Chapter 42 : Cermin Seribu Musim Gugur

80 19 0
                                    

Pegunungannya berubah-ubah, sungai-sungainya berangin dan kuda-kudanya tak berhenti berjalan.

Chu Xun duduk bersilang kaki di dalam kereta kuda yang terhuyung-huyung, ia keluar istana lagi.

Pokoknya, pengaruh Ketua Perkumpulan Seni Bela Diri tidak boleh diremehkan. Sehari sebelumnya, Chu Xun telah memberitahukan Zhao Mo Ran bahwa ia akan melakukan perjalanan bersama-sama dengan mereka di saat-saat terakhir. Di hari kedua, saat Chu Xun meninggalkan istana, segerombolan preman berjongkok siaga di luar pintu masuk istana. Zhao Mo Ran yang berada di depan gerombolan itu memberi hormat pada Chu Xun, "Yang Mulia, aku telah menemukan beberapa ahli jianghu untuk melindungimu!"

Dan karenanya, saat ini, Chu Xun duduk di dalam kereta kuda, di sekelilingnya teradapat tiga lapis pengawal. Bahkan, jika orang setingkat Pangeran Chen mau mengirimkan orang untuk membunuhnya, mereka harus berpikir ulang apakah orang-orang di tangan mereka itu sanggup mengalahkan jagoan sebanyak ini. Chu Xun merasa sangat lega.

Tetapi, wajah mungil, cantik seperti seorang dewinya itu sepertinya tidak senang maupun gembira.

Sebaliknya, wajahnya lebih seperti menekan kedongkolannya, bahkan pipinya saja sudah agak membengkak.

"Yang Mulia ... minum teh? Makan kue?" tanya Xiao Jing Zi gugup.

Chu Xun tidak menanggapi.

"Yang Mulia, ini semua kesalahan nucai. Nucai pantas menerima sepuluh ribu kematian." Xiao Jing Zi berlutut di sebelah kaki Chu Xun, matanya dipenuhi air mata. Ia menengadahkan kepalanya dan menatap Chu Xun dengan menyedihkan, rasanya, hanya dengan satu kedipan matanya, air mata itu akan mengalir membentuk sungai.

Cubitan di tangan Chu Xun merupakan sepotong buktinya.

Pagi-pagi sekali hari ini, tepat sebelum mereka berangkat, Xiao Jing Zi masuk dengan ributnya selagi ia memberikannya sebuah bukti dari rumah judi bawah tanah nomor satu di ibu kota. Isi dari buktinya adalah untuk memberitahukan para petaruh yang sudah bertaruh, karena taruhannya telah ditunda sebelum mengumumkan pemenangnya karena syarat kemenangannya dari Putri Agung dan Tuan Nan, jika mereka yang bertaruh kedua orang itu akan bersama-sama, tidak membatalkan pertaruhan mereka di bulan kedelapan untuk menerima 1,2 kali lipat dari uang yang dipertaruhkan, maka akan dianggap sebagai mereka bersedia untuk terus bertaruh.

Sederhananya, Yang Mulia Putra Mahkota, tunggulah sampai bulan delapan tahun depan untuk menerima uangmu!

Awalnya, Chu Xun masih tercengang. Bagaimana mungkin ada urusan penundaan semacam ini? Diam-diam, Mei Qian Deng meliriknya, ia tidak menjawab. Setelahnya, Zhao Mo Ran melihat bagian atas dari bukti itu secara kebetulan, dan menyemburkan bahwa ia berpapasan dengan Mei Qian Deng di rumah judinya malam itu.

"Mengapa kau tidak mengatakannya lebih awal?!" Chu Xun berteriak keras pada Mei Qian Deng.

"Aku masih belum mengatakannya saat aku diusir keluar istana olehmu." Mei Qian Deng tetap tenang, seolah-olah, keadilan memang ada di pihaknya.

Chu Xun benar-benar ingin mengangkat mejanya. Kalau begitu, kau menyalahkanku?

Setelah selingan singkat ini berakhir, tadinya, Mei Qian Deng berencana untuk duduk di kereta kuda yang sama dengan Chu Xun. Namun, hasilnya adalah ia ditendang keluar oleh Chu Xun dan ia merajuk sepanjang perjalanannya.

Di malam hari, pasukan besar itu tiba di suatu desa dan berhenti untuk beristirahat. Zhao Mo Ran mengajak Chu Xun keluar dari kereta kudanya. Orang-orang yang melakukan perjalanan menatapnya berbarengan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa tokoh yang mirip dengan dewa dari kahyangan ini merupakan calon penguasa masa depan. Mereka hanya mengira kalau ia adalah putra bangsawan sekolahan besar jianghu.

What An Audacious And Sly Servant! [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang