39. KENGERIAN & KEKAGUMAN

44 2 0
                                    

Sekali lagi,..

Shinta juga saudari-saudarinya, paman Tohjaya dan Jenderal Biwara dengan semua ribuan prajurit serta ratusan pendekar pendukung yang ada di bawah mereka hanya bisa menatap tak berdaya, bagaimana tiga buah bola api baru saja terlontar dari atas sebuah kapal.
Dimana yang dua segera menghantam dua buah rumah, sementara yang satu hanya jatuh di jalan.
Namun hasilnya segera membuat kebakaran hebat pada tanaman di sekitarnya.

"semakin kapal mereka bergerak mendekat kemari,.. semakin banyak juga kehancuran yang akan terjadi,.."

Demikian mereka mendengar gumam sang Jenderal, dimana Wulan juga melanjutkan :

"semakin juga kita dipaksa bergerak mundur,.. karena dengan posisi kita disini,.. pastilah berada dalam jarak jangkauan lontaran bola api,.."

"iya benar juga adik Wulan,.."

Widya menjawab pelan sambil menatap matahari yang telah ditelan oleh mendung tebal, namun hanya menghasilkan titik kecil air berupa gerimis ringan.
Waktu itu telah hampir mendekati sore hari, dimana kebakaran tersebut menciptakan bubungan asap tebal keatas dan bergabung dengan awan hitam, kemudian dia melanjutkan :

"setidaknya jika mendung itu menurunkan tetes air hujan,.. dapat membantu pemadaman api,.."

Kemudian terdengar Shinta menggumam pelan :

"itulah cerdiknya musuh,.. pasti mereka memang sengaja menunggu sampai mendung telah lewat, barulah akan menghujani kota ini dengan lontaran bola api yang lebih banyak,.."

Sekali lagi pandangan mata sang Jenderal menatap ke bawah tebing, alias ke arah ribuan anak buahnya yang berada di lereng bawah sana yang menampakkan wajah tegang, tentu saja aura keletihan mereka sangat kental disaksikan.
Selesai bergumam tadi, Shinta mengalihkan pandangannya dan mengikuti arah yang dimaksud oleh salah satu perwira anak buah Jenderal Birawa, dimana pada kalimatnya yang seperti hanya bergumam pelan seolah ditujukan kepada dirinya sendiri.
Adapun yang lain termasuk Jenderal Birawa dan juga paman Tohjaya tentu saja turut menoleh ke arah tenggara dikarenakan mendengar gumam lirih berikut :

"itu yang meluncur sangat cepat diatas permukaan laut dari arah timur itu apa ya?,.."

Tentu saja setelahnya,..
Mereka semua segera tertarik meski tidak bisa memastikan, tetapi hanya mampu menduga-duga saja dalam isi benak.

Inilah yang mereka lihat :

Nampak sebuah bentuk sebesar seekor kumbang pohon kelapa, akibat jaraknya teramat jauh, berwarna putih kontras dengan air laut yang berwarna biru kehijauan.
Dari sana ada sedikit menampakkan kelebatan entah kain atau sesuatu diatas permukaan laut.
Tetapi bentuk itu makin lama dan secara perlahan semakin membesar.

Dan ketika telah terbentuk sebesar seekor burung pipit, barulah keempat nona bidadari lebih cepat mengerti, dikarenakan ilmu mereka lebih tinggi dibandingkan semua orang yang ada disekitar situ.

Kesimpulan awal mereka berempat adalah mengira bahwa itu sebuah perahu?,..
Namun dugaan tersebut terbantahkan, dikarenakan lajunya demikian cepat.
Lalu mereka menyadari bahwa itu adalah sesosok manusia berpakaian putih yang mengeluarkan kelebat kain tadi dan juga,..
Sosok itu berambut panjang karena terlihat berkibar.

Saat itulah terdengar celetuk Wulan yang amat lirih :

"jadi ingat kak Eso kalau sedang berselancar,.."

Degggg,.....

Degggg,.....

Degggg,.....

Mendengar celetukan si kenes?,..

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang