6. DUA TEMAN BARU

66 7 0
                                    

Hari keempat.

Pada saat selesai sarapan, ketika itulah sayup-sayup mereka mendengar lengkingan siulan dari arah perkampungan.

"ahhh,.. rupanya itu paman Landung telah kembali,.."

Maka mereka semua lekas turun dan berkelebat ke arah utara.

Segera saja mereka menjumpai paman Landung, kang Darma dan kang Maman sekalian, sedang menurunkan berbagai barang kebutuhan para nona bidadari.
Dimana ternyata bersama mereka?,..

Juga terdapat paman Kumala dan Wijaya puteranya.

"loh paman Kumala sampai disini?,.."

"iya Tuan Puteri, kami mengikuti petunjuk dari nona Kinda dan tadi malam di kota, kami bertemu dengan saudara Landung sekalian,.."

Memperoleh jawaban tersebut, Shinta mengulas senyum ramah, sementara Kinda segera berkata dan ditujukan kepada semuanya :

"kang Darma sekalian, termasuk bibi dan neng semua,.. kami minta tolong bawakan semua barang ini ke padepokan ya,.. sekaligus aku ingin menunjukkan tempat tinggal kak Eso,.."

Nampak kegairahan ditunjukkan oleh mereka sekalian dan satu persatu, mereka meninggalkan tempat itu.
Tentunya masing-masing orang membawa barang.
Sesampainya di Padepokan Laguna, kesebelas nona sengaja membiarkan Kinda berlaku sebagai pemandu.
Karena setelah mereka menempatkan semua barang di dekat gubuk, para "tamu" tersebut segera mereka hela agar mengikut Kinda.

Kejadian takjub luar biasa pun terulang dan sedang dirasakan oleh rombongan paman Kumala dan paman Landung sekalian, ketika mereka serombongan diajak Kinda berdiri di puncak bukit tertinggi.
Sementara itu kesebelas nona sekalian mulai memilah-milah barang dan peralatan yang telah dibeli, sebagian besar mereka bawa ke bakal atau calon kastil.

Sekitar satu jam kemudian, nampak rombongan wisata keliling mulai berdatangan kembali, namun Wulan yang melihat raut muka mereka sekalian?,..
Apalagi dengan tidak disertai Kinda, dimana dia sudah bisa menebak bertanya dengan mengulas senyum kecil :

"ada apa paman Landung?,.."

"itu loh nona Wulan,.. masak nona Kinda menceburkan diri ke laut dan bergulung-gulung dengan tiga ikan raksasa,.."

Bahkan ditambahi oleh gerakan tubuh isterinya yang bergidik :

"iya non,.. bibi nglihat sendiri,.. Hiiiiii,.."

Tentu saja kesebelas nona terkikik geli dan Widya pun menjawab :

"begitulah adik kami,.. owhya,.. paman Kumala atau kang Wijaya,.. jika ke Kotaraja dan berencana kemari lagi,.. tolong bawakan satu buku koleksi di istana besar ya?,.. sampaikan saja kalau saya yang meminta,.. bukunya tentang binatang laut,.. sampulnya berwarna biru,.."

Shinta juga turut menukas :

"juga sampaikan ke Ayahanda untuk memberikan sepasang rusa muda ya paman Kumala,.."

"baik Tuan Puteri,.."

Setelah itu Sari segera berkata kepada paman Landung sang asistennya :

"paman,.. aku kemarin lupa menitip benih padi,.."

"soal itu,.. nona Sari tidak perlu khawatir,.. saya sudah menyemai bibitnya kok di belakang rumah,.. karena saya juga ingin bercocok tanam di perkampungan,.."

"wahhh,.. bagus itu paman,.. mari aku tunjukkan lokasi yang rencananya akan aku buat sebagai persawahan disini,.."

Maka mereka berdua pergi,..
Namun kang Maman nampak mengekor, sementara Midya dan Widya juga berkata kepada kang Darma :

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang