Chapter 6 : Prinsip Penguasa dan Bawahannya

143 25 3
                                    

Mei Qian Deng mengikuti Di Mu Yang pulang ke Kediaman Jenderal untuk mengambil obat. Di perjalanan, si hati jenderal kecil pun memiliki ribuan simpul. Satu waktu, ia akan mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah jalanan. Di waktu berikutnya, ia akan menundukkan kepalanya dan melihat ke arah Mei Qian Deng yang acuh tak acuh. Kemudian, ia akan melihat ke arah jalanan lagi. Enma! Ia hampir saja menginjak kotoran anjing di jalan! Hati Di Mu Yang pun meraung satu kali selagi ia memaksakan jalannya ke arah Mei Qian Deng. Dengan mudah, ia menangkap lengan Mei Qian Deng.

Walaupun si tuan muda kecil ini tidak menarik lengannya, mata dinginnya jelas sekali mengimplikasikan semua itu.

Mei Qian Deng berkata, "Langkah maju seorang lelaki normal sedikit lebih besar dan mampu menghindari kotoran anjing."

Di Mu Yang berpikir keras sebelum ia menyadari apa maksudnya adalah, ia tidak normal. Hanya perempuan saja yang akan berjalan sembari bergoyang!

"Tuan Muda Kecil, aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya tentang masalah ini. tentang urusan Yang Mulia Putra Mahkota ...." Ia memelankan suaranya, seolah takut membiarkan orang di samping mereka mendengarkannya.

Mei Qian Deng punya satu kebiasaan bagus. Saat seseorang ingin berbicara atau ketika orang itu belum selesai bicara, ia tidak akan menghentikan orang itu maupun menyelanya. Ia akan menunggu dalam diam. Di luar, ia akan tampak sangat penurut.

Di Mu Yang bergerak lebih dekat lagi. Ia meneguk ludahnya. Ia sudah berkata berbelit-belit seperti ini. Dengan kepribadian Mei Qian Deng yang blak-blakan, bukannya tidak mungkin ia tidak akan memahami ucapan tak langsung.

Ai, lupakan saja. Kenapa ia tidak bicara langsung saja dan membiarkan Mei Qian Deng tahu mengenai kesopan-santunan di antara majikan dan pelayan dan jangan membuat Putra Mahkota tidak senang?

"Bahwa Yang Mulia Putra Mahkota adalah si penguasa dan kita adalah bawahannya. Apakah Tuan Muda Kecil tahu apa prinsip dari penguasa dan bawahannya?" Di Mu Yang hampir saja menggigiti lidahnya sendiri. Ia jengkel. Ia jelas ingin membicarakannya secara terus terang, tetapi mengapa lidahnya malah mengambil jalan memutar?

Para pejalan kaki di jalanan melemparkan ekspresi tak biasa ke arah mereka.

Dua lelaki saling tarik-tarikan di siang bolong dan mereka bahkan adalah pejabat yang baru saja keluar dari istana.

Mei Qian Deng mengedipkan matanya. Mengabaikan tatapan orang-orang, ia berujar terus terang, "Prinsip penguasa dan bawahannya, menganggap kebenaran sebagai balasan. Apabila penguasa menganggap bawahannya sebagai kaki dan tangannya, si bawahan, sesuai norma, menganggap penguasa sebagai bagian vitalnya. Jika penguasa menganggap bawahannya sebagai anjing atau kudanya, bawahan menganggap penguasa sebagai rekan seperjuangannya. Apabila si penguasa menganggap bawahannya sebagai sesuatu yang sepele, maka si bawahan akan menganggap penguasanya sebagai musuh bebuyutannya. Ini dikatakan oleh Mensius."

"...."

Mendadak, Di Mu Yang tidak punya kata-kata untuk membalasnya!

Sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota membenci fakta bahwa teman belajarnya adalah rumput liar jianghu yang tak berpendidikan dan hanya tahu bagaimana caranya bertarung. Sekarang, Tuan Muda Kecil Mei bukan hanya tahu caranya bertarung. Ia sangat fasih dan bahkan sangat berpengetahuan! Ini membuat Di Mu Yang semakin bingung. Bagaimana ia harus meyakinkan seseorang yang sangat fasih dalam huruf dan juga seni bela diri agar tidak berkelahi dan bertengkar dengan Putra Mahkota?

Ini merupakan masalah paling menyusahkan dalam lima belas tahun kehidupan Jenderal Kecil Di.

"Jenderal Di."

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang