episode 11

230 24 4
                                    

Hari Minggu

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun Bright masih terlelap di depan ruang tv hingga Mike membangunkannya.

"Bright ! Bright bagun. Bright ! "

"Ck apaan sih Mike...gua masih ngantuk " ia kembali menggulung tubuhnya dengan selimut.

"Ih bangun dulu kenapa ! "

akhrinya Bright bangun sambil malas-malasan. Ia belum membuka matanya sama sekali hingga sebuah aroma tercium dari hidungnya. Wangi aroma itu sangat enak membuat dirinya lapar.

"Ini siapa sih yang masak ? Wangi banget aromanya...tapi kok wanginya kaya deket dari sini ya ? Apa tetangga sebelah ? "

"Gua juga awalnya mikir gitu. Tapi...kayanya dari arah dapur deh "

"Maksud lo ? Dapur kita ? " Mike mengangguk.

"Coba ayo kita lihat Bright "

"Ya udah ayo "

Mereka melangkahkan kakinya ke dapur, saat sampai mereka malah melihat punggung seseorang

"Lo siapa ? " tanya Mike bingung. Orang itu menoleh.

"Loh Win ?! " keduanya terkejut.

"Eh kalian udah bangun. Maaf ya aku pakai dapur kalian soalnya aku mau buat sarapan " Win menunduk.

Ia takut mereka marah karena dengan lancangnya memakai dapur tanpa izin.

"Enggak apa-apa kok Win. Jangan takut kita hanya terkejut aja lihat lo ada di sini " ucap Mike. Sementara Bright hanya terdiam.

"Oh iya ini aku udah selesai buat nasi goreng dan omelet. Silahkan di coba "

Mereka duduk di meja makan. Mike dan Bright menatap masakan buatan Win yang terlihat sangat menggiurkan.

"Wah...gk nyangka lo bisa masak Win malah kelihatannya enak banget lagi " Mata Mike berbinar.

"Makasih Silahkan di coba. Maaf ya kalau ada yang kurang "

Bright dan Mike menyuap ke mulut mereka nasi goreng beserta omelet tersebut bersamaan. Begitu di makan mereka merasakan makanan tersebut memang sangat enak.

"Win...ini enak banget " puji Mike sambil memakannya dengan lahap. sedangkan Bright hanya makan tanpa memberikan tanggapan.

Padahal Win ingin sekali mendengar ucapan Bright buat masakannya. namun ia tidak mengucapkan apapun sampai habis makanan di piringnya.

Win hanya menunduk. Entah kenapa ia ingin sekali mendengarnya. Seketika ia langsung menyadarkan dirinya.

'Jangan berpikiran aneh. Kamu itu gk pantes mendapatkan pujian darinya ' pikir Win.

"Win ini beneran enak banget. Gk nyangka gua sama lo ternyata bisa masak " Win tertawa kecil mendengar ucapan Mike.

"Makasih atas pujiannya Mike "

"Kita berdua ini biasanya kalau sarapan, makan siang atau makan malam masak mie biar gk ribet " Win terkejut.

"masak mie ? Setiap hari ?"

"Iya. Lagian kita berdua juga gk bisa masak makanan lain selain mie. Ya walaupun ada tambahan lainnya pasti akhirnya akan mie lagi "

"Kenapa gk makan di luar aja ? Dari pada masak mie terus ? "

"Kita ini begitu biar hemat biaya aja "

"Tapi gk baik masak mie terus yang ada nanti malah sakit "

"Ya mau gimana lagi ? Kita berdua semenjak lulus kuliah gk mau membebani keluarga lagi. Jadi kita memilih tinggal di sini sambil kerja sampingan "

"Kalian kerja sampingan ? " Mike mengangguk.

"Iya gua sebagai pelayan cafe kalau Bright sebagai penyanyi di cafe itu "

Win menatap Bright tak percaya "kamu penyanyi ? "

"Hanya penyanyi sementara bukan artis "

"Tapi tetap aja itu luar biasa. Dari dulu aku pengen banget bisa nyanyi tapi gk jadi soalnya suara aku jelek " Win menggaruk tengkuknya. Bright tertawa kecil.

"Enggak kok. Semua orang bisa punya suara bagus asal latihan aja "

Win mengangguk paham

"Lo pulangnya jam sepuluh pagi aja nanti gua antar " Win menggeleng mendengar ucapan Bright.

"Gk usah. Nanti aku pulang naik taksi aja kok aku gk mau merepotkan " ucap Win pelan. Bright langsung beranjak dari duduknya pergi ke ruang tv.

"Win...jangan ngomong kaya gitu. Bright sebel sama lo setiap apapun pasti selalu jawab takut merepotkan. Dia jadi marah kan "

"Tapi emang benar aku takut merepotkan kalian "

"Sudah jangan mikir kaya gitu. Kita berdua ini udah menganggap lo seperti sahabat kita. Jadi jangan kaya gitu lagi ok ? " Win mengangguk pelan.

Ia terharu mendegar ucapan Mike yang mengatakan kalau dirinya sudah dianggap sahabat. Selama ini Win hanya sendirian. Pram, Leon dan Daniel hanya sebatas teman bisnis saja.

"Thanks ya Mike udah anggap Win sahabat kalian..."

Kavin senang teman dan kekasihnya itu sudah menganggap Win sebagai sahabat mereka. Sejenak Win bisa melupakan kejadian yang menimpanya semalam.

Di ruang tv Win melihat Bright di sana sambil main gitar. Perlahan Win duduk di hadapannya. Terlihat wajah Bright sangat serius memainkan alat musik tersebut.

"Ehm...Bright maafkan aku...maaf udah buat kamu marah " Bright menghembuskan nafasnya pelan sembari memandang Win.

"Please...jangan terus merasa lo itu merepotkan. Kita ini sesama manusia harus saling membantu bukan ? Jadi stop bilang kata itu "

"Iya..aku minta maaf "

"Mau gua ajarin main gitar ? " Win membulatkan matanya

"Beneran ? Kamu mau ajarin aku main gitar ? "

"Iya, lo mau ? " Win mengangguk antusias "mau ! "

"Ya udah duduk di samping gua biar lo tahu caranya "

Win pun duduk di samping Bright. Dengan sabar Bright mengajarinya walaupun terkadang membuat Bright menggaruk kepalanya pusing.

Sedangkan Win hanya memberikan senyum lebarnya kepada Bright. Entah kenapa Kavin merasa cemburu dengan Win.

"Kok gua cemburu ya sama mereka ? Padahalkan alurnya memang akan seperti ini walaupun gua gk ada di tubuh win sekarang..."








Happy reading all 💜💜💜

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang