Chapter 40 : Tsundere

80 19 2
                                    

Insiden dimana Tuan Muda Ketujuh Mei diusir dari istana oleh Putra Mahkota, dalam kurun waktu kurang dari semalam, diketahui oleh banyak orang.

Meskipun, menggantikan si Putra Mahkota, Kaisar telah membawa kembali Mei Qian Deng ke dalam istana pagi-pagi sekali pada hari kedua, semua orang merasa bahwa Putra Mahkota telah menyimpan satu simpul dalam hatinya terhadap Keluarga Mei. Mungkin, ia tidak akan begitu menggunakan keluarga Mei lagi.

Karena semua orang yang sudah terbiasa dengan air berlumpur di mahkamah kekaisaran mengetahui temperamen buruk si Putra Mahkota. Ia tampak sederhana dan ramah di permukaan. Tanpa terkecuali, ia mengejar kesempurnaan dalam pekerjaan sekaligus terhadap dirinya sendiri juga. Dulu, dimana Permaisuri mendoakan anak lelaki demi dirinya, tidak akan memengaruhi kehidupannya, tetapi pada akhirnya, menjadi darah dalam nyamuk di dinding hatinya.

Ketika ia bertemu dengan Mei Qian Deng, Putra Mahkota tidak mampu menghentikan dirinya mengingat akan satu mangkuk air yang sangat berharga dari Mata Air Chun Yang.

Tidak mungkin, kan, tanpa Mata Air Chun Yang milik keluarga Mei, mereka tidak akan bisa melahirkannya, si Putra Mahkota yang sempurna ini?

Benar-benar tidak masuk akal.

Tentu saja, beberapa hari berlalu ketika satu kabar diumumkan dari istana. Dikatakan bahwa, Kaisar menambahkan teman belajar lainnya untuk Putra Mahkota. Kali ini, ia adalah putra dari Ketua Aliansi Seni Bela Diri. Rumornya mengatakan, bahwa penambahan teman belajar lainnya ini diusulkan oleh Putra Mahkota. Karena itulah, kelompok orang di mahkamah kekaisaran ini mulai bertanya-tanya tentang gagasan si penguasa.

Waktu itu, saat Kaisar memilih tuan muda dari Keluarga Mei untuk masuk ke istana sebagai teman belajar, tujuannya pun terpampang dengan jelas. Itu adalah untuk menarik kekuatan jianghu agar bekerja pada keluarga kekiasaran, untuk membantu Putra Mahkota menggunakan kekuatannya untuk tujuan yang besar dan membangun fondasi untuk masa yang akan datang. Kini, karena Putra Mahkota sudah berjarak dengan keluarga Mei, alaminya, mereka harus mengubah bawahan kepercayaan mereka.

Di waktu bersamaan, semenjak Tuan Muda Mei masuk istana, ketenaran keluarga Mei pun semakin besar. Meskipun jianghu tidak seperti mahkamah kekaisaran, itu tetaplah sebuah tempat terkemuka dan memperoleh keuntungan. Sulit dikatakan bahwa jauh dalam hati si Ketua Aliansi Seni Bela Diri bahwa ia tidak iri dengan keluarga Mei. Sekarang, karena Zhao Mo Ran dipanggil masuk ke dalam istana sebagai teman belajar Putra Mahkota bersama Tuan Muda Ketujuh Mei, tentu saja itu merupakan suatu hal yang baik.

***

Chu Xun sekarang ini sedang duduk tegak dan diam, sementara di bawahnya, Zhao Mo Ran yang berpakaian hitam sedang berlutut.

"Caomin Zhao Mo Ran, memberi hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota." Zhao Mo Ran beraura tenang dan matanya tampak dalam selagi membawa rasa seperti seorang pengembara. Melihatnya, sepertinya ia lebih dewasa dari teman sebayanya, membuat orang lain merasakan kalau orang ini agak sulit untuk ditaklukkan. (Teman sebaya? Apakah maksudmu adalah Putra Mahkota ini? Penulis, apakah kau ingin bilang kalau Putra Mahkota ini kekanak-kanakan?)

Tanpa terduga, Yang Mulia Putra Mahkota mendengus dingin dan berkata, "Apakah kalian semua, orang-orang jianghu suka mengenakan baju sutra hitam?"

"...."

Zhao Mo Ran tercengang sebentar. Setelahnya, ia mendapatkan kendali dirinya dan menjawab sembari tersenyum, "Jadi, Tuan Muda Ketujuh Mei juga suka mengenakan tipe pakaian seperti ini juga? Caomin sudah menjadi saudara sejiwa dengan Tuan Muda Ketujuh Mei untuk waktu yang cukup lama. Tentu saja kami akan memiliki minat yang sama."

Mendadak, Chu Xun merasa aneh. Entah bagaimana, ia tidak menyukai orang ini, Zhao Mo Ran, tetapi ia harus memperlakukannya dengan hormat. Ia berujar lemah, "Kau adalah seorang lelaki, sehingga tidak nyaman untuk tinggal di dalam istana. Aku akan menyuruh orang membawamu, membeli satu tempat untuk ditinggali di ibu kota."

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang