Chapter 95 : Menggoda Pendekar Perempuan Mei?

42 13 0
                                    

Chu Xun berada di Ruang Baca Kekaisaran, sedang membaca memorandum. Ia menuliskan sebuah komentar di sebuah buku kecil yang tak ada hubungannya: Zhen tahu sekarang.

Menutupnya, ia memutar kuas vermillion yang tergantung di gantungan kuasnya. Berhenti, ia mendongakkan kepalanya dan bertanya keluar, "Zhu Li, jam berapa sekarang?"

Beberapa kali sebelumnya, Zhu Li membuka pintunya dengan benar dan menjawab, tetapi Chu Xun sudah terlalu sering bertanya. Ia membuka dan menutup pintunya terlalu sering hingga lengan dan pinggang tuanya sakit. Sekarang, ia malas untuk membukanya, ia hanya berdiri di luar pintu dan berdeham untuk meneriakkan, "Menjawab Yang Mulia, sebentar lagi akan masuk jam you."

(T/N: antara pukul lima sore hingga tujuh malam.)

Sang Kaisar menggerutu, "Kau baru saja bilang sebentar lagi sebelumnya. Kenapa masih sebentar lagi?"

"Karena sebenarnya, baru beberapa saat yang berlalu!"

Ketika ia melihat memorandum, Chu Xun akan membaca sepuluh baris kalimat dalam sekali lihat. Ia akan membaca satu memorandum dan bertanya sekali untuk setiap kalinya. Sungguh baru sebentar saja.

Ia bertanya lagi, "Sudah hampir waktu you. Apakah Mei gonggong sudah kembali?"

Diam-diam, Zhu Li memutar bola matanya. Pertanyaan ini, Yang Mulia sudah mengajukannya tak terhitung jumlahnya juga, "Menjawab Yang Mulia, Mei gonggong masih belum kembali."

Wu .... Chu Xun mengerutkan kening.

"Mo Biao." Ia tidak sanggup menahannya lebih lama, mengangkat kepalanya, ia mendongak ke arah atap.

Mo Biao berbaju serba hitam selagi ia melompat turun dengan gesit dari balok atap. Sejujurnya, si kakak perempuan Mo Biao ini juga lumayan bosan mendengarkannya. Tanpa menunggu Kaisar untuk bicara, ia berkata lebih dulu, "Yang Mulia, bawahan ini akan segera memanggil Mei gonggong agar kembali ke istana."

"En?" Chu Xun khawatir.

Mei Qian Deng baru pergi selama setengah harian, dan ia sudah mendesaknya untuk pulang. Pendekar perempuan Mei adalah orang yang bersifat ksatria, yang berkelana dari tempat ke tempat. Akankah ia benci diikat dan ditekan? Bagaimana kalau karena ia hanya memberikan sedikit kebebasan padanya, Mei Qian Deng jadi takut dan melarikan diri? Kerugiannya akan melebihi keuntungannya kalau begitu.

"Pergi dan cari dia, panggil dia untuk kembali ke istana untuk makan. Ini waktu you, waktunya makan. Jika ia terlambat kembali, dapur kekaisaran tidak akan menyisakan makanan apa pun." Benar, Mei Qian Deng diam-diam adalah tukang makan. Dulu, Chu Xun banyak menderita karena dirinya di meja makan.

"Baik."

Chu Xun lanjut membaca dua memorandum. Ia baru saja mengambil yang ketiga ketika Mo Biao muncul lagi di depan meja kekaisaran.

Mo Biao, "Yang Mulia, Tuan Zhao sudah mengantarkan Mei gonggong ke gerbang utama istana."

Si Kaisar yang licik pun mengerutkan alisnya, "Zhao Mo Ran?"

"En."

"Kenapa ia bersama Qian Deng?"

"Kemungkinan karena hujan. Gonggong tidak membawa sebuah payung. Bawahan ini melihat Tuan Zhao dan Mei gonggong yang berbagi sebuah payung."

Urat di jidat si Kaisar licik berdenyut menggila. Ia diam, sementara gerahamnya bergemelatuk. Ia berbicara pada dirinya sendiri, "Ia, sebagai seorang hakim muda, lumayan santai."

***

Ketika Mei Qian Deng kembali ke Ruang Baca dan menyapa Chu Xun, ia hanya melihat sang Kaisar mengangkat kepalanya dari tumpukan memorandum yang menggunung, selah ia sepenuhnya lupa untuk makan dan tidur akibat bekerja keras demi keadaan kerajaan. Ia melirik orang yang ada di hadapannya dan dengan sangat tenang memberitahukannya, "Oh, kau sudah kembali." Sambil lalu, ia mengusap keningnya, "Zhen sudah melihat memorandumnya semalaman. Ternyata sudah selarut ini."

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang