NEVARA
Disinilah Nara sekarang, berdiri di depan pintu rumah Zella padahal Nara belum meminta izin dari Max dan dia melarikan diri dari pengawasan laki-laki itu seperti apa yang Rio katakan padanya, tangannya bergerak untuk mengetuk pintu besar itu dan tak lama sang pemilik rumah membuka pintu itu.
Tidak ada raut wajah bahagia atau ramah yang dia tunjukkan pada Nara. Damian menatap malas pada Nara tapi tak urung mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke dalam rumahnya karena Zella sudah menunggu di kamarnya.
Langkah kakinya terasa berat kali ini entah karena terlalu takut pada Damian yang sedang mengawasinya dari pintu atau takut jika dia bertemu dengan Zella maka semua kepercayaan dirinya hilang bersamaan dengan rasa sayang pada sahabatnya itu.
Persahabatan memang tidak selalu berjalan dengan mulus, terkadang seseorang bisa melupakan siapa saja yang menemani mereka dalam waktu yang lama hanya demi orang baru, dan Nara tidak bisa menyalahkan Zella jika gadis itu sudah mulai menjauh darinya karena Nara sendirilah yang menjaga jarak dari Zella dengan alasan tidak ingin mencelakai Zella.
Tangannya bergerak dengan pelan untuk membuka pintu itu dan setelah pintu itu sedikit terbuka indra penciumannya menangkap bau yang menyengat dari kamar Zella, Nara tidak berani untuk membuka suara dan terus melanjutkan gerakkannya untuk membuka pintu hingga pintu itu terbuka dengan sempurna lalu Nara masuk ke dalam kamar Zella tidak lupa menutup kembali pintu itu.
Netranya menatap Zella yang sedang berdiri di balkon kamarnya dengan hanya menggunakan piama tipis berwarna hitam, langkah kakinya membawa Nara mendekat pada Zella dan menepuk bahu gadis itu.
Zella yang merasakan tepukan di bahunya lantas menatap sang pelaku dengan malas, "Udah nyampe? Mana Rio?" tanya Zella.
"Tentu saja sudah, dan aku tidak tahu di mana Rio." jawab Nara seperti biasa.
Zella menarik tangan Nara menuju tempat tidurnya dan menyuruh gadis itu untuk duduk di tepi tempat tidur bersamanya, tangannya menggenggam erat tangan Nara seolah-olah akan kehilangan Nara jika melepaskannya sedetik saja.
Netra hitam Zella menatap iba pada Nara, "Ra, dengerin penjelasan gue dulu ya, kalau gue udah selesai lo baru boleh ngomong." ucap Zella pada Nara yang masih diam dan hanya menatapnya seperti biasa.
"Gue tau gue salah tapi gue terpaksa Ra, ayah gue nyaris bangkrut waktu itu dan dia nyuruh gue jadi bandar narkoba demi nyelametin perusahaannya." tutur Zella, dia tidak berbohong. Satu tahun yang lalu tepatnya saat dia sadar jika Max sudah mengincar keluarganya tiba-tiba saja ayahnya mengatakan jika dia akan bangkrut.
Dan tidak ada yang dapat Zella lakukan waktu itu selain menuruti permintaan ayahnya, satu tahun dia menjadi pengedar narkoba dan tidak ada polisi yang curiga padanya. Lagi pula polisi pasti berpikir untuk apa seorang gadis kelas tiga sekolah menengah pertama melakukan itu? Mereka tidak akan gegabah untuk menangkap anak di bawah umur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevara Obsessive Boyfriend
Ficção Adolescente(17+) WARNING!!! (CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, OBSESI, NARKOBA, DAN KONTEN SENSITIF! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR BALIK LAGI NANTI PAS UMUR KALIAN UDAH CUKUP YA) *** Dia Maximillan, lelaki dengan netra biru yang selalu berkilat...