sendiri yang mengatakan jika keluargamu akan mencintaiku, ingat?" Lisa mengangkat satu alisnya.
Keningku bersandar di pundaknya. Mudah untuk mengatakan untuk tidak khawatir. Hanya saja keluargaku agak berisik, aku takut beberapa hal akan menyinggung Lisa.
"Jika keluargaku mengatakan sesuatu hal yang menyinggung, aku mohon abaikan saja mereka, oke?"
"Ya, selagi mereka bicara bahasa Korea aku bisa mengabaikannya." Kata Lisa tertawa ketika aku mendengus. Jawaban Lisa sama sekali tidak membantu kepanikanku. "Aku becanda, sayang."
"Lis, tidak lucu." Aku mendesah memukul Lisa main-main.
"Nah, kami tiba." Aku tersentak ketika supir taksi berbicara serentak memisahkan kami.
Aku memberinya beberapa tip agar dia membantuku mengeluarkan barang kami. Begitu taksi pergi, aku dan Lisa membawa barang-barang kami. Selangkah demi selangkah hanya membuatku semakin gugup. Sebanyak apapun aku merindukan lingkungan rumahku, aku tidak bisa gugup memikirkan reaksi orang tuaku dan bagaimana mereka memperlakukan Lisa selama kami liburan di sini.
"Apakah kamu perlu aku yang memencet bel?" Tanya Lisa menunjuk tombol di samping pintu.
"Ya." Kataku gugup.
Lisa dengan mudah menekan tombol dan tidak perlu waktu lama untuk menunggu seseorang membuka pintu seolah mereka memang sudah menunggu. Dan itu dia, Kakakku yang menyeringai begitu dia melihatku bersama Lisa.
"Hai, Lisa!" Aku mengerutkan kening melihat Kakakku menyapa Lisa terlebih dahulu, suaranya bahkan terlalu ceria. "Woah, kau terlihat lebih cantik di lihat secara langsung."
Pacarku tersipu dengan mudah, dia menerima pelukan Alice saat Kakakku merentangkan tangan.
"Hai Alice, senang bertemu denganmu, akhirnya." Ujar Lisa dan mereka tertawa jenaka membuatku memutar mata.
Aku melihat ke belakang mencari keberadaan eomma dan appa yang belum terlihat. Akhirnya Alice yang menyadari keberadaanku melepaskan pelukan Lisa untuk menarikku ke pelukannya, mencium pipiku dengan cepat.
"Chaeng, aku merindukanmu. Ayo masuk, eomma punya berita bagus untukmu." Kata Alice membawa Lisa masuk. Aku mengikuti dari belakang dengan penasaran.
"Chaeyoung, apakah itu kamu?" Aku mendengar suara Ibuku turun dari tangga terburu-buru. Sudut bibirku terangkat membentuk senyuman melihat Ibuku tidak berubah sejak terakhir kali aku melihatnya.
"Eomma!" Aku segera berlari memeluknya, menghapus jarak di antara kami. Betapa aku merindukan pelukan Ibuku ini.
"Hai! Aku sedang memeriksa kamarmu barusan. Maaf, apakah itu pacarmu, Lisa?"
Aku memutar tubuhku, menatap Lisa yang berdiri di belakangku dengan Alice yang masih setia menggandeng tangannya. Lisa tampaknya tidak keberatan aku meninggalkannya sebentar untuk memeluk Ibuku karena dia kini tersenyum lembut pada kami.
"Cinta, kemarilah. Ini Rosalie, ibuku."
Lisa berjalan ke arah kami dan dengan mudah membiarkan tubuhnya dipeluk oleh Ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT FOR DREAM || CHAELISA ✅
أدب الهواةM] Perjuangan meraih mimpi, berarti perjuangan untuk mempertahankan kamu, dan kita. Entah itu persahabatan, atau cinta. Cerita ini penuh rollercoaster WARNING : GXG STORIES!!