episode 44

144 23 10
                                    

Malam harinya Bright pulang, namun saat di depan apartemen dahinya mengkerut bingung melihat pintu terbuka.

"Win lupa tutup pintu ?"

Ia pun masuk. Matanya mengamati Mike yang sedang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bright memegang bahu nya membuat pemuda kumis tipis itu terkejut.

"Astaga Bright akhirnya lu pulang !"

"Kenapa sih ? Win mana ?"

"Bright, Win di paksa pergi sama orang !"

Matanya membulat sempuran dengan perkataan Mike.

"Maksudnya ?!"

"Saat gua pulang tadi pintu apartemen sudah kebuka. Gua kira Win lupa tutup pintu, ternyata kata penghuni apartemen sebelah Win di bawa paksa sama orang !"

Pikirannya tidak karuan. Ia mencoba mencoba menelpon nya namun di hentikan oleh Mike.

"Percuma. Gua telpon juga gk diangkat dari tadi."

"Di bawa paksa sama siapa !?"

"Kata nya sama orang pakaian formal gitu entahlah dia gk kenal. Win sempat minta tolong tapi di halangi dan di bawa pergi."

"Coba kita periksa CCTV ! Siapa tau gua kenal."

"Ayo !"

Akhirnya Mike dan Bright pergi ke ruangan satpam untuk melihat rekaman CCTV. Saat di putar dirinya terkejut setelah mengetahui siapa yang membawa Win.

"Maafkan kami tuan tidak bisa menolong teman anda. Mereka menghalangi." Sesal satpam.

"Tidak apa-apa pak kami paham. Lu sudah tau siapa yang bawa ?" Tanya Mike.

"Paman nya Win."

****

Tanpa berpikir panjang Bright pergi ke rumah Win padahal sedang hujan di sertai petir. Dirinya sedang berada di depan gerbang sekarang. Secara kasar Bright menggedor nya.

"Win ! Buka gerbangnya Win ! Ini gua Bright !"

Gerbang tersebut sangat tinggi dan juga di lapis fiber plastik sehingga tidak terlihat sedikitpun apa yang terjadi di dalam, termasuk Jack yang tengah berdiri di belakang gerbang itu.

Tak jauh dari sana, Win sedang terbaring di tanah sambil memegang perutnya. Dirinya habis di pukul oleh Jack. Wajahnya memar dan juga sudut bibirnya luka karena pukulan paman nya itu.

Hujan semakin deras dan juga suara petir makin kencang sudah tak membuat Win takut. Ia kesakitan tidak bisa menahan air matanya namun pikirannya tertuju kepada pemuda di depan rumahnya.

Phi Bright ... tolong aku phi ...

Bright masih terus menggedor gerbang itu. Ia khawatir sama Win apalagi mengetahui Jack membawanya secara paksa. Pikirannya sangat kacau.

"Win buka gerbangnya ! Ini gua Bright ! Satpam buka gerbangnya !! Bangsat buka gerbangnya !!" Teriak Bright.

Pemuda itu malah semakin mengamuk bahkan gerbang di gedor dan di pukul sangat kuat walaupun tangannya lecet. Sampai akhirnya kepalanya lagi-lagi terasa pusing dan nyeri seperti berdenyut, di tusuk hingga di hantam benda berat.

Kilatan bayangan seperti film berputar di otaknya dengan dua orang sambil bercanda ria.

'Bright ayo kejar aku." Ledek nya sambil menjulurkan lidah.

"Awas ya kena kamu !"

Kedua orang itu saling mengejar hingga pria kacamata tertangkap olehnya langsung di peluk biar gk kabur.

"Kena kamu Kavin !"

"Ampun Bright ! Aku minta ampun !"

"Gk akan aku maafin ! Sekarang terima balasannya ! Dasar pacar nakal !"

Bright menggelitik perut Kavin hingga membuatnya tertawa terbahak-bahak. Ia tidak bisa menahan geli.

"Rasain kamu ! Siapa suruh ledek aku !"

"Ampun Bright ... aku minta ampun ..."

Bright akhirnya berhenti namun matanya memandang pemuda manis yang berada di pelukannya. Ia masih mengatur napasnya karena lelah tertawa.

Kini ia mendongakkan kepalanya hingga mereka saling bertatapan. Bright secara lembut mengelus wajah Kavin sampai menutup matanya karena menikmati belaian sang kekasih.

"Berjanjilah sama aku kalau kita akan selalu bersama."

Mendegar suara lembut itu Kavin membuka matanya dan tersenyum manis.

"We are always together."

Bright yang tidak kuat langsung teriak kesakitan.

"Sakit ! Akh sakit !!"

Win yang mendengar teriakan Bright pun terkejut. Ia berusaha bangun namun Jack berdiri di depannya sambil bersedekap pinggang.

"Mau kemana kamu ? Mau nemuin orang yang kamu suka,iya ?"

Satu pukulan Jack kembali membuat Win tersungkur.

"Bawa dia masuk !"

"Baik !"

Tubuh Win di seret oleh bodyguard Jack dan di bawa ke kamarnya. Bahkan saat melewati tangga pun mereka secara sadis terus menyeret tubuhnya hingga Win merasakan sakit.

"Pho kenapa bawa dia masuk !? Bawa aja ke gudang ! Liat basah semua, kan !" Tunjuk Maria terhadap lantai yang basah karena Win.

"Sudahlah Biarkan saja. Pho gk mau kalau keadaan dia semakin parah karena di bawa ke gudang. Biarkan kita kunci saja kamarnya."

Maria hanya bisa menghela napasnya kasar.

***

Keesokan paginya secara perlahan Bright membuka matanya. Namun menutup kembali karena cahaya menyilaukan matanya.

"Bright ?"

Sebuah suara memanggil namanya membuat pria itu kembali membuka matanya dan ternyata sang ibu yang memanggil nya.

Secara cepat Davika langsung memeluk anaknya erat. Air matanya sudah tak bisa di tahan. Erik tersenyum melihat anaknya siuman.

"Akhirnya kamu sadar juga sayang, Mae khawatir ...."

"Mae ?"

"Iya sayang kenapa ?"

Jeda beberapa detik sebelum Davika dan Erik sama-sama menahan napasnya mendengar ucapan Bright.

"Aku sudah ingat semuanya. Termasuk ingatan aku tentang Kavin, pacar ku Mae ...."















Happy reading all 😊

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang