episode 59

186 23 15
                                    

Pagi harinya, Mike pun datang. Saat buka pintu dirinya sangat terkejut melihat ruangan apartemen seperti kapal pecah. Begitu berantakan, bahkan beberapa barang hancur.

"Apa ... yang terjadi?"

Secara perlahan ia melangkahkan kakinya melihat-lihat, hingga matanya membulat sempurna karena di depan balkon sana tubuh Bright sedang meringkuk sambil memegang buket bunga.

Dengan segera mengampiri. Mike berpikir terjadi sesuatu. Namun, keningnya mengkerut bingung sebab Bright tertidur. Akan tetapi, samar-samar ia mendengar Bright seperti bergumam.

"Gak mungkin ... ini gak mungkin ...."

Mike memegang dahi Bright yang ternyata lelaki itu terserang demam. Tubuhnya begitu panas.

"Bright? Lu kenapa? Bright?"

Sahabat nya itu secara pelan membawa tubuh Bright ke kamar nya. Di baringkan dan di berikan selimut hingga hampir menutup tubuhnya.

Ia pun menelpon seorang dokter untuk datang ke rumahnya. Tak lupa Mike juga memberitahukan tentang ini sama Davika dan Erik. Kedua orang tua itu langsung pergi menuju apartemen.

****

Dokter yang datang juga sempat terkejut melihat keadaan ruangan yang berantakan. Pria berjas putih itu melakukan pemeriksaan dengan teliti.

"Apa yang terjadi sama teman saya, dokter?" tanya Mike gak sabaran setelah dokter selesai memeriksa.

"Teman anda demam tinggi dan saya rasa sepertinya teman anda ini mengalami frustasi."

"Frustasi?"

"Iya. Saat saya memeriksa ia terus berkata dengan lirih 'gak mungkin' sampai berkali-kali. Coba setelah ini anda tanyakan apa yang terjadi. Kalau benar kita harus lakukan tindakan secara psikis. Mengerti?"

Mike mengangguk pelan. Dokter pun berpamitan pergi. Sementara itu Davika dan Erik sudah sampai di area parkiran. Mereka berjalan dengan cepat agar tau apa yang terjadi kepada anaknya.

Keduanya sekilas menyapa dokter itu dan kembali menuju apartemen. Mereka di depan pintu dan memencet bel. Mike membukanya.

"Om, Tante." sapa nya.

"Mike, apakah terjadi sesuatu sama Bright?"

"Tante bisa lihat sendiri."

"Baiklah, ayo kita lihat."

Mereka juga terkejut melihat keadaan apartemen yang sangat berantakan.

"Mike, kenapa bisa berantakan?"

"Entahlah Om, saya juga gak paham. Saat saya pulang sudah seperti ini."

Ketiganya termenung sesaat, sebelum dikejutkan oleh teriakan Bright. Mereka bertiga bergegas ke kamar. Terlihat Bright teriak-teriak sambil meracau.

"Dasar pembohong! Penipu! Pembunuh! Gua benci sama lu! Gua benci!"

Davika langsung memeluk sang anak. Walaupun mata nya masih tertutup, Bright terus berteriak seperti itu berulang-ulang.

"Sayang sadar! Kamu harus sadar ...."
Erik juga ikut memeluk, tangannya terus menepuk-nepuk pipi Bright pelan.

"Nak, bangun. Kamu harus bangun, Bright ...."

Tak lama tubuh Bright lemas dan tidak sadarkan diri. Davika menangis terisak sambil mengelus rambutnya lembut.

"Sayang, kamu kenapa? Ada apa denganmu? Jangan seperti ini ...."

Erik juga mengelus punggung sang istri mencoba menenangkan. Kedua orang tua itu masih memeluk erat anaknya.

****

Di tempat lain, Win baru saja terbangun dari tidurnya. Ia seketika baru sadar kalau ketiduran di mobil dan masih di area taman.

"Ternyata aku ketiduran."

Handphone nya yang berbunyi hanya di lirik oleh Win. Terlihat nama panggilan dari Jack. Entahlah, rasanya ia begitu malas mengangkat telpon itu.

"Palingan di suruh pulang, habis itu di omelin habis-habisan. Biarkan sajalah. Lagi gak mood berurusan sama mereka. Tidak peduli kalau pulang babak belur."

Kavin sedikit terkejut dengan perkataan Win barusan. Biasanya ia akan ketahuan, tapi sekarang? Apakah Win marah sama pamannya?

'Sepertinya Win merasa muak dengan keluarga beban itu. Kalau iya itu sangat bagus! Ada kemajuan dari Win."

Pria gigi kelinci keluar dari mobilnya dan mendudukkan dirinya di bangku yang menghadap danau.

Pikirannya kembali melayang saat kejadian semalam. Ia tak pernah menyangka bahwa ia akan sendirian menghadapi kehidupan nya.

Tak ada lagi seorang Bright yang selalu membuatnya tersenyum bahagia. Tak ada lagi tempat ternyaman untuknya bercerita selain Bright. Kini hanya dirinya sendiri.

"Phi Bright. Walaupun phi gak mau deket lagi sama aku, aku akan selalu ada saat phi butuh. Aku akan setia menunggu sampai phi memaafkan ku. Aku akan sabar menunggu saat itu tiba."

Win sudah bertekad untuk berusaha bertahan. Ia tak tahu apa yang di lakukan Bright saat mereka bertemu lagi. Bisa jadi Win habis di hajar oleh nya atau mungkin mendapatkan perlakuan buruknya lagi.

Tak peduli omongan orang-orang yang mengatakan dirinya bodoh ataupun tak tau diri. Persetan dengan mulut mereka! Ia tak akan menyerah sampai kapanpun.


















Happy reading all 😊

Jangan lupa vote dan comment 👌

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang