NEVARA
Satu minggu berlalu, dan Nara tidak berani untuk mengungkit hal itu pada Max. Lagi pula jika dia bertanya mungkin Max akan menganggap hal itu sebagai kesalahan karena memedulikan orang lain.
Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya, lengkap dengan sepatu putih yang terpasang di kakinya dengan sempurna. Sepuluh menit berlalu namun masih tidak ada tanda-tanda Max akan menjemputnya seperti biasa, dan sekarang sudah pukul enam lebih empat puluh lima.
Nara berjalan menuju arah gerbang rumahnya, menunggu angkutan umum karena jika dia terus menunggu dapat dipastikan jika dirinya akan telat, dan tentu saja sebagai murid yang rajin Nara tidak menginginkan hal itu. Meskipun Max akan marah karena dia tidak mengizinkan Nara untuk naik kendaraan umum.
Bunyi klakson motor mengejutkan Nara yang sedang menutup gerbang rumahnya, netra gadis itu mencari pelaku yang membuatnya terkejut, dan tatapannya jatuh pada pemuda tampan yang sedang duduk di atas motornya dengan tenang setelah membuatnya terkejut.
"Lo kenapa masih belum berangkat? Pacar lo ke mana?" tanya Zero saat sudah memberhentikan motornya di depan Nara.
Mata gadis itu menyisir area perumahannya sebelum menjawab pertanyaan itu, "Aku ngga tahu Max ke mana, dan jelas aku belum berangkat karena kalau udah ngga mungkin kita ketemu." jawab Nara dengan malas dan khawatir.
Bukan khawatir akan terlambat, gadis itu lebih khawatir Max tiba-tiba muncul dan salah paham. Kekasihnya itu pasti akan menghukumnya karena berbincang dengan orang lain tanpa seizinnya, dan hal itu sudah biasa bagi Nara.
Jangan muak dengan kata hukuman, karena untuk Nara itu bagian dari kesehariannya.
"Wow, lihatlah siapa yang sedang berselingkuh di sini." tukas Max.
Baru saja Nara akan berdoa namun laki-laki itu sudah datang terlebih dahulu, Max muncul tiba-tiba dari arah yang berlawanan dengan Zero tanpa motornya, jika kalian bertanya dimana motor Max, jawabannya adalah di dalam garasi rumah Nara.
Max memang selalu berjalan kaki dari rumahnya, lagi pula jarak rumahnya tak terlalu jauh meskipun hanya jalan kaki.
"Tidak ada yang sedang selingkuh, tuan Maximillan." kesal Nara.
Selalu saja seperti ini, Nara tak tahu penyebab kekasihnya menjadi orang yang terlalu waspada dan curiga meskipun itu pada keluarganya sendiri.
Dia pernah melihat Max menodongkan pisau pada ayahnya sendiri, hanya karena pria paruh baya itu berdiri di belakangnya, cukup gila bukan?
"Kamu bermain di belakangku, Nara. Sungguh keterlaluan," ucap Max dengan dramatis, mengabaikan Zero yang menatap jengah padanya.
Mendengar itu, Nara lebih memilih diam dari pada membalas perkataan Max yang berujung dengan hukuman dari laki-laki itu karena di anggap membantah. Entah berapa kali dia berpikir tentang hukuman hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nevara Obsessive Boyfriend
Novela Juvenil(17+) WARNING!!! (CERITA INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN, PEMBUNUHAN, OBSESI, NARKOBA, DAN KONTEN SENSITIF! BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR BALIK LAGI NANTI PAS UMUR KALIAN UDAH CUKUP YA) *** Dia Maximillan, lelaki dengan netra biru yang selalu berkilat...