episode 45

155 21 12
                                    

Keduanya masih terdiam dengan ucapan Bright. Kemudian dia memegang tangan Davika dan Erik.

"Aku sudah ingat semuanya. Aku ingat kalau Kavin adalah pacar aku. Kami pacaran bukan sahabat."

Terlihat wajahnya berseri-seri namun kembali meredup karena mengetahui kalau pacarnya sudah tiada.

"Dan aku juga ingat kalau Kavin sudah meninggal. Dia bilang sendiri sama aku pas di taman. Aku juga ingat tentang kecelakaan itu."

Davika memeluk putranya dengan air mata terus meluncur tanpa henti. Bright mendongakkan kepalanya.

"Mae dan Pho mau bantuin aku sesuatu ?"

Erik menatapnya penuh tanya. "Bantuin apa, Nak ?"

"Tolong cari tau siapa yang sudah membuat kecelakaan itu terjadi."

Sang ayah mengangguk paham dan menepuk-nepuk pundak nya.

"Akan Pho lakukan dengan baik."

"Kamu sudah ikhlas kan sayang ? Mae gk mau kamu halusinasi lagi."

"Enggak Mae aku gk akan halusinasi lagi. Tapi aku mau kebenaran ini segera terungkap. Aku mau bawa pelakunya ke penjara."

Davika dan Erik tersenyum. Setelah ini mereka akan menghubungi orang tua Kavin untuk mengajak kerjasama.

***

Sementara itu Win membuka matanya secara pelan di temani suara meringis karena seluruh wajah dan badannya sangat sakit.

Ia tergeletak di lantai. Barang sedetik pun dirinya tidak bisa bergerak sama sekali.

"Sakit ...."

Kavin mengutuk kelakuan Jack dan Maria.

'Dasar orang gk berguna ! Cuma jadi beban doang buat Win ! Mati lu semua !'

Pemuda kacamata itu tidak tega melihat kejadian semalam saat Win terus di pukul sampai babak belur. Bahkan di bawah guyuran hujan dan petir tidak membuat Jack berhenti memukul nya.

Win terus meringis kesakitan hingga pintu kamar terbuka menampilkan Maria dan Nani.

"Akhirnya mesin uang kita datang lagi Mae."

"Iya sayang. Mae gk sabar mau belanja dan jalan-jalan."

Keduanya tertawa bahagia tanpa memperdulikan keadaan Win. Nani berjongkok di depannya sambil menarik rambut Win dengan kencang. membuat pemuda manis itu mendongak.

"Makan nya nurut aja sih sama kita. Gk usah kabur segala jadi kena hukuman kan lu !" Ejek Nani.

"Sekarang transfer ke rekening kita masing-masing sebesar 100 juta. Gk pake lama !" Perintah Maria dengan suara lantang.

Secara kasar Nani melepaskan cengkeraman dari rambut Win. Pemuda manis itu pun pasrah dan mengikuti keinginan mereka. Keduanya saling berpelukan senang melihat pesan bahwa transfer berhasil.

Setelah mendapatkan keinginan mereka pergi meninggalkan Win sendirian. Mengobati Win pun mereka tidak mau.

Di sisi lain empat orang berkumpul di ruangan Bright. Membahas rencana untuk menangkap pelaku kecelakaan.

"Yang jadi masalah kita itu, bagaimana caranya kita mengetahui siapa pelakunya ? Tidak ada bukti satupun yang kita temukan."

"Kata orang-orang yang membawa Kavin sama Bright ke rumah sakit itu mereka di tabrak sama pengguna mobil dan pengguna mobil itu juga di tempatkan satu rumah sakit Erik."

"Tapi Min, admin rumah sakit mengatakan mereka itu hanya menerima laporan korban Bright dan Kavin aja gk ada pengguna mobil itu. Saya sama Dave sudah mengecek ke sana."

"Iya sayang, yang di katakan Erik benar. Pho bahkan sudah meminta laporan nya saat hari kecelakaan terjadi. Tapi hanya tertera nama mereka."

Min menatap Bright dan memegang tangannya. "Bright, kalian kecelakaan sebab menabrak mobil, kan ?"

Bright mengangguk. "Iya Tante, kita berdua mengalami kecelakaan karena tabrakan sama sebuah mobil yang melaju tak terkendali."

"Kamu masih ingat bagaimana ciri-ciri mobil itu atau nomor plat nya ?"

Pemuda itu menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf aku gk ingat. Yang aku tau mobil itu berwarna putih. Aku gk tau nomor plat nya karena sudah kecelakaan. Kepala ku juga sudah berkunang-kunang tak memikirkan apapun kecuali keadaan Kavin."

Erik, Dave dan Min menghela napasnya.

"Perkataan Bright tidak menunjukkan kejelasan sama sekali. Mobil warna putih banyak di Thailand bahkan seluruh dunia juga tersebar." Jelas Erik.

"Bagaimana kalau merek mobil nya ?"

"Maaf Om Dave, aku gk tau sama sekali."

Min menatap ke arah Davika yang sedari tadi hanya diam.

"Kamu baik-baik saja ?" Semua orang langsung memandang Davika terutama Bright.

"Ya aku baik-baik saja. Hanya saja mendengar penjelasan kalian aku jadi paham."

"Maksudnya Mae apa ?"

"Sepertinya, admin rumah sakit telah menghilangkan nama si pengguna mobil."

"Maksud kamu ada orang yang menyuruhnya menghilangkan nama si pengguna mobil ?"

"Iya pho. Itu juga terjadi sama CCTV di tempat kecelakaan, kan ?"

Mereka menggangguk kecil. Perkataan Davika ada benarnya.

"Kamu benar sayang. Berarti ada seseorang yang memang sengaja menghilangkan semua barang bukti dan sama saja ini namanya menyabotase !"

"Menurut saya ini bersangkutan sama si pengguna mob--"

"Bukan bersangkutan lagi pho ! Tapi memang benar yang menghilangkan semua barang bukti ya si pengguna mobil atau bisa di bilang pelakunya !" Sela Min.

Semuanya mengangguk setuju, namun Bright hanya diam saja. Pikirannya sangat kacau saat ini. Di sisi lain memikirkan tentang kecelakaan dengan sang kekasih, tapi di sisi lain pula memikirkan keadaan Win saat ini.


















Happy reading all 😊

Sorry kalau cerita nya gak nyambung. Ini sesuai yang author pikirin aja 🙏😭

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang