Extra Chapter 3

12.9K 333 26
                                    

NEVARA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NEVARA

Saat ini Nara sedang berada di halaman rumahnya, helaian rambutnya terbang terbawa angin membuatnya semakin cantik. Netra cokelatnya terus menatap pada seorang anak kecil berambut hitam pekat itu, setiap kali mata keduanya bertemu Nara otomatis akan teringat pada suaminya.

Alonzo Silvestre Benedicto, nama anak mereka. Max yang memberi nama itu, dan Nara tahu jika dia tak bisa menolak apalagi memberikan sendiri nama untuk putranya itu. Wanita muda itu berlari mengejar anaknya, "Aku akan menangkapmu," ucap Nara sambil berlari.

Suara tawa dari Silver membuat senyum Nara terukir indah, dia semakin gencar untuk berlari mengejar anaknya. Dan saat dia hampir meraih Silver seseorang menariknya lalu mendekapnya erat, tanpa melihat pun Nara tahu siapa orang itu.

"Max?" Nara berusaha melepaskan pelukan Max dengan pelan karena tak ingin membuat laki-laki berstatus suaminya itu marah.

Bukannya melepaskan pelukan Max justru semakin mendekap Nara erat seakan tak ingin melepaskannya, "I love you," bisik Max tepat ditelinga Nara.

"Max, Silver sedang berada di dekat kita." ucap Nara.

"I know, biarkan anak itu bermain sendirian. Kamu seharusnya hanya memperhatikanku, bukan anak itu." ujar Max dengan suara beratnya.

Hari ini sangat melelahkan baginya, dia harus mengurus perusahaan keluarganya dan juga dia harus mengurus organisasi mafianya. Bisa saja Max menyerahkan The Diamonds pada Luciano yang memang bekerja dibidang itu tapi Max yakin ayahnya akan marah besar.

Padahal tujuannya hanya hidup tenang bersama Nara-nya, tapi entah kenapa banyak sekali yang menghalanginya. Dan sekarang anak itu merupakan alasan terbesar Nara jarang memperhatikannya lagi, bahkan semua ancamannya sudah tak berguna. Melepaskan semua bebannya Max menenggelamkan kepalanya diceruk leher Nara dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanitanya itu,

"I want you," kata Max.

Mengabaikan Max yang terus bergelayut manja padanya Nara mencari keberadaan Silver di halaman rumah mereka yang sangat luas itu, netra cokelatnya menyisir area taman bunga dan dia melihat Silver sedang berdiri menatap tajam pada mereka. Lebih tepatnya menatap tajam pada Max.

"Mommy!" Baiklah, mari kita saksikan pertengkaran ayah dan anak setelah ini.

Nara dengan cepat menjauhkan Max dari tubuhnya, dia berjalan cepat menuju Silver lalu menarik tangan anaknya itu untuk masuk ke dalam rumah karena hari sudah akan gelap. Tanpa Nara ketahui saat mereka melewati Max yang masih mematung tak percaya Silver memberikan senyum miringnya pada sang ayah.

Melihat itu Max menyusul Nara masuk ke dalam rumah, "Istriku, aku suamimu, maka dari itu perhatikan aku jangan anak itu." ucap Max dengan datar.

Netranya berkilat penuh kecemburuan, Nara yang tahu jika Max lagi-lagi cemburu pada anak mereka pun menghela nafas. Dia menatap Max jengah, "Anak itu? Silver anak kita, bukan anak itu! Lagi pula apa salahnya memperhatikan putra sendiri?" tanya Nara.

"Aku tak mau membagi perhatianmu dengan anak ini," Max mendekat pada Nara.

"Dia ibuku," celetuk Silver.

Max menatap tajam pada Silver lalu tersenyum manis, "Ibumu? Tanpa aku dia bukan ibumu, dan aku yang membuatmu ada didunia ini. Jadi jangan serakah! Hiduplah dengan mandiri, aku akan memenuhi semua kebutuhan materimu tapi sebagai gantinya jangan pernah menatap istriku lagi." tutur Max.

"Aku tidak peduli, Ayah." Silver menekan kata ayah, anak laki-laki berusia enam tahun itu semakin gencar untuk membuat ayahnya marah.

Sudah cukup ibunya dimonopoli oleh pria jelek itu, sekarang Silver harus bisa mengambil perhatian Nara dari ayahnya yang sangat jelek itu. Dia meraih tangan kanan Nara lalu menggenggamnya erat, Nara yang merasakan tangan mungil Silver mencoba untuk menggenggamnya pun tersenyum manis. Dia langsung berjongkok menyesuaikan tingginya dengan Silver.

Meskipun Silver termasuk sangat tinggi untuk anak seusianya tapi tetap saja Nara adalah orang dewasa. Jemari Nara menyusuri rambut Silver lalu dia mengelus pipi gembul anaknya itu, "Kalian jangan bertengkar lagi," kata Nara.

"Nara lepaskan tanganmu dari anak itu!" teriak Max marah.

Mendengar teriakan ayahnya Silver dengan sigap memeluk Nara erat, seandainya Max ingin melakukan sesuatu pada Nara maka Max harus menyingkirkan dia terlebih dahulu. Nara membalas pelukan itu lalu menggendong Silver meskipun cukup berat.

"Berhenti Max." ucap Nara sebelum melenggang pergi dari ruangan itu menuju kamar Silver.

Max yang merasa jika amarahnya hanya akan melukai Nara pun segera meredakannya, dia menghela nafas pelan dan memijat dahinya. "Anak itu semakin mengganggu, haruskah aku kirim dia ke negara lain?" gumamnya.

Dia melangkah menuju kamarnya, Max membuka pintu kamar dengan pelan dan melihat apakah ada Nara didalam atau tidak. Ternyata istrinya itu masih berada dikamar anak itu, tangannya dengan lihai melepas dasi hingga baju sambil berjalan menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri Max berjalan keluar kamarnya menuju kamar anak itu.

Saat akan membuka pintu dia melihat Nara yang sudah membuka pintu terlebih dahulu, "Ada apa?" tanyanya.

"Aku menjemput istriku," jawab Max.

Senyum dari bibir yang menjadi candunya itu bagaikan penenang bagi Max, dia meraih pergelangan tangan Nara lalu membawanya ke kamar mereka yang sedikit jauh. Hanya ada suara langkah kaki, Max sama sekali tak membuka suara begitu pun dengan Nara.

Wanita itu fokus berkecamuk dalam pikirannya, tentang bagaimana Max yang perlahan berubah. Dan bagaimana obsesi Max yang kian bertambah. Hanya sikap Max yang berubah, itu pun hanya sedikit. Tapi setidaknya Nara diberi izin untuk keluar dari rumah meskipun hanya satu bulan sekali.

"Darling?" Max mengelus pipi Nara pelan.

"My wife?" panggilnya sekali lagi.

Melihat Nara yang tak kunjung membalasnya dia langsung menarik wanita itu dan menciumnya, sambil membuka pintu kamar Max menarik tengkuk leher Nara dan memperdalam ciuman mereka. Saat berhasil masuk ke dalam kamar Max langsung menguncinya dan mendorong Nara hingga jatuh diatas tempat tidur.

Dia melepaskan tautan bibirnya, "Jangan mengabaikanku, aku tidak suka itu." ucapnya.

"Sudah sangat lama aku tidak memberimu hukuman," Max duduk diatas perut Nara dan mengelus tulang selangka Nara dengan sensual.

Netra birunya berkilat penuh obsesi membuat Nara membeku, "Aku tidak melanggar apa pun, Max." ujar Nara sambil berusaha untuk duduk. Belum sempat dia duduk Max sudah mendorongnya lagi dan kali ini pria itu mengunci kedua tangannya diatas kepala.

"Perhatikan aku Nara, hanya diriku." Max mengecupi setiap permukaan wajah Nara.

"B-berhenti Max, aku harus mandi." ucap Nara dengan gugup.

Berhasil, Max berhenti mengecupi wajahnya. "Haruskah kita mandi bersama?"

Nara mendorong Max sekuat tenaga, dan berhasil. Max menjauh dari atas tubuhnya dan berbaring tepat disampingnya. Deru nafas Nara membuat Max tersenyum simpul, dia berhasil menahan gadis yang sangat dia idamkan. Tak terbayang jika dia akan kehilangan Nara suatu hari nanti, karena itu juga dia menjaga Nara sekuat tenaga dan menghabisi siapa pun yang berani mencoba memisahkan Nara darinya.

"I love you, my pretty wife."

Tak mendapatkan balasan dari perempuan yang berbaring disampingnya itu membuat Max kesal, "Nara?!"

"Ya-ya, i love you too. my obsessive husband." 

END

Ok, nevara sama stalker udah selesai, saatnya author liburan. Maafkan author yang amatir ini ya.

bye-byeeeee

Nevara Obsessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang