episode 41

138 21 2
                                    

Malam harinya Bright baru pulang. Ia mendudukkan dirinya di sofa sambil mengeliatkan tubuhnya yang terasa pegal. Win yang sedang berada di dapur tau kalau Bright pulang membawakan segelas air putih untuknya. Sebelum itu ia menghela nafasnya.

"Maafkan aku phi ...."

Ia pun membawanya ke hadapan Bright.

"Terima kasih Win."

"Sama-sama phi."

Bright langsung meminumnya hingga tandas. Win tersenyum kecil.

"Haus phi ?"

Bright menggaruk tengkuknya sambil tertawa. "Lumayan. Gua dari sore belum sempat minum."

Win hanya mengangguk sambil memainkan jarinya.

"Oh iya, kata Mike tadi ada Boss, Fong dan Ohm ya kesini?"

"Iya phi. Mereka main."

"Sampai jam berapa ?"

"Sebentar aja sih phi. Sekitar jam satu mereka pergi."

"Sama Mike ?" Win mengangguk.

"Mereka ngapain aja ? Cerita-cerita sama lu ?"

Win mengangguk pelan. Mereka bercanda sambil mengobrol termasuk bercerita tentang bagaimana Bright berpacaran sama Kavin. Win yang memintanya.

"Oh gitu. Tadi gua gk ada sayang banget. Eh tapi mereka gk ngomong tentang gua kan ? Takutnya mereka cerita aneh ke lu."

Win tertawa canggung. "Enggak kok phi. Mereka cerita baik-baik tentang phi."

"Enggak percaya."

Pemuda manis itu kembali tertawa. Namun seketika terhenti tak kala Bright menatapnya intens.

"Kenapa phi ?"

"Hah ? Oh Enggak apa-apa. Gua kalau liat gigi kelinci jadi ingat Kavin juga, soalnya dia punya gigi kelinci kaya lu. Sama persis."

ucap Bright pelan. Win terdiam sesaat, namun Kavin tak percaya jika Bright berbicara seperti itu.

Tapi Bright langsung menggelengkan kepalanya kuat sambil tertawa kecil.

"Astaga ! Gua akhir-akhir ini kepikiran tentang Kavin terus. Kenapa ya ? Apa jangan-jangan tuh anak masih dendam ya sama gua ? Astaga ! Sudahlah. Gua mau mandi dulu ya."

Bright pergi meninggalkan Win sendirian yang tersenyum kecil.

Sementara itu Bright menyenderkan tubuhnya di belakang pintu. Entah kenapa hatinya seperti tidak jelas.

"Ada apa sama gua ? Kenapa gua selalu kepikiran Kavin ?"

Baru beberapa langkah tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Bumi seakan-akan berputar begitu cepat hingga tubuhnya luruh ke lantai.

"Kenapa kepala gua sakit banget ? Akh ! Astaga kenapa ini ?"

Sampai akhirnya ia pun tak sadarkan diri.

***

Win masih duduk di sofa sambil menatap pintu kamar Bright. Sudah sepuluh menit Bright tidak keliatan.

"Apa phi Bright baik-baik saja ? Kok lama ya ?"

Win menggigit jarinya. "Ya sudah. Coba aku samperin."

Pemuda manis itu pun berinisiatif menemui nya. Begitu pintu terbuka ia langsung terkejut melihat Bright pingsan.

"Phi Bright !!"

Win menempatkan kepala Bright di pahanya sambil menepuk-nepuk pipinya pelan.

"Phi bangun ! Phi Bright !"

Namun lelaki itu belum juga sadar. Hingga Win harus bersusah payah mengangkat tubuh Bright yang lumayan berat ke ranjang. Ia tidak mungkin membiarkan Bright di lantai.

Win menempatkan kepala Bright di bantal agar kepalanya tidak sakit. Pemuda manis itu menepuk-nepuk pipinya lagi.

"Phi bangun ... phi Brigh !"

Sampai lima menit kemudian8iìiii Bright akhirnya sadar. Ia memegang kepalanya.

"Akh ! Kepala gua rasanya sakit banget ..."

"Phi Bright ?"

"Bright lu sudah balik ?" Terdengar suara Mike baru pulang.

"Phi Mike ! Tolong kesini phi !"

"Win !?"

Mike buru-buru ke kamar Bright. Terlihat lelaki itu sedang memegang kepalanya. Ia pun menghampiri.

"Bright kenapa ? Win ada apa ini ?"

"Phi Bright tadi pingsan phi."

"Apa Pingsan !? Kok bisa ?"

Win menggelengkan kepalanya kecil. Mike memegang kedua lengan Bright karena lelaki itu hampir saja memukul kepala nya.

"Lu kenapa Bright ?"

"Enggak tau ! Kepala gua rasanya pusing banget ... akh sakit banget !"

"Coba lu atur nafas lu Bright. Biar rileks jadinya."

Bright mengikuti arahan Mike. Ia mengatur nafasnya dan mencoba rileks.  Beberapa menit kemudian kepalanya sudah mulai merasa baik.

"Gimana ? Masih pusing kepalanya ?"

"Enggak kaya tadi. Ini lebih baik."

"Syukurlah. Ya sudah sekarang lu istirahat dan gua besok bakal bilang ke pho lu gk masuk kerja."

"Gk usah Mike. Besok gua bakalan kerja."

"Lu harus istirahat. Jangan kerja dulu."

"Enggak apa-apa kok. Nanti di bawa tidur juga baik."

"Astaga ! Keras kepala banget sih lu."

"Tadi pagi sebenarnya om Erik sudah bilang ke phi Bright gk usah kerja soalnya mau ngajakin santai. Tapi di tolak." Jelas Win pelan.

Mike hanya menggelengkan kepalanya. Sedangkan Bright menatap Win kesal. Matanya seolah-olah mengatakan kalau dirinya ini tukang ngadu. Namun pemuda manis itu hanya tersenyum tipis.
















Happy reading all 😊

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang