NEVARA
Nara melamun sepanjang hari dan menerka-nerka hukuman seperti apa yang akan Max berikan padanya kali ini, atau mungkin dia harus memohon seperti biasanya agar hukuman yang Max berikan tidak terlalu berat?
"Ra lo ngga mau pulang?" tanya Chelsea.
Gadis yang sedang melamun itu sontak terkejut melihat kelas yang sudah kosong, dan yang tersisa hanya dirinya dan Chelsea yang sedang merapikan tasnya. Selama itukah dia melamun? Padahal dia hanya memikirkan cara agar Max mengurangi, atau bahkan tidak menghukumnya kali ini.
Setelah sepenuhnya sadar, Nara segera merapikan buku dan tasnya dengan cepat lalu berlari menuju parkiran sebelum Max datang. Atau mungkin lebih tepatnya menyeretnya dengan paksa karena lama menunggu, kekasihnya itu sangat membenci kata menunggu.
"Astaga Nara! Jangan lari-larian gitu kalau kamu jatuh gimana? Nanti kakak yang di marahin ayah!" teriak Althair saat melihat Nara yang berlari ke arah mereka.
Gadis itu tidak membalas perkataan Althair dan berjalan menuju Atlas yang sedang duduk di atas motornya, "Aku ikut pulang."
"Loh bukannya kamu harusnya bareng Max ya hari ini?" tanya Atlas heran pasalnya Max mengatakan jika Nara akan menginap di apartemennya hari ini dan tiga hari ke depan.
"Please, aku ikut kakak pulang ke rumah ya? Aku tak mau ikut dengan Max hari ini," mohon Nara.
Atlas yang melihat raut putus asa adiknya sebenarnya kasihan namun jika dia membawa Nara untuk pulang maka pada akhirnya dia lah yang akan dikasihani karena Max pasti tidak akan tinggal diam.
"Maaf ya, kakak ngga bisa bantu kamu."
Sebenarnya dia sudah menebak apa yang akan Atlas katakan ketika dia meminta bantuan untuk menjauh dari seorang Max, lagi pula orang gila mana yang mau mempertaruhkan nyawanya hanya untuk menolongnya?
"Kak Al?" tanya Nara pada Althair.
"Maaf," ucap Althair.
Sebenarnya Althair sangat ingin membantu adiknya namun apa yang bisa dia lakukan? Tak ada, dia tak bisa melakukan apa pun selain melihat Nara yang semakin menderita tiap harinya.
"Tidak ada gunanya meminta bantuan dari mereka, because you can't run away from me, and if that happens, i will find you in a second." kata Max saat baru saja sampai di area parkiran.
Dia berjalan mendekat pada Nara, namun gadis itu justru mundur dan bersembunyi di balik punggung Althair. Melihat Nara yang semakin nakal dan selalu memberontak, Max menghela nafas kasar sebelum menatap penuh arti pada kekasihnya.
"Jangan bermain-main denganku, atau kakakmu akan menerima akibatnya."
Mendengar itu Nara tetap bergeming, tak bergerak menjauh dari kakaknya mengabaikan ancaman Max. Meskipun tahu jika apa yang Max ucapkan bukanlah sekedar ancaman, melainkan sebuah peringatan. Tapi saat ini dia benar-benar tak ingin mendekat pada Max.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevara Obsessive Boyfriend
Teen Fiction(17+) WARNING!!! (CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, OBSESI, NARKOBA, DAN KONTEN SENSITIF! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR BALIK LAGI NANTI PAS UMUR KALIAN UDAH CUKUP YA) *** Dia Maximillan, lelaki dengan netra biru yang selalu berkilat...