Chapter 28

8.6K 271 2
                                    

NEVARA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NEVARA

Jika kalian bertanya bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih? Mungkin sebagian orang akan menjawab dengan wajah bahagia karena telah dipertemukan dengan belahan jiwanya, namun hal itu tidak berlaku untuk Nara.

Kekasih adalah orang yang selalu mengekang serta mengatur segala hal dalam kehidupanmu dan merenggut semua kebebasan yang kamu miliki, setidaknya itulah definisi kekasih menurut Nara.

Gadis itu tengah duduk di depan jendela kamarnya yang berada di lantai dua, Nara berpikir bagaimana jika hubungannya dengan Max atas dasar suka sama suka bukan dipaksakan seperti ini dan kenapa juga harus dia yang mengalami semuanya?

Nara menatap langit malam yang terlihat indah dengan bintang-bintang yang bersinar terang, "Bintang saja dapat menentukan di mana dan kapan dia akan muncul, sedangkan aku?"

Gadis itu tak kuasa melanjutkan ucapannya karena semakin di pikirkan maka Nara akan merasa prihatin pada dirinya sendiri.

Max memang memperlakukannya dengan baik jika dia tidak melakukan kesalahan yang Max maksud, tapi terkadang ada beberapa hal yang terjadi diluar kendali dan keinginannya namun Max tetap menyalahkannya atas apa yang terjadi.

Nara sangat ingin lepas dari belenggu pemuda itu tapi tidak ada yang dapat dia lakukan karena keluarganya sendiri secara terang-terangan memberikan Nara pada keluarga Max sebagai jaminan suntikan dana pada perusahaan keluarganya.

Miris bukan? Di jadikan bahan obsesi berkedok cinta lalu di jadikan jaminan hutang oleh keluarganya, "Aku hanya berharap Max berubah,"

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi gadis bernetra cokelat itu, dia menatap kosong pada pintu kamarnya. Menunggu sang pengetuk mengatakan sesuatu.

"Nara? Kakak masuk ya?" Suara Atlas terdengar dari balik pintu kamarnya, gadis itu berdiri dari duduknya dan membuka pintu ternyata Atlas tidak sendirian melainkan bersama Althair.

Apa yang kedua kakaknya itu lakukan di depan pintu kamarnya? "Ada apa?"

"Kamu lagi ngapain? Kakak boleh masuk kamar kamu?" tanya Althair mencoba mencairkan suasana.

Kedua pemuda itu masih merasa bersalah pada Nara, jika saja mereka membawa Nara pulang hari itu mungkin Nara tidak akan mendapatkan tato-tato itu pada tubuhnya namun semua sudah terjadi tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menyesal.

"Masuk saja, lagi pula bukankah kalian biasanya langsung masuk begitu saja." sindir Nara mengingat kebiasaan kedua kakaknya sebelum kedatangan Max dalam hidupnya.

Ketiga kakak beradik itu masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu cokelat itu, ketiganya duduk di lantai karena tidak muat jika harus duduk di sofa.

Althair memperhatikan Nara dari awal dan menyadari raut wajah adiknya yang sedikit berbeda dari biasanya, meskipun Nara terkesan kaku dan cuek sekarang namun biasanya gadis itu akan tersenyum tipis pada beberapa orang yang memang Max izinkan.

Nevara Obsessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang