Chapter 45 : Ayah yang Profesional

74 20 0
                                    

Cahaya di dalam kamarnya sudah dipadamkan, hanya cahaya bulan purnama yang menyelinap masuk ke dalam dari jendela yang setengah terbuka, menyinari jalan untuk seseorang yang juga menyelinap masuk.

Ia hanya melihat Mei Qian Deng diam-diam dan tidur dengan damainya di atas ranjang. Ketika Nyonya Mei pergi, ia sudah membantunya menyalakan sebatang dupa. Karena itulah, di dalam kamarnya dipenuhi dengan aroma ringan yang mana bersatu dengan aroma lemah dari alkohol. Di dalam kamarnya tenang, Chu Xun menahan napasnya sementara ia melangkah berjinjit dengan kakinya seperti seekor kucing. Dalam hatinya, ia sangat gugup.

Tidak akan ada seorang pun yang pernah menduga bahwa si Yang Mulia Putra Mahkota yang bermartabat akan diam-diam menyelinap masuk ke dalam kamar si 'pemuda' di tengah malam. Kalau sampai ketahuan orang lain, dan tersebar keluar, Chu Xun tidak akan punya muka lagi untuk menjadi seorang raja di masa mendatang. Tsk, tsk .... Akan tetapi, meskipun jika Chu Xun sendiri mengetahui bahwa ini sangatlah memalukan, ia tetap seperti seekor anjing yang berjongkok di sebelah kepala ranjang Mei Qian Deng dan diam-diam memandangi orang yang tertidur nyenyak.

Mei Qian Deng berpenampilan cantik. Ada suatu perasaan alami, membuat orang yang melihatnya merasa nyaman. Chu Xun menjilat bibir bawahnya dan mengulurkan tangannya untuk mengelus dahi Mei Qian Deng. Alisnya, tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, terasa tepat dan melengkung. Matanya terpejam, membuat bulu mata panjang lentiknya kian jelas. Hidungnya sangat mancung dan mulut cerinya mungil. Wajahnya mulus dan indah. Karena ia mabuk, ada sedikit rona di wajahnya. Saat disentuh, perasaan lembut itu tidak buruk.

Tangan nakal Chu Xun enggan untuk pergi, menyentuh hingga Mei Qian Deng agak mengernyit dan menggerakkan lehernya, memalingkan kepalanya menghadap ke bagian dalam. Seseorang langsung menegakkan tubuh bagian atasnya dan menggunakan tangannya untuk menyangga di pinggir ranjangnya, kukuh memandangi Mei Qian Deng yang tertidur nyenyak.

Ia sedang melakukan percobaan. Saat memandangi Xiao Jing Zi atau Di Mu Yang, tidak ada satu pun perasaan aneh seperti saat ini. Seolah di dalam hatinya dipompa oleh seseorang, menggembung dan gatal, ingin dikempiskan tetapi tidak bisa, ingin digaruk tetapi tidak bisa.

"Sekarang, saat aku melihat si kasar ini, ia cukup lembut ...." pikir Chu Xun dalam hatinya.

Ia memandanginya sejenak sebelum merasa agak muak menatapnya. Kedua tangannya tak lagi menyangga di pinggir ranjang. Lagi, ia berjongkok layaknya seekor anjing di sebelah ranjangnya. Kali ini, ia meletakkan tangan nakalnya ke selimut Mei Qian Deng. Tangannya masuk dan sedikit menjelajah dan bergerak lebih ke dalam. Akhirnya, ia menemukan tangan Mei Qian Deng yang berada di atas perutnya.

Chu Xun menarik salah satu tangan Mei Qian Deng.

Jari Mei Qian Deng kurus tetapi panjang. Mulut harimaunya kapalan tetapi tempat lainnya sangat lembut. Biarpun biasanya ia kuat dan pemberani saat menggenggam sebilah pedang, ternyata tangannya lembut seperti tak bertulang ketika disentuh. Ditambah, tangannya tidak begitu besar. Seluruh tangan Chu Xun sepenuhnya membungkus tangan kecil Mei Qian Deng.

(T/N: dikenal juga sebagaia purlicue. Area di antara ibu jari dan telunjuk.)

Menggenggam tangan Mei Qian Deng, udara yang ada di dalam hati Chu Xun pun sudah tertekan. Ia menjadi jauh lebih nyaman. Ia tidak melepaskan tangannya selagi ia bangun. Ia menekankan tangan cantik Mei Qian Deng ke dadanya sendiri. Kali ini, ia menjilat bibirnya lagi. Di dalam benaknya, sebuah adegan yang sangat kotor pun muncul.

Itu adalah ketika di dasar sungai, saat Chu Xun hampir kehabisan napas dan pernapasan buatan yang diberikan oleh Mei Qian Deng.

Setelahnya, Putra Mahkota bertanya secara rahasia pada Pejabat Senior Song setelah kelas berakhir.

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang