2. PENUTURAN KINDA

94 8 0
                                    

Segenap jiwa raga keduabelas nona bidadari diliputi oleh luapan perasaan terpesona, kagum dan haru luar biasa.

Bagaimana tidak?
Saat itu mereka sekalian sedang berdiri di sebuah dataran tinggi dan sekaligus tempat, yang adalah merupakan titik puncak sebuah wilayah yang bisa disebut sebagai surganya dunia.

Sejauh pandangan mata mereka dari barat daya membentang hingga nun jauh sebelah tenggara sana?
Adalah sebuah panorama samudera yang begitu biru mengalahkan warna langit, sungguh menyejukkan mata.
Bahkan pemandangan laut tersebut, jauh lebih mempesona jika dibandingkan saat mereka berada di kota Dermaga Selatan sekalipun.
Sudah begitu masih di lengkapi dengan keberadaan sebuah Laguna yang sangat cantik dengan beberapa batang pohon nyiur yang pucuk dedaunannya bergerak seperti menari tertiup angin laut.
Garis keliling kolam laguna yang terhampar di bawah sebelah selatan sana?
Terlihat demikian jelas.
Warna birunya air Laguna justru lebih terang jika dibandingkan warna samudera, bahkan seperti berkilau terpapar sinar matahari.

Beberapa warna putih kapur, hijau, kuning, bahkan merah menyala yang kemungkinan adalah dari berbagai jenis koral dan rumput laut yang menjadi pembatas antara tepian laguna sebelah selatan dengan warna putih hamparan batu karang disampingnya yang menyembul dari dalam tanah?

Benar-benar menjadi bukti nyata sebuah maha karya agung tak terkira.

Suara desau ombak nun jauh disana yang menghempas pada batu karang dan hembusan angin laut yang menggesek dedauan serta padang rumput dan berbagai pepohonan di sekeliling mereka, ditimpali dengan berbagai suara sayup jenis burung laut?
Membuat keduabelas nona bidadari itu merasa begitu kecil tak berarti.

Tanpa sadar?
Dalam keheningan mereka yang khusuk, karena meresapi segala keindahan panca indera yang sedang mereka hayati dengan sepenuh makna itu?
Pipi mereka telah menjadi basah dan dibiarkan saja meleleh tak diusap.

Yaaa,....

Mereka semua seperti sedang mengulang sebuah perasaan luar biasa yang dirasakan oleh pemuda pujaan hati mereka ketika masih bocah dahulu dan pertama kali diajak ke tempat itu oleh Kakek Harimau Sakti Puncak Salju.

Setelah cukup lama berada dalam kebisuan, mereka dibangunkan oleh sayup-sayup suara geluduk dari arah barat laut sana,..
Dimana nampak bongkahan awan hitam sebesar dua genggaman tangan menggelayut di langit.

"sepertinya,.. kemarau panjang akan segera berakhir adik-adikku sekalian,..."

Demikian Fahira berkata, lebih seperti menggumam.
Seolah sehati, diawali oleh sang adik termuda yang berjalan memimpin.
Mereka bergerak turun ke arah selatan mengikuti sebuah jalan setapak yang terbuat dari berbagai jenis batu alam tersusun rapi dan memang dahulu dibuat oleh Waseso, saat menikmati waktu selama dua tahun bermalas-malasan di tempat itu, tentu setelah dia lebih dahulu menyelesaikan semua ilmu warisan gurunya.

Ketika tiba di sebuah taman bunga yang terletak di samping kolam alam dengan air terjun mininya,..
Dimana pada sekitar kolam dan juga taman tersebut dipenuhi oleh berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan pepohonan buah, terutama yang saat itu sedang berbuah lebat adalah apel merah dan buah jeruk berwarna kuning pekat?
Apalagi mereka menemui berbagai macam kupu-kupu serta capung yang beterbangan, termasuk berbagai jenis burung-burung kecil pengisap madu?
Maka naluri alami mereka sebagai gadis segera muncul seketika.
Tentu saja semuanya segera mengeluarkan suara pekik kegirangan yang begitu renyah ceria, disertai dengan berbagai tingkah kekanak-kanakan.
Termasuk juga ketiga gadis bangsawan.
Mereka yang telah terbiasa dengan keindahan taman istana besar yang selama ini sempat berpikir tak akan ada yang menandingi?
Tetapi ternyata,..
Segala keindahan taman istana masih belum seberapa jika dibandingkan dengan taman ini.

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang