episode 69

232 28 19
                                    

Di dalam mobil Win masih terdiam. Sebetulnya Bright bingung kenapa tadi Win seperti ketakutan. Perlahan ia memegang tangan Win dengan sebelah tangannya menyetir kemudi.

Keduanya saling tatap, Bright bisa melihat genangan air mata di pelupuk mata pria manis itu. Sejenak ia menghentikan laju mobilnya untuk berbicara.

"Ada apa, Win?"

Secara tiba-tiba Win langsung memeluk tubuh Bright dengan erat. Air mata pun sudah meluncur bebas.

"Phi ...."

"Ada apa?"

"Aku takut ...."

"Takut?" Win mengangguk di pelukan Bright. Kerutan di dahi nya menandakan kebingungan.

"Takut kenapa? Apa terjadi sesuatu tadi?"

Pertanyaan Bright membuatnya terdiam. Apakah ia harus bercerita tentang dirinya yang bertemu Dew?

Beberapa detik Win memilih menggelengkan kepalanya kecil. Ia takut kalau misalnya bercerita kepada Bright akan menjadi sebuah masalah besar. Terlebih terhadap karyawan nya sendiri.

Perlahan Win melepaskan pelukan nya. Ia berusaha tersenyum tipis.

"Aku sudah merasa lebih baik."

"Win, kamu takut kenapa? Cerita sama phi." Ia harus mencari cara agar Bright percaya padanya.

"Aku takut sama ... kecoa! Iya, kecoa!"

"Hah? Kecoa?"

"Iya. Tadi pas di kamar mandi ada kecoa. Makannya aku takut ...."

Win mengeluh sakit karena Bright menjitak dahinya.

"Phi, kira ada apa! Ternyata cuma kecoa?"

"Ya maaf. Aku takut banget sama kecoa."

"Astaga! Lain kali jangan kaya gini. Kamu buat phi khawatir!"

Senyuman manis yang terlihat dari bibir Win membuat Bright menahan kesal.

"Kenapa malah senyum? Phi serius, loh!"

"Iya. Aku minta maaf. Aku janji gak akan kaya gini lagi."

Bright benar-benar merasa lega. Ia berpikir kalau ada sesuatu yang terjadi sama Win. Namun, sedetik kemudian ia kembali berpikir untuk apa mengkhawatirkan Win? Itu sama sekali tidak penting!

"Aish! Bodoh kamu!" gumam Bright. Win yang tidak sengaja dengar bertanya.

"Siapa yang bodoh?"

Dengan kesal Bright menyentil dahi pria manis itu lagi. "Kamu!"

Pada akhirnya Win pun cemberut karena di katain bodoh.

****

Di sebuah kamar apartemen seorang pria jangkung sedang mengacak-acak rambutnya kasar.

"Sial! Tuan Win sama sekali gak mau dengerin gua!"

Dew menatap ke arah dinding di pojok apartemennya. Di sana terpajang banyak sekali foto seorang pria manis yang diam-diam dia ambil. Siapa lagi kalau bukan Win Metawin.

Ya. Dew mencintai Win. Bukan! Lebih tepatnya adalah obsesi. Awalnya karena dulu hampir setiap hari ia melihat Win datang ke kantor Bright. Namun, selalu di tolak oleh bos nya itu. Mulanya Dew biasa saja, ia berpikir kalau ada sesuatu masalah di antara mereka.

Tapi, ada suatu hari di mana ia melihat Win duduk sendirian di depan kantor tangga sambil menunduk. Dew yang kebetulan lewat pun segera melanjutkan langkahnya. Tetapi, sesaat ia tidak jadi malah membeku di tempatnya sebab setetes demi setetes air mata muncul dari pelupuk mata indah seorang Win Metawin.

Tetesan itu berubah menjadi tangisan yang memilukan. Win tak bisa menahan nya. Ia sedih karena Bright benar-benar tidak mau menemui nya sama sekali.
Setelah merasa tenang ia bangun dari duduknya untuk pergi dari sana. Sejenak Win menatap kantor tersebut sambil menghela napasnya berat.

"Semoga suatu hari nanti, phi mau menemui ku lagi ...."

Dan dari situlah Dew merasa tertarik. Ia bahkan mencari tahu tentang Win. Sampai akhrinya ia mengerti permasalahan mereka. Senyuman mengembang begitu jelas di wajah Dew.

"Tenang Win, kalau Bright tidak bisa membahagiakan mu, biar aku saja yang akan membahagiakan mu. Aku akan selalu membuatmu bahagia saat bersamaku."

Ternyata, Win sama sekali tidak mau berada dekat dengannya. Bahkan untuk menjadi temannya pun sangat sulit. Itu membuatnya benar-benar kehilangan kesabaran. Kemudian Dew melangkahkan kakinya menuju dinding tersebut. Senyuman smrik terlihat saat Dew mengelus salah satu foto Win.

"Jika kamu tidak bisa kumiliki, maka siapapun juga tidak boleh memilikimu! Lebih baik kamu pergi dari dunia ini dari pada kamu bersama orang lain, bukan denganku!" teriak nya kencang.

****

Di malam harinya. Win sedang mengerjakan berkas-berkas yang dia bawa dari kantor. Pekerjaannya semakin hari semakin banyak. Bukan ada masalah. Tetapi, makin banyak yang mau berkerja sama dengan perusahaan nya. Walaupun sedikit kewalahan, Win berusaha melakukan yang terbaik.

"Aku harus melakukan semuanya dengan baik. Ini demi perusahaan papah. Semangat Win! Kamu pasti bisa!" Ya. Jika merasa lelah ia akan menyemangati dirinya sendiri.

Saat sedang fokus handphone nya berbunyi tanda pesan masuk. Win berpikir kalau itu Bright. Biasa, jika pria itu yang mengirimkan pesan atau telpon, dengan segera Win akan mengangkatnya.

Namun, kali ini bukan dari Bright. Melainkan dari nomor yang tidak di kenal.

"Nomor siapa ini?"

Saat di buka pesan tersebut, tiba-tiba ia berteriak kencang membuat orang rumah menghampiri.

"Win! Kenapa kamu teriak?" tanya Jack.

"Heh! Kalau di tanya itu jawab! Bukannya geleng-geleng kepala!" bentak Maria.

"Takut ...." racaunya sambil menutup matanya.

"Ada apa ini?" tanya Nani yang baru datang.

"Aku takut ...."

Jack memandang Win bingung. Matanya kini tertuju pada handphone yang tergeletak di lantai. Beliau pun mengambil nya. Matanya membulat sempurna dengan apa yang di lihat.

"Ada apa, pho?" Maria juga terkejut melihat nya.

"Astaga! Apa ini?"

"Apa sih, Mae? Coba lihat?" Nani pun sama, ia memandang Win heran.

"Win, sepertinya ada yang mau berbuat sesuatu sama kamu," ucap Jack.

"Aku salah apa, Om?"

"Mana kami tau! Kamu harus beresin ini sendiri! Awas aja sampai kami terlibat! Ayo kita pergi," kata Maria. Mereka langsung pergi meninggalkan Win sendiri.

Pesan tersebut berisikan fotonya dan tulisan berwarna merah.

'Semoga kamu selalu bahagia ya.'

Di samping tulisannya pun ada gambar love besar memenuhi foto Win.

































Happy reading all 😊

Jangan lupa vote dan comment 👋

Mau tanya nih, episode nya kebanyakan gak? Kalau iya, aku mau end aja deh 🤣

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang