Pukul 23.04 WIB.
Dhea masih berada di dalam kamarnya sembari mengemasi semua barang-barang miliknya ke dalam koper satu-persatu.
Kepalanya sedikit pusing, matanya juga sudah sembab karena banyak menangis. Namun Dhea tak mempedulikan hal itu.
Sepertinya keputusan terbaik memanglah Dhea yang harus pergi dari rumah ini, mungkin dengan begitu semua huru-hara ini akan berhenti.
Keributan-keributan yang terjadi karena adanya Dhea juga akan hilang nantinya.
Apapun yang terjadi setelah ini semua tidak Dhea pikirkan sekarang, yang terpenting adalah pilihan yang Dhea ambil saat ini.
Urusan besok bisa dia pikirkan besok, terkait orangtuanya dan hal-hal lain bisa dia pikirkan besok.
Selesai berkemas Dhea membawa dua koper miliknya keluar dari kamar, begitu dia menutup pintu kamar tepat sekali pintu kamar Harsya terbuka.
Dan seseorang keluar dari sana, namun sayangnya itu bukan Harsya, melainkan Aurel.
Dhea bisa melihat wajah bahagia yang terpancar di wajah Aurel sekarang ini, jelas dia bahagia karena merasa sudah menang karena berhasil mengusir Dhea dari rumah Harsya.
Aurel tersenyum begitu lebar sembari menatap dua koper yang dibawa Dhea, "Mau kemana malam-malam bawa koper? Di usir ya?"
"Ckckck... Kasian." Ujar Aurel meledek
"Itu akibatnya kalau Lo main-main sama gue, Lo pikir Lo bisa ngalahin gue hh?" Bisik Aurel dengan sinis di telinga Dhea.
"Cewek murahan kayak Lo bisa apa sih selain dimanfaatin terus di buang. Rasain tuh..." Ceplos Aurel sembari terkikik sendiri.
Dhea tak membalas perkataan Aurel, dia menyeret dua kopernya pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah katapun.
Dari ujung tangga Dhea melihat Harsya berdiri di lantai satu dengan membawa sekaleng bir di tangannya, sambil memperhatikan Dhea yang kesulitan membawa koper-kopernya menuruni anak tangga.
Dhea terengah-engah setelah akhirnya berhasil turun dengan membawa koper-koper beratnya itu.
Harsya melirik dua koper yang dibawa Dhea, "Lo udah pastiin gak ada barang yang ketinggalan kan?"
"Gue males soalnya kalau sampe nanti harus liat Lo lagi disini dengan alasan ada barang yang ketinggalan ya." Kata Harsya memperingati.
"Harsya sebenci itu sama Dhea ya?" Ceplos Dhea dengan rasa miris mendengar ucapan Harsya padanya.
"Oh ya jelas, gue benci banget sama cewek murahan soalnya."
"Dhea murahan gitu maksudnya?" Lirihnya dengan rasa sakit yang semakin menghancurkan hatinya.
"Ya apalagi namanya kalau bukan murahan? Sasimo hhh...?" Harsya tertawa sinis.
"Dasarnya Lo juga gatel jadi cewek, sama siapa aja mau. Kenapa sih kek kurang belaian banget Lo? Di apain juga sama cowok mau-mau aja. Apa itu namanya kalau bukan murahan?"
"Jalang? Pelacur?"
Deg....
Lagi dan lagi air mata mengalir keluar dari pelupuk matanya, Dhea tak percaya Harsya bisa mengucapkan kalimat sekeji itu pada Dhea.
"Lo gak usah belaga sok suci deh, paling juga habis ini Lo jadi jalangnya Zanva kan hhh..." Ujar Harsya sembari tertawa sinis.
"Seburuk itu ternyata Dhea di mata Harsya selama ini??" Lirihnya
"Ya emang Lo seburuk itu, Lo gak nyadar ya selama ini?" Sahut Harsya dengan santai.
Dhea sudah benar-benar kehabisan kata-kata untuk menjawab, Dhea hanya bisa mendengarkan saja dan menerima semua ucapan Harsya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harsya
Novela Juvenil// FOLLOW DULU SEBELUM BACA// Menceritakan kehidupan anak remaja, yang labil, gampang tantrum, dan sedikit tidak waras. Dalam cerita ini banyak menggunakan kata-kata kasar dalam dialognya. Harsya adalah seorang remaja yang ingin kehidupan remajanya...