Fight For Dream - 31

692 95 4
                                    

Lisa POV

Sejujurnya aku gugup dengan apa yang akan terjadi di Swiss. Kakekku sama sekali tidak mengetahui bahwa aku membawa seseorang. Dia bahkan tidak mengenal pacarku sama sekali. Dan aku takut membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam kedepan.

Ya, itu benar. Kami sekarang sudah berada di pesawat untuk terbang ke Swiss. Aku akan menetap di sana selama satu minggu sebelum terbang ke Korea dan merayakan Natal bersama keluarga pacarku.

Aku bisa membayangkan kegugupan untuk bertemu keluarga Rosie nanti. Sekarang menemui Kakek menjadi yang utama. Aku sebenarnya sangat merindukan dia, sudah cukup lama aku tidak bertemu dengannya semenjak aku pindah ke California dan menetap sendiri selama hampir 4 tahun.

Untuk nilai sekolahku sendiri, sejujurnya aku terkejut karena aku memiliki nilai yang cukup baik. Meskipun tidak sebaik Rosie yang mendapatkan nilai yang sempurna, aku menyelesaikan semester pertama dengan baik. Ku pikir, bantuan Rosie selama belajar juga mempengaruhi nilaiku karena dia terus memaksaku belajar untuk ujian ini.

Satu jam lagi pesawat akan mendarat. Aku dan Rosie sudah memakai pakaian tebal mengingat ini adalah bulan Desember dimana salju ada di mana-mana. Aku benci salju, karena aku selalu kedinginan. Kadang aku merasa dinginnya sampai menusuk tulang meskipun aku sudah memakai baju tebal. Itulah mengapa aku biasanya tidak pernah pulang untuk liburan Natal. Aku benci dingin dan kini aku harus menghadapinya, karena ku pikir liburan pertama dengan pacar akan menyenangkan.

Aku memejamkan mata sesaat, merasakan kecupan lembab mendarat di pipiku. Senyumku langsung muncul saat menyadari siapa yang melakukannya untukku.

"Kau baik baik saja?" Tanya Rosie. Di bandingkan aku, dia terlihat jauh lebih tenang.

"Tidak," Aku mengakui dengan mudah. "Aku gugup."

Rosie meraih tanganku, menyatukan tangan kami untuk saling berkaitan. Kadang, aku merasa takjub bagaimana melihat tangan kami dengan mudah saling mencari. Itu terasa otomatis, hampir tidak sadar saat aku melakukannya.

"Hei, apakah kau yakin kau akan tinggal di hotel juga? Maksudku, aku rasa aku baik-baik saja jika kau berada di tempat Kakekmu sementara aku di hotel." Kata Rosie. Sudahkah aku mengatakan bahwa suara dia begitu indah?

Aku menarik tangan Rosie, meletakkan tangannya di pangkuanku. Memang, aku sengaja memesan hotel karena sejujurnya aku tidak yakin apakah Kakekku akan mengizinkan aku membawa Rosie untuk tinggal di tempatnya. Dan rupanya Rosie juga menyadari hal itu. Dia baik-baik saja dengan hotel, sepertinya begitu pengertian terhadap kondisi yang akan kami hadapi nanti.

"Akan lebih baik jika aku tetap bersamamu. Bukan begitu?" Kataku menyeringai. Rosie mencium hidungku sebagai tanggapan.

"Kamu lucu. Maksudnya, itu manis darimu."

"Aku tau." Kataku percaya diri.

Rosie memukul dadaku main-main. Aku memekik pura-pura kesakitan dan cemberut. Rosie sangat benci ketika aku cemberut, dan aku senang dia bahkan sering memperlakukanku seperti bayi ketika aku melakukannya.

"Ya Tuhan, itu bahkan tidak kencang, Lisa. Kau bahkan memakai pakaian tebal." Kata Rosie memutar matanya main-main.

"Itu sakit." Kataku serius.

Rosie tampak pasrah dan menangkup kedua pipiku. Mataku mengarah ke matanya yang kini menatap bibirku, salah satu kebiasaan Rosie.

"Oke, maaf, cinta. Apakah aku harus melakukan sesuatu agar rasa sakitmu hilang?" Rosie bertanya dengan nada menggoda.

"Ya, cium aku." Aku meminta tanpa basa-basi.

"Benarkah?" Rosie meraba bibirku, wajahnya mendekat dan bibirnya nyaris menyentuh bibirku. Aku bertemu dengan mata coklat yang teduh penuh kasih sayang. "Kau ingin itu?"

FIGHT FOR DREAM || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang