Chapter 18 : Pemuda yang Menyebalkan

90 23 2
                                    

Di akhir masalahnya, hati nurani Chu Xun bukannya hampir runtuh lagi, tetapi benar-benar hancur dan tercecer sejauh ribuan li.

Tambahan lagi, detail di waktu itu di dalam mulutnya adalah seperti ini: Setelah Mei Qian Deng memasukkan jarinya ke dalam mulutnya, tanpa sadar Chu Xun pun terdorong sesaat. Lidahnnya kaku dan rahang bawahnya tidak dapat bergerak. Ia tidak mengerti apa yang baru saja terjadi! Sementara setelah itu, ia sungguh mengisap jari itu. Ia bahkan menelan ludah asin yang harum dan entah mengapa terasa agak pahit itu.

Sungguh, serangan dadakan Mei Qian Deng begitu tiba-tiba. Chu Xun hampir saja tanpa sadar melakukan serangkaian pergerakan ini di dalam mulutnya. Bukan tindakan atas kemauannya. Namun, bagi si Yang Mulia Putra Mahkota yang dengan cepatnya menyadari tindakannya sebelum ini, paling tidak ia memahami bahwa Mei Qian Deng melakukan sesuatu terhadapnya. Tak perlu diragukan lagi, menciptakan trauma yang sangat efektif.

"Pah!" Chu Xun meludahkan keluar jari Mei Qian Deng. Ia menghadap ke tanah dan dengan garangnya meludah. Pinggiran matanya langsung lembap. Tidak diketahui apakah disebabkan karena ia cemas sampai menangis atau ia begitu marahnya sampai ia menangis. Pokoknya, wajahnya mengerikan. Di tengah tampangnya yang mengerikan, ia pun memancarkan aura seorang wanita muda yang menikah, tengah berduka. Tampak seperti wajah suci nan polos dari seorang gadis setelah ia diperkosa.

Mei Qian Deng, "???" Ia, sebagai si tersangka pencurinya, sama sekali tidak merasa bersalah. Ia menggunakan cara paling langsung untuk memberitahu Chu Xun mengenai kebenaran dari karung goni tersebut. Tentu saja, ia tidak merasa kalau ia telah melakukan sesuatu yang salah.

"Mei Qian Deng!" Qi dan darah Chu Xun telah bergegas menuju bagian atas kepalanya. Ia menunjuk ke arah si Mei Qian Deng yang setenang biasanya dan menjerit, "Dasar kasar! Kau—kau—kau—kau pasti mati!"

"Kau bahkan tidak dapat mengenali garam." Mei Qian Deng tidak pernah merasa takut terhadap Putra Mahkota. Dengan tidak sopannya, ia mengekspos kalau Chu Xun tidak punya akal sehat. Ksatria perempuan, apakah kau masih mengingat apa yang kau janjikan pada ayahmu saat meninggalkan rumahmu?!

Sepotong hati hitam pekat milik Chu Xun diledakkan pertama kali oleh Mei Qian Deng, kilatan petir dan guntur yang menggelegar. Tetapi, dengan segera ia mendapatkan kembali ketenangannya. Ia merasa situasi ini jauh lebih serius dari yang dibayangkannya. Chu Xun berjongkok lagi untuk memeriksa sisa-sisa dari karung goninya. Alisnya berkerut dalam dan ekspresinya sangat jelek. Ia menggunakan tangannya sendiri dan mengambil sejumput bubuk dari karungnya ke dalam mulutnya. Memang benar adalah garam. Semenjak pendirian dinasti, termasuk dinasti sebelumnya dan bahkan dinasti sebelumnya lagi, garam dan besi diatur oleh pemerintah.

Seperti kata pepatah, sumbangsih dunia, garam memegang setengah dari keuntungannya.

Keuangan keluarga Chu Xun, setengahnya berasal dari pajak, ini tampaknya biasa tetapi tidak dapat diabaikan, garam harian. Menyelundupkan garam, tak diragukan lagi, mencoba mencuri uang dari keluarganya. Walaupun Kaisar yang sekarang tercerahkan secara politik dan menganugerahkan pengurangan pajak untuk warga sipil, ia tidak akan pernah mengizinkan orang bertindak melewati batasan dasar politik.

Sepertinya, Ayahanda Kaisar sudah mengetahui ini sejak lama. Karena Ayahanda Kaisar mengetahuinya, sudah pasti ini bukan sekadar penyelundupan ilegal kecil. Situasinya sangat serius. Ia ingin melihat siapa yang begitu beraninya, berniat demikian terhadap harta nasional keluarganya.

"Selama dua hari kau membuntutinya, apakah kau menemukan adanya orang mencurigakan yang memindahkan benda-benda mencurigakan keluar dari penginapan?"

Chu Xun menanyai Mei Qian Deng selagi berdiri, bersiap untuk membalikkan tubuh, menghadap ke arahnya.

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang