Saat membuka mata, si gadis korban dikagetkan oleh pertanyaan pendek nona peri yang dalam posisi duduk bersila sambil menatapnya berkata :
"namamu siapa?,.."
"aku bernama Trisna, usiaku duapuluh tiga tahun,.. kalau engkau?,.."
"aku Juwita, duapuluh tiga tahun,.. bulan tujuh,.."
Tanpa ditanya, Trisna yang lebih muda dua bulan dari si nona peri bercerita sambil menitikkan air mata :
"suamiku seorang pendekar,.. murid utama Padepokan Walet Bayangan,.. hikss,.. dia telah dibunuh dan aku diculik kemari oleh pelayan pria iblis tadi,.."
"aku tahu,.."
Juwita si nona peri khayangan menjawab pendek, sambil menatap ke arah luar gua yang masih terlihat gelap gulita disertai beberapa terang kilat yang menyelingi hujan deras.
Entah kenapa, nona peri yang biasanya begitu dingin ingin membagi kisahnya kepada Trisna.
Mungkin dikarenakan dirinya merasa telah dibantu tadi, padahal sebenarnya Juwita-lah yang telah menolong gadis malang bernama Trisna itu.
Maka dengan pelan Juwita menuturkan kisahnya dengan jujur, termasuk tindakan pencuriannya.***
Saat Waseso memasuki kamar sebelah, dia menjumpai isterinya Ni Luh sedang berdiri sambil mendekap sesuatu seperti kain di satu tangan dengan posisi menghadap pintu.
Dengan begitu percaya diri, Waseso menghampiri Ni Luh yang malah mengeluarkan isak kecil dan menubruk dada suaminya serta berbisik lirih :
"aku sungguh bahagia bisa menjadi isterimu kak Eso,.. hiks,.. semoga,.. hiks,.. aku tidak mengecewakanmu,.. hiks,.."
Dengan lembut, kedua tangan Waseso terangkat dan mendekap pundak isterinya itu,..
Namun satu tangannya kemudian mengelus tengkuk isterinya yang kecil dan jenjang, lalu turut berbisik :"aku juga bahagia memiliki dirimu adikku sayang,.. tahukah engkau kapan aku mulai menaruh hati padamu?,.."
Dengan cerdik sang suami mengalihkan perhatian isterinya yang tadi terlihat kurang percaya diri, dimana perasaannya yang halus bisa menebak sebagaimana mendengar perdebatan kesebelas mereka tempo hari.
Lalu kepala isterinya menengadah dan sang suami terpesona melihat wajah sang isteri yang cantik jelita itu yang sedang menatapnya dengan keadaan kedua mata sembab dan sepasang bibir terbuka :
"katakan padaku suamiku,.."
"ketika engkau sambil menangis hendak berlutut, saat pertama kali kita bertemu dengan pengungsi pertama di rumah reyot waktu itu,.. engkau masih ingat kan?,.."
"wkwkwk,.. hiks,.. tetapi waktu itu kan sudah lama,.."
"cuppps,.. ceppps,..."
Waseso sungguh menjadi gemas dan mengecup dua kelopak mata isterinya yang basah dan baru menyadari, kalau air mata terasa agak asin gurih.
"meski sudah lama,.. tetapi aku masih mengingatnya,.."
"terus apa lagi?,.."
"dan aku benar-benar jatuh hati padamu,.. ketika melihatmu sedang memakaikan baju baru buat anak pengungsi yang sehabis mandi sebelum di desa Watubok,.."
"ichhhh,.. kirain semenjak jari kak Eso memeriksa diriku,.."
Sambil berkata, Ni Luh membenamkan wajahnya yang terasa panas ke dada sang suami, mungkin karena merasa malu telah kelepasan bicara.
Tetapi karena gemas, tangan suaminya meraih dagu istrinya dan mendongakkan wajah Ni Luh,..
Sehingga kedua mata mereka bertemu dengan rapat, dimana kedua ujung hidung merekapun bersentuhan :
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
FanfictionSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...