episode 32

132 21 2
                                    

Siang ini Bright dan Win sedang berada di mall star. Awalnya Bright mengirim kan pesan kepada Win untuk meminta mengantarkan dirinya ke mall karena mau memberikan hadiah kepada ibunya yang besok berulang tahu saat jam istirahat.

Win pun mau menemani. Mereka saat ini sedang di toko tas.

"Win, menurut lu yang bagus mana ? Ini atau ini ?" Bright menentang dua tas di tangannya yang berbeda merek. Warna biru gelap dan hitam.

"Menurut aku sih ... lebih bagus warna hitam phi Bright.  Karena terkesan lebih mewah di tambah bahannya juga lebih bagus di banding warna biru gelap. Tapi ... itu terserah phi sih. Ini cuma menurut aku."

Bright mengangguk pelan. "Ehm ... Baiklah. Gua ambil pilihan lu aja."

"Tapi kalau Mae phi gk suka gimana ?"

"Tenang pasti suka. Mae orang nya gk bakalan marah kalau di kasih barang gk sesuai pilihannya. Menurut Mae di kasih barang dari seseorang itu sangat menyenangkan. Gk peduli berapa atau. Kualitas barangnya. Yang terpenting orang itu kasihnya dengan ikhlas tanpa paksaan."

"Berarti Mae phi Bright baik ya orangnya."

"Iya. Baik banget. Gua aja seneng banget bisa jadi anaknya."

Win tersenyum kecil. Ia jadi membayangkan ibunya yang sudah lama meninggalkan nya.

"Phi harus bisa membahagiakan kedua orang tua phi ya. Sayangi mereka phi."

"Siap Win. Tanpa di suruh gua pasti akan berusaha membahagiakan mereka."

Win mengangguk.

"Oh iya sekarang kita makan siang yuk. Nanti gk keburu waktunya."

"Iya phi."

Setelah membayar tas tersebut. Mereka makan siang di restoran terdekat.

"Win, besok malam lu ada kegiatan atau pekerjaan gk ?"

"Oh gk ada phi. Kenapa ?"

"Besok malam itu ada semacam perayaan buat ultah Mae sih. Sekedar makan malam bersama-sama.  Lu mau kan datang ? Di sana juga nanti ada Mike."

Win terkejut, "Tapi phi, aku kan gk kenal sama keluarga phi. Masa aku ikut acara itu sih."

"Memangnya kenapa ? Nanti kan di sana pasti kenalan."

"Kalau orang-orang tanya aku siapa bagaimana ?"

"Ya tinggal jawab lu itu temen gua. Gampang kan ?"

Win tertunduk. Ia takut bertemu sama keluarga Bright. Bagaimana kalau misalnya ada yang sadar kalau Win yang menyebabkan kecelakaan waktu itu ?

Ia tidak apa-apa jika mereka mau memenjarakan Win. Tapi ... Win hanya takut melihat ekspresi Bright. Pasti Bright akan marah dan kecewa kepadanya dan gk mau kenalan lagi.

"Ehm gk apa-apa phi. Aku gk usah ikut. Aku malu."

"Gk usah malu. Pokoknya lu harus dateng ya. Apa gua yang akan jemput lu biar lu datang ?"

Win menggelengkan kepalanya Cepat, "Jangan ! Biar Win yang datang sendiri nanti."

"Ok. Lu harus datang ya." Win hanya bisa mengangguk pelan.

Keesokan malamnya. Di belakang rumah Bright dekat kolam renang di jadikan semacam tempat perayaan kecil-kecilan.

Tersedia berbagai makanan dan kue memenuhi meja panjang.

"Bright !" Panggil Mike.

"Ya ada apa ?"

"Lu jadi mengundang Win ?"

"Jadi Mike."

"Kok tapi dia belum datang juga ya ? Apa gk jadi kali ?"

"Jadi. Coba gua telpon dulu."

Bright menelpon Win, namun tidak di angkat.

"Gimana ?"

"Gk di angkat."

Sementara itu di luar gerbang rumah Bright, ternyata Win sudah datang tapi masih di dalam mobil. Ia tidak berani masuk ke sana.

Telponnya dari tadi berbunyi dari Bright. Sengaja tidak di angkat oleh Win.

"Gimana ini ? Apa aku masuk aja ? Tapi ... kalau misalnya ada yang tau kalau aku penyebab kecelakaan bagaimana ? Aku gk apa-apa masuk penjara, tapi ... aku gk bisa membayangkan bagaimana reaksi phi Bright. Pasti sangat marah sama aku ... "
















Happy reading all 😊.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang