Sesuai dugaan bibi Sukanda, pertemanan dua gadis pendatang dengan Ratih terlihat semakin erat.
Bahkan nona yang disebut terakhir pada hari kedua pindah tidur di tempat tinggal Indira dan Kenanga.
Ketiganya juga memiliki kegemaran sama yang lebih menyukai berkutat membantu baik kepada bibi Sukanda maupun ibu-ibu relawan, dibandingkan bergaul dengan para pemudi pendekar kebanyakan.Pada hari ketiga semenjak Indira dan Kenanga tinggal, waktu itu adalah lepas tengah hari dan ketiganya yang sehabis makan siang berkumpul di luar pagar kota sisi selatan.
Mereka sedang bercakap-cakap dibawah rindangnya pepohonan nyiur tepi pantai, tentang topik yang kemarin sempat dibagikan oleh bibi Sukanda bahwa kedua gadis hendak di pertemukan dengan Waseso yang menurut bibi pada saat itu belum kembali dari luar kota."adik Ratih,.. seperti apa sich kak Eso itu?,.."
"seperti apa yaaa,.. badannya cukup tinggi,.. terus penampilannya sangat sederhana,.. dan ciri khusus,.. dia itu selalu mengenakan sarung melilit pinggang meski sudah mengenakan celana panjang,.."
"wajahnya seperti apa adik Ratih?,.. tampan nggak?,.."
"kalau menurutku wajahnya biasa saja kak Kenanga,.. yaaa kayak pemuda dusun gitu,.. tapi dia itu orangnya sangat menjaga kebersihan tubuh,.. meski pakaiannya buluk, tetapi berbau harum,.. tubuh dan bau mulutnya juga beraroma segar,.."
"emang engkau sudah pernah mencium bibirnya?,.."
Dengan kedua pipi memerah Ratih menukas :
"idihh,.. kak Kenanga nakalll,.. ya enggak lah,.. tapi beberapa kali wajah Ratih pernah berdekatan dengan kak Eso ketika dia melatih aku,.. lagi pula setahuku kak Eso juga tidak pernah menghisap bong,.. jadi bau napasnya segar,.. giginya juga putih bersih,.."
"owh begitu ya,.. kalau wataknya bagaimana adik Ratih?;,,"
Seketika Indira sadar bahwa pertanyaan Kenanga barusan hanya sekedar sambil lalu, toh keduanya telah memperoleh berbagai kisah yang bisa menyimpulkan sendiri jawaban atas pertanyaan tersebut.
Walau begitu Indira turut menyimak perkataan Ratih berikut :"dia itu sangat berbeda dengan pemuda kebanyakan kak,.. setahuku,.. orangnya tuh sangat sopan terhadap siapa saja,.. sifatnya rendah hati,.. tapi suka menyendiri atau bermain dengan anak-anak kecil jika tidak sedang pergi melaut mencari ikan,.."
Dari cara Ratih menyampaikan berbagai informasi tersebut, baik Indira dan Kenanga dengan mudah bisa menyimpulkan bahwa gadis dimaksud begitu memuja sosok yang sedang dia bicarakan.
Walau demikian keduanya yang telah mendengar bagaimana sejarah gadis malang yang cantik jelita itu, dengan sepenuh hati dapat memaklumi hal demikian.
Terjadi jeda keheningan diantara mereka cukup lama, hingga kemudian Ratih terdengar memberi usul :
“kak,.. bagaimana jika kita pergi ke timur untuk mandi di sebuah teluk kecil yang sangat indah?,..”
“boleh,.. apakah engkau sudah pernah kesana adikku?,..”
“belum sich kak Kenanga,.. aku hanya pernah diberitahu oleh kak Mila,.. katanya disana ada muara sungai kecil yang sangat jernih airnya,.. dan pantainyapun juga lebih indah dibandingkan disini,..”
“hmmm,.. bagaimana menurutmu kak Indira?,..”
“boleh,.. semua pekerjaan sementara ini sudah beres,.. lagi pula aku juga merasa gerah,.. mungkin nanti malam hendak turun hujan,..”
“iya nich,.. tumben udara hari ini berasa lebih gerah dari kemarin-kemarin meski sedikit mendung,.. ayuk kita berangkat sekarang?,..”
“kurasa kita perlu mengambil perbekalan mandi,..”
KAMU SEDANG MEMBACA
HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3
Fiksi PenggemarSeri ke III, dari dua sekuel "Pendekar Dibalik Layar I & II" Menuturkan sebagian jawaban perjalanan hidup yang begitu rumit dari seorang pemuda dusun bertampang biasa, namun berwatak mulia dan memperoleh karunia luar biasa, berupa warisan ilmu silat...