Chapter 10 : Obrolan Malam

128 22 2
                                    

Chu Xun sebenarnya didukung oleh beberapa pelayan selagi ia setengah terpaksa melukiskan gambar separuh badan si penipu itu untuk Nyona Su.

Putra Makhota yang bermartabat ini merasa sekujur tubuhnya tidak sehat. Kenapa, Mei Qian Deng yang baru saja tiba selama dua hari, tetapi para pelayannya meniru Mei Qian Deng dengan tidak mendengarkan perintahnya lagi?! Virus berbahaya nan serius yang menular ini, harus dikendalikan!

Dikatakan begitu, teknik melukis Chu Xun bisa dianggap sebagai pelukis nomor satu saat ini. Hanya berdasarkan beberapa analogi Nyonya Su:

"Matanya sedikit lebih sipit daripada Tuan Muda ini. Hidungnya sedikit rata dibandingkan dengan Tuan Muda ini. Mulutnya agak lebih besar ketimbang Tuan Muda ini ...." (Tuan Muda yang dimaksudnya adalah Mei Qian Deng.)

Dengan beberapa polesan sederhana di antara proses melukisnya, Nyonya Su gembira hingga ia bertepuk tangan. "Mirip! Mirip! Mirip! Seolah Tuan Muda ini pernah melihat sendiri penipu itu sebelumnya."

Mulut Chu Xun berkedut. Ia sangat membenci tipe pujian semacam ini. Putra Mahkota ini adalah Putra Mahkota paling sempurna dalam sejarah. Lukisan sepele macam ini, bukan apa-apa.

Pada akhirnya, Chu Xun melemparkan kuasnya ke samping, mengumumkan akhir pekerjaannya. Di Mu Yang-lah yang menyimpan gulungan lukisan berharga milik Chu Xun itu. Ia memutuskan, nanti di perjalanan pulang ke rumah, ia akan mampir ke kantor pemerintahan lokal untuk membantu melaporkan kasus Nyonya Su. Chu Xun mengibaskan lengan jubahnya dan memutar kepalanya seraya berjalan keluar. Ia tidak ingin tinggal di sini lebih lama lagi meskipun hanya sebentar saja.

"Tolong tunggu!" Nyonya Su mengejar.

Dengan wajah arogannya, Chu Xun menghentikan langkahnya. Khasnya, saat seseorang mengejar di saat begini, maka alurnya adalah orang itu ingin mengucapkan terima kasih dengan sungguh-sungguh kepada penolongnya. Chu Xun sudah memikirkannya dengan baik di hatinya. Jika Nyonya Su ingin berterimakasih padanya, ia akan meminta Nyonya Su membuatkan sebuah iklan tentang Putra Mahkota untuk semua pelanggan yang pergi makan ke kedainya—Putra Mahkota cemerlang, istimewa, dan perkasa. Satu-satunya di dunia.

"Tuan Muda ini ...." Nyonya Su menarik dan menghentikan Mei Qian Deng yang berjalan di bagian paling belakang.

Ia menjejalkan satu bungkusan kain kecil kepada Mei Qian Deng dengan wajahnya yang agak memerah. "Ini adalah kue kering buatan nujia sendiri. Tuan Muda ini, silakan cicipi kuenya. Kalau mereka terasa lezat, sering-seringlah datang, duduk di kamar nujia."

(T/N : 奴家, nu jia, menyebut diri sendiri untuk wanita muda yang biasa di awal bahasa daerah.)

Diam-diam Chu Xun mengepalkan kedua tangannya menjadi sepasang kepalan. Nyonya Su, penolongmu sebenarnya ada di sini.

Mei Qian Deng menyingkirkan kue keringnya seraya berkata, "Lain kali hati-hati. Jangan sampai tertipu lagi."

Setelah mengatakan begitu, ia melangkah, ingin pergi.

Nyonya Su mengikutinya lagi. Ia menarik lengan baju Mei Qian Deng, tidak bersedia melepaskannya. "Tuan Muda ini, bolehkah aku bertanya, apa margamu dan namamu? Jika nujia tertipu lagi, kemana aku harus mencarimu?"

"Di masa mendatang, jika kau tertipu lagi, langsung laporkan kepada pihak berwenang." Mei Qian Deng sangat jujur dan blak-blakan, sekaligus akurat selagi ia mengoreksi gagasan salah si wanita berbaju putih. Saat seseorang dimanfaatkan, sudah tentu hal pertama yang mesti dilakukan adalah melaporkannya pada pihak berwenang. Putra Mahkota bahkan mengatakan sebelumnya, di hadapan mata Putra Langit, hukum merupakan yang paling mutlak.

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang