NEVARA
Max membawa Nara menuju kamarnya dan memborgol tangan gadis itu lalu melucuti pakaian Nara, dalam keadaan marah pun Max masih sempat memperhatikan Nara.
"Kita akan menonton sebuah pertunjukan honey." ucap Max, tangannya masih terus bergerak untuk melepaskan semua pakaian Nara hingga tak tersisa satu pun.
Rona merah di pipi gadis itu semakin membuat Max bersemangat untuk melakukan kegiatan panas mereka sambil menonton pertunjukan, kakinya bergerak mendekat pada Nara lalu menempelkan tubuh Nara yang polos tanpa sehelai benang pun itu ke tubuhnya.
Netra biru itu menggelap tanda jika sang pemilik mulai di kuasai nafsu, "Aku tidak akan menyakitimu kali ini darling."
Max menekan tombol untuk menyalakan televisi, namun bukan acara televisi yang Nara lihat melainkan orang tua dan kedua kakaknya yang sedang berada di sebuah ruangan hitam mirip seperti penjara.
Manik cokelat itu menatap ragu-ragu pada Max yang sedang tersenyum lebar, "Max apa yang terjadi pada orang tua dan kakakku?" tanya Nara, air matanya siap untuk terjun tapi gadis itu menahannya sekuat tenaga.
"Aku hanya memberi mereka sedikit hadiah karena mereka sudah berbuat lancang padaku, dan mereka juga yang akan menanggung hukumanmu kali ini jadi kita cukup melihatnya sambil," ucap Max, laki-laki itu mendekatkan bibirnya pada Nara sebelum kembali melanjutkan perkataannya.
"Membuatkan cucu dan ponakan untuk mereka, bukankah aku sangat baik padamu darling?" bisik Max lalu menjilat telinga Nara dengan sensual.
Tangisnya sudah tidak bisa Nara tahan lagi, air matanya luruh kala mendengar jika orang tuanya akan di siksa. Max yang melihat Nara menangis justru tertawa geli lalu menjilat air mata Nara tanpa rasa jijik sedikit pun.
"Berhentilah menangis atau aku akan melakukannya dengan sangat kasar," ancam Max.
Saat ini Nara langsung tersadar jika hubungan keduanya sudah terlalu rusak, sekeras apa pun Nara mencoba baik pada Max tapi laki-laki itu akan selalu mencari cela untuk menghukumnya. Zella benar, mungkin kali ini Nara bisa pergi dari sisi Max lalu hidup tenang dengan keluarganya.
"Max, lepaskan mereka! Hukum saja aku!" teriak Nara saat melihat layar televisi yang menayangkan ayahnya sedang dipukuli oleh beberapa pria berjas hitam dengan kuat.
Melihat saja dia sudah yakin jika itu sangat sakit, meskipun ayahnya tidak sebaik itu tapi Nara tetap menyayanginya sebagai mana seorang putri sayang pada ayahnya. Tapi kenapa Max justru mencelakai mereka, dia benci hal ini.
"Jangan memohon padaku hanya untuk mereka darling, lebih baik kita mulai." balas Max dengan santai sambil mengelus pinggang Nara.
Tangannya menuntun Nara untuk duduk di pangkuannya, netra biru itu menggelap saat merasakan sesuatu yang sudah memberontak untuk dikeluarkan. Untuk yang ke sekian kalinya Max melakukan hal itu dengan kasar padanya, tapi penderitaan Nara kali ini bertambah berkali lipat karena dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya di siksa hingga kehilangan kedua kakinya, dan kedua kakaknya yang dipukuli hingga tak sadar terlebih lagi Max menggantung Althair dengan keadaan terbalik dengan kepala yang mengeluarkan darah hingga menetes pada lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevara Obsessive Boyfriend
Jugendliteratur(17+) WARNING!!! (CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, OBSESI, NARKOBA, DAN KONTEN SENSITIF! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR BALIK LAGI NANTI PAS UMUR KALIAN UDAH CUKUP YA) *** Dia Maximillan, lelaki dengan netra biru yang selalu berkilat...