Chapter 44 : Kehidupan di Pedesaan

83 20 0
                                    

Dikarenakan hati Tuan Besar Mei sekarang ini tengah riang gembira. Ia menggosok-gosokkan tangannya bersamaan, ia berjingkrak-jingkrak dan ia rindu sekali.

Putrinya sudah kembali dan bahkan membawa pulang Putra Mahkota bersama-sama.

Itu jelas-jelas menegaskan, hubungan di antara putrinya dan Putra Mahkota tidak begitu buruk, tidak ada hal yang tak menyenangkan yang terjadi di antara mereka. Ia tidak pernah mengira putrinya sendiri cukup kompeten. Sebelumnya, saat kabar mengenai Mei Qian Deng menyelamatkan Putra Mahkota menyebar secara gila-gilaan di seluruh jianghu, Tuan Besar Mei merasa bahwa itu karena kebetulan. Ia merasa, karena Mei Qian Deng memiliki ilmu bela diri yang bagus dan dengan mudahnya menyelamatkan Putra Mahkota.

Hari ini, Putra Mahkota sendiri menemaninya pulang kemari untuk merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur, ini adalah sebuah hal yang belum pernah terjadi baik di mahkamah pemerintahan dan jianghu. Putra Mahkota benar-benar serius menghargai Mei Qian Deng.

Suatu kehormatan yang langka, memang kehormatan yang langka!

Mei Qian Deng membantu Chu Xun turun dari rakitnya. Tuan Besar Mei langsung bergegas berlari dari kejauhan, ingin menyambut mereka.

Mei Keenam memandang remeh bersama Mei Kelima di belakang ibu mereka, "Kakak, di dermaga ini, keluarga kita telah menyambut (menjemput) Kakak Ipar Pertama, Kakak Ipar Kedua, Kakak Ipar Ketiga, Kakak Ipar Keempat, dan Kakak Ipar Kelima. Tunanganku masih belum kemari, tetapi Saudara Ketujuh sudah menyambut (menjemput) Putra Mahkota. Tetaplah Saudara Ketujuh kita luar biasa, aku mengaku kalah."

(T/N: Kedua kata itu dalam bahasa Mandarin, saat digabungkan bersamaan berarti seorang pengantin pria menjemput pengantin wanitanya.)

Nyonya Mei menolehkan kepalanya dan memelototi Mei Keenam. Jangan bicara omong kosong!

Di ujung dermaganya, Mei Qian Deng melihat Tuan Besar Mei berlari liar kemari. Ia hampir melewati Chu Xun. Ia ingin menghentikan ayahnya. Sayangnya, seni bela diri Mei Qian Deng kalah dari Tuan Besar Mei. Mei Qian Deng hanya melihat angin hitam bertiup melewati matanya sebelum sosok manusia itu menghilang. Ia berbalik. Tuan Besar Mei sudah menangkap tangan kecil Chu Xun. Ia berkata sambil tersenyum, "Yang Mulia Putra Mahkota benar-benar menawan."

Mata Chu Xun berkedut. Ia tidak pernah mengira ayah Mei Qian Deng bertemperamen seperti ini. Ia melirik Mei Qian Deng. Apakah kalian benar-benar berhubungan?

"Ayah, lepaskan tanganmu." Perintah Mei Qian Deng dingin.

"Maaf, itu aku terlalu bersemangat, membiarkan Yang Mulia melihat sebuah lelucon." Tuan Besar Mei melepaskan tangannya kesal. Sebelum ia melepaskannya, ia bahkan mengusap punggung tangan Chu Xun. Ia agak tidak bersedia berpisah dengan tangannya.

Mei Qian Deng memperkenalkan secara pribadi semua anggota keluarga Mei pada Chu Xun, Tuan Muda Pertama Mei dan Xie Yun tinggal di ibu kota untuk membantu Putri Agung mengobati penyakit Nan Bai Cheng sehingga mereka tidak kembali. Sekarang, karena ia memperhitungkannya, selain dari Mei Qian Deng, ada sebelas pasang mata berkelip-kelip yang memandangi Chu Xun, menatap hingga Yang Mulia Putra Mahkota merasa wajahnya berubah agak panas. Ia adalah seseorang yang terbiasa dengan tempat yang besar. Jadi, kenapa tiba-tiba saja ia merasa gugup?

"Mei Qian Deng, Putra Mahkota ini agak capek. Siapkan aula yang tenang dulu untukku agar bisa beristirahat selama setengah harian." Ia menarik lengan baju Mei Qian Deng dan berbisik di telinganya.

Saat semua orang melihat Putra Mahkota dan Mei Kecil Ketujuh sedekat ini, mereka sangat bahagia dan mata mereka saat menatap Yang Mulia Putra Mahkota jadi semakin bersemangat.

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang