episode 58

211 29 22
                                    

Namun, sepertinya terima kasih itu tidak jadi. Sebab Bright melepaskan cengkraman tangan nya dari leher Win. Terlihat jelas bekas itu di leher putih pria gigi kelinci.

Win akhrinya bisa merasakan oksigen di sekeliling nya. Ia sampai terbatuk-batuk. Wajah yang tadi memerah kini perlahan seperti semula, putih dan bersih.

Sedangkan Bright malah menertawakan dirinya sendiri karena melepaskan penjahat itu. Entahlah, ia tidak mengerti.

"Apa yang lu pikirkan, Bright? Katanya lu mau bunuh pelakunya? Ini orangnya ada di depan mata lu! Cepat bunuh dia! Cepat bunuh bodoh! Cepat! Bangsat lu Bright! Ayo bunuh! Ayo! Akh, sial!" Bright menghardik dirinya sendiri sambil menjambak lagi rambutnya.

Win dan Bright tanpa sengaja saling bertatapan. Pria itu terkekeh.

"Kenapa lu liatin gua? Senang karena gak jadi gua bunuh? Ya emang mau nya lu itu, kan?"

"Kenapa ... phi gak jadi bunuh aku? Aku ini pelakunya! Kata phi akan bunuh kalau ketemu sang pelaku? Ini aku di hadapan phi sekarang! Cepat bunuh aku phi! Cepat!" Win perlahan merangkak ke kaki Bright dan bersimpuh.

"Cepat bunuh aku phi ... aku siap. Kalau phi takut di penjara aku akan rekam suara di handphone dan aku akan berakting seolah-olah aku bunuh diri. Ayo cepat bunuh aku phi! Cepat!"

Bright cengkeram dagu pria manis itu dengan kasar.

"Lu pikir gua takut di penjara? Malahan gua senang karena gua berhasil melenyapkan lu dengan tangan sendiri!"

"Kalau begitu bunuh aku phi!" Lagi-lagi pria berwajah tampan itu terkekeh geli.

"Sorry, gua gak mau label pembunuh ada diri gua. Gua gak tertarik sama label itu. Label 'pembunuh' emang cocok buat lu!"

Bright menekan kata pembunuh dengan sengaja. Bekas air mata terlihat jelas di mata keduanya. Ia menarik tangan Win dengan paksa.

"Sekarang keluar dari sini! Pergi!"

"Enggak! Aku gak mau pergi, sebelum phi bunuh aku!"

"Kenapa lu pengen banget gua bunuh? Lu mau gua punya label itu biar sama kaya lu? iya!"

"Tidak! Aku berpikir ... seandainya aku terbunuh oleh phi, kemungkinan phi akan memaafkan aku ...."

Bright malah tertawa terbahak-bahak. Tak menyangka dengan perkataan Win. Ia mencengkeram lagi dagu pria gigi kelinci.

"Dengerin gua baik-baik. Walaupun lu gua bunuh, sampai lu mati pun gua gak bakalan maafin lu! Jangan berpikir apalagi berkhayal!"

Win menangis terisak. Segitu benci kah Bright terhadap nya?

Pria itu menarik kasar tangan Win keluar apartemen. Di depan pintu perlakuan kasar Bright lagi ia terima. Dirinya di dorong hingga terjatuh di depan pintu.

"Gua peringatkan, jangan pernah injakkan kaki ke sini apalagi datang! Gua gak akan sudi terima lu di sini! Sekarang pergi!"

Bright menutup keras pintunya. Win mengetuk berkali-kali sambil memohon.

"Phi, aku mohon maafkan aku phi. Aku minta maaf ... phi, tolong maafkan aku. Phi Bright ...."

Di belakang pintu, tubuh Bright merosot lemah. Air mata yang sejak tadi ia tahan akhrinya tak terbendung lagi. Sejujurnya, ia tak terima atas kejadian ini. Mengapa harus Win? Mengapa harus Win pelakunya?

Di depan pintu, Win masih menangis. Ia tidak tau, apakah sekarang dirinya tidak bisa mendapatkan kebahagiaan? Win hanya ingin bersama Bright. Sejak pertama kali pria itu datang ke hidup nya, yang tadinya membuat hatinya sakit tergantikan dengan segala perasaan bahagia.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang