Chapter 109 : Hidup Itu Seperti Sandiwara

41 13 2
                                    

Malam hari.

Setelah mandi, Chu Xun pergi ke istana depan. Baju luarannya tidak terikat dengan benar, setengah memperlihatkan baju dalaman emasnya. Ditambah dengan rambut basah itu, apabila ada yang bertemu dengan orang jelek berpenampilan seperti ini, orang itu akan dicap sebagai orang mesum. Sementara Chu Xun tampak begitu tampan, dalam penampilan kasual, sekadar memikirkan ini, akan membuat orang lain terpikirkan tentang setangkai bunga teratai yang memecah permukaan air, suatu pesta untuk mata.

(T/N : Idiom Cina, menggambarkan seorang perempuan cantik.)

Kaisar yang licik secara sengaja memamerkan keseksiannya sendiri dan ** di depan Mei Qian Deng. Mana mungkin benak pendekar perempuan Mei seperti orang normal? Ia bahkan tidak mengedipkan matanya sama sekali dengan wajah yang tenang. Diam-diam, Chu Xun merasa marah dengan Mei Qian Deng, tetapi ia masih tampak mantap di permukaan.

"Kemari, bantu zhen mengeringkan rambutnya."

Dengan patuh Mei Qian Deng mengambil sebuah handuk kering dan mendekati untuk mengelapnya.

Chu Xun duduk di depan cermin perunggu. Ia mengintip Mei Qian Deng yang ada di belakangnya. Pendekar perempuan Mei berpikiran tunggal sewaktu ia melakukan pekerjaannya. Gerakan tangannya sangat hati-hati. Ia berpikir jika ia tanpa sengaja merusakkan sehelai rambut Kaisar, delapan per sepuluhnya, Chu Xun akan sedih, akan marah, dan akan menyuruhnya membayar.

"Airnya menetes ke dalam baju." Chu Xun secara alami menarik baju dalamannya lebih turun, memperlihatkan tulang selangkanya yang seksi dan dua otot dada yang tak jelas lebih ke bawah. Ia menunjuk ke tulang selangkanya dan berujar sungguh-sungguh, "Lihat ini, cepat dan usap air ini dari zhen."

Mei Qian Deng, "...."

Setelah pengelapan handuk, si Kaisar licik tampaknya lupa menarik kembali bajunya.

Selama musim semi, cuacanya berangsur menghangat, jadi anglo-anglo di dalam ruangan sudah dipindahkan. Mei Qian Deng mengingatkan dengan baik, "Yang Mulia, sekarang ini, malamnya masih dingin. Hati-hati terserang flu."

Oh, Mei Qian Deng menyadari Chu Xun mengenakan baju lebih sedikit.

Chu Xun meluruskan lehernya, "Zhen adalah seorang pemuda yang belia dan kuat. Mana mungkin zhen terkena flu?" Ia membuka bajunya hingga ke pinggang dengan gusar, memamerkan dadanya. Dua tahun ini, ia sudah berlatih dengan rajin tanpa henti. Terhadap sosoknya, ia merasa sangat percaya diri.

Pembakar dupa menguarkan aroma ambergris. Dikatakan bahwa, secara medis, ambergris memiliki efek meningkatkan kejantanan. Mungkin karena inilah, makanya Chu Xun duduk merengut, sekujur tubuhnya tidak nyaman. Ia terus merasakan energi tak berbentuk yang tak bisa dilepaskan, tertekan hingga giginya sakit.

"Mei Qian Deng," ia jarang memanggil nama lengkap pendekar perempuan Mei.

Mei Qian Deng yang tadinya berdiri malas-malasan langsung menegakkan tubuhnya setelah mendengarkan panggilan Chu Xun, bersikap disiplin sewaktu ia menunggu.

Chu Xun berkata, "Apa kau mau membatalkan pertunangan dengan keluarga Zhao?"

"Mau."

"Zhen punya sebuah cara yang dapat memenuhi harapanmu. Apa kau ingin zhen membantumu?"

Mei Qian Deng mengernyit, "Apakah cara Yang Mulia adalah membuatku melompat dari satu lubang api ke lubang api lainnya?"

(T/N : idiom Cina. Melompat ke dalam lubang api berarti jatuh ke dalam situasi yang mengerikan. Melompat dari satu lubang api ke lubang api lainnya berarti, kabur dari masalah yang mengerikan hanya untuk menghadapi yang lainnya.)

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang