"wuiiihhhh,....engkau sudah sampai disini juga Nder?,.."
Terdengar suara seorang lelaki berjubah ungu bersulam benang merah yang sekaligus datang masuk ikut berkumpul.
"iya lah,.. bagaimana pasukanmu di utara?,.."
Sambil menuangkan ceret ke cangkirnya, si lelaki keempat menjawab :
"lancar,.. maju dari jadwal,.. ini tadi bahkan ketua perak satu menyuruhku masuk kemari,.. katanya menunggu isyarat dahulu,.. padahal aku sendiri sudah tidak sabar,.."
"wahh,.. wahh,.. lha ini,.. satu lagi nich kayak si Bunder,.."
"lahh,.. emang kenapa?,.."
"itu loh Brik,.. baru saja mereka berdua mengolok-olok aku,.. mereka gak percaya kalau nonok itu rasanya berdasarkan kasta, gimana menurutmu Brik?,.."
"lohh,.. memang bener kok,.. yang paling enak tuh ya,.. nonok milik istri pejabat tinggi,.. semakin tinggi jabatannya semakin mantap,.. wuiihhhh,.. gimana gitu,.."
"benar katamu,.. dua orang ini emang setali tiga uang,.. sama-sama keterlaluan bejat,.."
"ahahahaha,.."
"ahahahaha,.. emang bener kok, apalagi jika kita gencet bareng dari depan belakang,.. kalo aku sich memilih lewat belakang,.."
"emang kampret kalian berdua,.."
"ahahahaha,.. mereka belum nyoba kok Brik,.. jadi wajar saja,.. ahahaha,.."
Demikianlah empat orang pimpinan penjahat tersebut mengisi waktu mereka melakukan obrolan, dengan cara pikir dan pengalaman masing-masing yang berbeda.
***
Sementara itu pada waktu bersamaan didalam aula istana besar, semua “undangan” sedang menikmati sajian makan minum dengan kualitas tingkat tinggi.
Meski demikian, perhatian mayoritas mereka sekalian terpecah dan diliputi rasa ingin tahu luar biasa atas beberapa orang sosok yang berada pada altar utama yang merupakan sebuah teras tinggi yang luas dan berjarak lima buah undakan lebih tinggi, alias satu tapakan dibawah dua buah kursi singgasana kekaisaran bersemayam.
Pada altar utama itu, yang biasanya hanya “berhak” diinjak oleh kalangan tertentu atas perintah juga seijin Kaisar?,..Saat itu menampakkan sang penguasa negeri duduk satu meja dengan dua lelaki berjubah ungu dengan sulaman benang emas gambar tapal kuda pada masing-masing lengan kanan mereka.
Yang satu duduk di sebelah kanan kursi Kaisar, satunya disamping kiri.
Keduanya adalah laki-laki tinggi kurus berusia sekitar tujuhpuluhan tahun.
Mereka berdua mencerminkan raut muka begitu dingin terkesan menyeramkan.
Ciri utama yang membedakan keduanya sangat jelas.
Yang satu berpipi sangat cekung, matanya menyorot bengis.
Wajahnya bersih dari cambang ataupun kumis,..
Yang satunya berwajah hitam dan memelihara kumis serta jenggot berwarna putih, sama dengan rambut dikepala.
Keduanya menampakkan kesan acuh alias seperti tidak berlaku hormat terhadap sang Kaisar, yang justru nyata menyiratkan sikap segan meski penguasa tertinggi negeri itu selalu terdengar banyak mengumbar tawa ngakak.
Kedua lelaki menyeramkan tersebut, yang tadi pada saat sang Kaisar menyampaikan sambutan pembuka?,..
Diperkenalkan oleh semua undangan sebagai para pimpinan pasukan pelindung, yang akan membuat negeri mereka mencapai kejayaan tersebut?,..Sambil makan-minum tak pernah sedikitpun menimpali berbagai perkataan sang Kaisar maupun ucapan Jenderal kekaisaran, yang juga ikut duduk satu meja bersama sekitar sepuluh orang laki-laki berjubah ungu dengan tanda sulaman satu strip benang perak gambar tapal kuda,..
Dimana kesepuluhnya, berperilaku kebalikan dengan dua lelaki bersulam benang emas sebelumnya,..
Karena mereka ini malah terlihat makan minum begitu lahap dan selalu mengeluarkan tawa terbahak membahana menanggapi berbagai lelucon tidak lucu yang dikeluarkan oleh sang penguasa negeri maupun si Jenderal, jelas menyiratkan niat agar dianggap sebagai tuan rumah yang ramah serta sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
Fiksi PenggemarSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...