Chapter 57 : Membuat Taruhan

58 15 0
                                    

Setelah Mei Qian Deng mengantarkan Xiao Jian, ia merasa depresi cukup lama. Ia terus menundukkan kepalanya tanpa bicara. Kadang-kadang, ia bahkan melamun menatap ke arah tertentu.

Walau Chu Xun melakukannya dengan niat yang baik, jauh di dalam hatinya, ia merasa bersalah. Karena itu, ia memikirkan cara untuk menghibur pendekar perempuan Mei.

"Kasar, bagaimana menurutmu kalau Putra Mahkota ini membawamu keluar istana untuk bermain? Di pinggiran kediaman sementara kekaisaran, terdapat sebuah danau buatan. Sekarang ini, danaunya sudah membeku dengan sangat tebal. Kita bisa pergi dan berseluncur di sana."

Mei Qian Deng menyeka pedang dari lengan bajunya itu sembari membalas dengan sopan, "Musim dingin ini sepertinya cukup sulit untuk ditahan. Belakangan, tubuh Kaisar tidak begitu sehat. Di saat kritis begini, yang paling baik adalah, jika Putra Mahkota jangan selalu mengharapkan tentang kesenangan dan permainan. Jika terjadi kecelakaan sementara kita berada jauh dari istana, kita tidak punya cara untuk menjelaskan pada Kaisar dan seluruh dunia."

Seseorang kalah telak. Ia kembali ke ruang baca dan membaca buku sebentar. Ketika ia kembali, ia menemukan Mei Qian Deng masih duduk di ruangan itu tanpa bergerak. Chu Xun memasang wajah yang hangat lagi. "Kalau begitu, kemari dan bertukar beberapa jurus denganku. Aku sungguh merasa kalau keterampilan seni bela diriku telah meningkat. Tetapi, Di Mu Yang selalu membiarkanku menang, jadi itu tidak ada artinya."

"Putra Mahkota, kau bahkan tidak sanggup bertahan dengan sepuluh gerakanku ...."

"Mengapa kau begitu memandang rendah orang?!" Chu Xun marah besar karena malu. "Kalau begitu, bagaimana kalau kita lakukan seperti ini. Kita bertaruh, jika aku bisa menahan sepuluh gerakan, bahkan jika itu hanyalah sepuluh setengah gerakan, anggap aku menang. Kau harus memberitahukanku sebuah rahasia. Jika aku tidak bisa bertahan, maka, aku akan memberitahukanmu sebuah rahasia."

Mei Qian Deng mengedipkan matanya. Di bawah bulu matanya, aura dingin melintas. Sudah jelas, ia sangat muak dengan permainan kekanakan Chu Xun. Setelah Chu Xun mengatakannya, ia mengingatnya, tetapi, ia merasa dirinya lumayan cerdas.

Ia mengangkat alisnya sementara berpikir:

Apabila Putra Mahkota ini menang, yang kalah harus mengatakan rahasianya. Mei Qian Deng tidak tahu ia sudah mengetahui rahasia terbesarnya. Hanya apakah Mei Qian Deng berani mengatakannya.

Kalau ia kalah, itu bagus juga. Biarkan ia saja yang mengatakannya. Rahasia Chu Xun adalah bahwa ia sudah mengetahui rahasia terbesar Mei Qian Deng dan sementara itu, Mei Qian Deng tidak mengetahuinya.

En, meskipun logika ini hanyalah berputar-putar, dua hasil akhirnya membuat Chu Xun sepenuhnya menantikannya. Ia bahkan tidak memberi Mei Qian Deng kesempatan untuk menolak selagi ia bergegas maju, menarik pergelangan Mei Qian Deng dan menyeretnya keluar.

"Xiao Jing Zi! Bawakan dua pedang kayu kemari! Xiao Jing Zi—!"

Salju yang terakumulasi di atas atapnya jatuh menetes di sudutnya.

Xiao Jing Zi terengah-engah sewaktu ia memeluk dua pedang kayu dan menyerahkannya ke tangan Chu Xun. Chu Xun melemparkan satu pedang kayu pada Mei Qian Deng. Dengan tidak sabaran, ia menyerang Mei Qian Deng. Gerakan pertamanya adalah angsa liar menyapu bersih pasir, gerakan kedua adalah da peng membentangkan sayapnya, gerakan ketiga adalah pembantaian sepenuhnya dari seribu pasukan, gerakan keempat adalah berpura-pura menusuk dengan tombak, dan gerakan kelima adalah mengembalikan naga ke laut.

(T/N: da peng adalah burung mitologi raksasa. Seperti Burung Roc dalam mitologi Arab dan burung Garuda.)

(T/N: mengembalikan naga ke laut berarti melepaskan musuh dan membawa kutukan pada diri sendiri.)

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang