episode 66

240 31 23
                                    

Saat ini Win sudah kembali ke kantornya. Ia terus memukul-mukul kepalanya karena mengingat kejadian tadi.

"Astaga! Kenapa aku bisa kepikiran ke sana, sih? Kalau misalnya phi Bright percaya kalau aku pacaran sama Dew, nanti dia gak mau aku deketin lagi. Padahal aku cuma mau ngetes doang. Sial! Bodoh kamu Win!"

Entah kenapa ia lepas kendali. Sungguh. Ia tak bermaksud seperti itu. Ia berpikir jika mengatakan itu Bright akan berusaha mendekati nya. Namun, sepertinya angan-angan nya harus di kubur. Win menidurkan kepalanya di atas meja. Bibirnya cemberut dan wajahnya menjadi sedih.

"Memang tidak ada harapan lagi kayanya untukku bersama dengan phi Bright ...."

Tak lama matanya tertutup hingga siang hari. Ternyata ia ketiduran di atas meja. Untung saja perkerjaan hari ini tidak banyak. Jadi, tidak masalah.

Tapi sepertinya di tempat lain perkataan Win membuat seseorang menjadi overthingking. Siapa lagi kalau bukan Bright. Sedari tadi saat berbicara mengenai pekerjaan bersama Jane, ia tidak fokus. Hingga wanita itu dengan sengaja menyudahi pembicaraan.

"Kita lanjutkan saja mengenai kerjasama lain kali. Kamu gak fokus!" kesel nya.

"Maaf, aku akan fokus. Mari kita lanjutkan."

"Tidak. Lain kali saja, sekarang lebih baik kita makan siang. Yuk ke restoran di ujung jalan sana. Aku belum pernah kesana soalnya." Diam sejenak sebelum Bright menggelengkan kepalanya.

"Lain kali aja ya, aku mau pergi dulu." Bright sudah berdiri sambil merapikan jas nya.

"Mau kemana?"

"Ada urusan. Bye Jane."

Bright pergi dari ruangannya. Jane berteriak kesal.

"Susah banget di deketin, sih! Aku kan sengaja ngajak makan bersama biar bisa deketin kamu terus, Bright! Kamu malah pergi. Nyebelin!"

Ya. Jane mempunyai perasaan lebih sama Bright. Awalnya memang untuk kerjasama. Namun, ternyata perasaan suka muncul begitu saja.

Begitu keluar dari lift, ia tak sengaja bertemu dengan Dew. Keduanya saling memandang, lebih tepatnya Bright memandang Dew penuh sinis.

Dew yang merasa tidak apa-apa pun menyapa sambil tersenyum kecil,  "Selamat siang Mr. Bright."

Jawaban bos nya itu hanya mengangguk lalu pergi. Dew menatap punggung nya hingga senyuman tipis mengembang di wajah tampan nya.

****

Akhrinya Win terbangun. Ia merenggangkan tubuh sambil bersandar di kursi kebesaran nya. Kesadaran belum terkumpul. Matanya belum terbuka sama sekali. Ia menguap tanpa menutup mulutnya sampai terlihat lebar. Ia juga menggaruk rambutnya sampai berantakan. Terus melakukan hal-hal lainnya hingga tak sadar ada seseorang di depannya. Win menyipit kan matanya lalu terkekeh.

"Pemandangan ini sangat indah. Bangun tidur langsung melihat phi Bright," racau nya.

"Ya memang saya indah."

"Memang betul phi sangat indah."

Win masih terkekeh sampai kakinya tak sengaja terpentuk meja. Ia langsung meringis kesakitan.

"Aduh sakit banget!" 

Kesadaran pria manis itu sudah seratus persen kembali. Saat mengusap kakinya tiba-tiba ia menyadari sesuatu kalau pemandangan indah itu adalah kenyataan bukan khayalan.

"Apakah itu sakit?"

"....."

"Seharusnya kamu itu tidur di ruang istirahat bukan di meja kerja." Bright tau kalau di ruangan Win ada ruang istirahat yang berisikan kasur. Kalau main kesini ia pasti cuma numpang tidur.

Tak ada jawaban apapun dari Win. Bright tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa diam? Kamu malu?"

Secara perlahan Win mengangkat kepalanya. Bright mensejajarkan kepalanya sama kaya Win hingga bertatapan.

"Selamat siang Win," sapaan nya.

"Kenapa ... phi bisa ada sini?" tanya Win gugup. Baru kali ini suara Bright tidak terdengar marah. Malahan suara itu begitu pelan di telinganya.

"Mau ketemu kamu." Bright berdiri sambil menatap wajah Win. Pria manis itu sangat gugup, jantungnya juga berdegup kencang. Sampai akhrinya pria itu berdiri di depan Win.

Menundukkan wajahnya hingga dekat dengan wajah Win. Lagi-lagi perlakuan nya membuat Win terdiam kala Bright mengusap-usap wajahnya lembut. Senyuman tipis terlihat di wajah tampan Bright.

"Win, kedatangan ku kesini untuk minta maaf karena sudah jahat sama kamu." Win tak bisa menutupi wajah ekspresi terkejut.

"Phi serius?"

"Iya serius. Maafin phi, ya? Kamu mau maafin phi, kan?"

Senyuman manis mengembang di bibirnya. Air mata pun mengenang di matanya. Ia tidak menyangka hari ini akan tiba. Win mengangguk kuat.

"Aku maafin phi."
Bright memeluk Win erat. Sungguh. Win sangat senang.

"Makasih Win."

"Phi juga maafin aku, kan?" tanya Win masih di pelukan Bright.

"Tentu saja. Maaf ya seharusnya phi sadar kalau itu semua bukan salah kamu, itu sudah takdir. Sekali lagi maafkan phi."

"Iya phi, aku senang banget phi mau maafin aku."

Pelukan keduanya terlepas, namun, Bright belum melepaskan tangannya yang berada pundak Win. Mereka masih bertatapan, secara tiba-tiba Bright mencium pipi pria manis itu. Win sangat terkejut.

"Phi gemas sama wajah imut kamu."

Semburat merah begitu terlihat di wajah Win. Ia malu karena Bright mencium nya. Sedangkan Bright hanya tertawa kecil melihatnya. Perlakuan nya semakin membuat Win malu. Ia mengusap-usap rambutnya.

"Mari kita buka lembaran baru. Phi mau kita bersama lagi. Kamu mau, kan?"

"Aku mau phi."

"Terima kasih. Kita melangkah bersama-sama, ya?"

"Baiklah phi."

Kali ini Win duluan yang memeluk Bright. Ia begitu senang dengan hari ini. Sedangkan pria itu hanya tersenyum tipis.
















Happy reading all 😊

Maaf ya kalau ada kesalahan 🙏

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang