Fight For Dream - 32

730 94 18
                                    

Peringatan! Mature konten!!

Lisa POV

Aku membuka mata saat merasakan seseorang terus menarik tubuhku untuk menempel di badannya. Menyadari dimana aku berada, aku tersenyum lebar. Mendongkak untuk melihat pacarku masih tertidur.

Udaranya terasa dingin meskipun kami menyalakan penghangat ruangan. Meski begitu, aku tetap bahagia karena sekarang aku berada di Swiss bersama Rosie. Tidak pernah terbayang dalam benakku bahwa aku akan membawa seseorang ke tempat dimana aku di besarkan.

Aku menciumi rahang Rosie, dan dia dengan cepat meresponku. Lengan yang melingkar di pinggang kini bergerak mengusapku.

Senyumku semakin merekah, semakin bersemangat mencium rahang pacarku. Rasanya menyenangkan hanya diam di tempat tidur, berpelukan dan mencium Rosie.

"Selamat pagi." Kata Rosie mengantuk, matanya masih terpejam.

"Selamat pagi." Aku menjawab, terkekeh saat Rosie tidak berusaha membuka matanya dan menarikku ketika hembusan nafas tenang memikatku. "Ingin tidur lagi?"

"Beberapa menit lagi, please?" Pinta Rosie.

Aku mengangguk dan hanya menyandarkan kepalaku di dadanya. Tanganku berada di perutnya, menyelinap ke dalam piyama, senang merasakan kulit hangatnya berada di tanganku.

Merayap semakin atas, aku terkekeh kecil menyadari Rosie tidak menggunakan bra, yang sudah biasa dia lakukan. Tapi, di cuaca yang dingin, dengan aku yang merasakan hangat kulitnya entah mengapa membuatku sangat bersemangat.

"Menurutmu apa yang sedang kau coba lakukan, cinta?" Tanya Rosie akhirnya membuka mata.

Aku menatapnya polos, memasang wajah bingung setenang mungkin.

"Hanya mencari kehangatan, ku rasa?" Aku menjawab setengah bingung.

"Ya? Menurutmu begitu?" Tanya Rosie tak yakin. Aku mengangguk, menghembuskan nafas di lehernya dan menatap dia. Membawa dagu Rosie untuk di cium. "Kalau begitu, lanjutkan."

Mendapatkan izin untuk melanjutkan, aku kini menjentikkan jari di sepanjang tulang dadanya. Rosie menahan nafas ketika aku melakukannya. Matanya menatapku, menahanku di sana.

"Bolehkah aku..." Kataku ragu-ragu.

"Ingin menyentuhnya?" Tanya Rosie.

Wajahku memerah mendengar pertanyaan Rosie. Aku mengangguk tanpa melihat matanya dan menatap piyama yang dia kenakan. Rosie terkekeh menangkapku dalam ciuman lapar, tidak peduli dengan nafas pagi karena kami pernah melakukan ini sebelumnya dan dia membawa tanganku untuk menyentuh payudaranya.

Aku tidak bisa tidak terkejut pada awalnya pada pergerakan itu. Tetapi saat Rosie mengerang begitu aku menyelipkan lidahku, aku bersemangat mengelus lembut pada mulanya sebelum aku meremas.

Kegugupan menyerangku, tetapi aku berusaha untuk tenang. Tanpa melepaskan ciuman kami, aku bersingut ke atasnya membuat Rosie melingkarkan tangan di leherku. Jariku memijat lembut putingnya, Rosie melepaskan ciuman kami dan terengah.

"Cinta..." Rosie mencoba protes.

"Sssttt... Biarkan aku yang bekerja kali ini." Kataku mencium bibirnya lagi dan turun menuju dagunya kemudian lehernya. Rosie mengulurkan lehernya, menekan wajahku di sana saat aku menjilat tepat di titik sensitifnya.

Aku membiarkan Rosie merintih sementara tangannya dengan mudah mencoba membuka kancing piyamaku dan melepaskannya dariku. Pakaian atas dengan mudah terlempar, aku melakukan hal yang sama pada Rosie.

Untuk menikmati pemandangan yang di suguhkan padaku, aku harus menjauhkan wajahku dari lehernya. Di bawahku, Rosie yang terengah-engah, wajah yang memerah tepat dia bangun tidur dan tanpa riasan, bertelanjang dada membuatku bersemangat. Dia sudah cantik, tapi pemandangan yang hanya bisa di lihat olehku membuat kecantikan dia bertambah.

FIGHT FOR DREAM || CHAELISA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang