(17+)
WARNING!!!
(CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, OBSESI, NARKOBA, DAN KONTEN SENSITIF! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR BALIK LAGI NANTI PAS UMUR KALIAN UDAH CUKUP YA)
***
Dia Maximillan, lelaki dengan netra biru yang selalu berkilat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NEVARA
Max duduk di tengah-tengah para laki-laki yang mengenakan setelan serba hitam, lelaki itu sedang berada di markas organisasi milik ayahnya karena ada sedikit masalah yang mengharuskan Max ikut campur.
Salah satu dari para laki-laki itu maju ke depan untuk memberi laporan terkait hal yang terjadi akhir-akhir ini, "Maaf tuan muda, saya belum bisa menemukan pelaku pengeboman salah satu gudang senjata kita."
Laki-laki yang sedang menghadap Max itu terus merapalkan doa meski sebelumnya dia tidak percaya akan keberadaan tuhan namun setelah di hadapkan dengan Max laki-laki itu mendadak memiliki agama.
"Hanya itu?" tanya Max dengan tatapan tajamnya.
Max menghela nafas kasar dan mengisyaratkan pada Joe yang berdiri di samping kursinya agar menyerahkan berkas yang sedang Joe pegang.
"Ini Tuan," ucap Joe dengan tangan yang terulur untuk menyerahkan berkas yang dia pegang.
Para anggota yang berada di dekat Max mendadak menahan nafas kala pemuda itu membuang berkasnya dengan asal.
"Aku kira kalian para anggota profesional tapi menangkap satu tikus kecil saja kalian tidak bisa." sarkas Max.
Mereka yang mendengar hal itu hanya diam mematung namun tatapan mereka tetap lurus ke depan, suasana berubah menjadi mencekam seketika padahal cuaca di luar sedang panas tapi suhu ruangan ini rasanya seperti berubah drastis.
"Tuan Muda anda dapat mengecek gudang yang lain jika berkenan." usul Joe, laki-laki itu mencari cara agar anak dari pemimpin mereka yang terkenal dengan temperamen buruk itu tidak menjadikan mereka sebagai sasaran.
Tatapan tajam Max layangkan pada Joe yang masih berdiri tegap seakan tidak takut pada amarahnya, tentu saja laki-laki itu tidak takut bahkan ini belum seberapa dari pengalaman yang pernah dia dapatkan sewaktu Tuan Besar mereka masih memimpin.
Suara langkah kaki terdengar dengan jelas di telinga mereka, siapa yang berani mengganggu Tuan muda mereka saat ini? Jika itu anggota biasa mungkin Max akan memberikan hukuman setimpal karena sudah mengacaukan pertemuannya.
"Kau masih sama seperti dulu Max, ku pikir setelah kau keluar dari tempat itu kau akan menjadi lebih baik ternyata sama saja." ujar Pria paruh baya yang mengacau di tengah pertemuan mereka.
Max menatap malas pria di depannya itu, "Ku pikir kau sudah di dalam tanah pak tua." sarkas Max.
Pria yang dipanggil pak tua itu terkekeh geli melihat tingkah laku cucu semata wayangnya, "Aku akan tetap hidup sampai kau menemukan orang yang berharga bagimu Max." ucapnya.
"Sudah kutemukan sejak dua tahun yang lalu pak tua, sepertinya kau ketinggalan berita." sinis Max, berhadapan dengan kakeknya selalu berhasil membuat perasaannya menjadi jengkel seketika.