49. SEJARAH YANG TERULANG

39 2 0
                                    

Dua minggu lebih empat hari semenjak pertemuan para pendekar, sore itu nampak tuan Mandara yang baru saja pulang sehabis memimpin peronda di luar pagar kota sedang berbincang santai dengan isteri dan puteri bungsunya.
Sekitar limabelas menit kemudian, mantu mereka juga terlihat datang mendekat yang setelah mencium tangan kedua mertua, menghampiri sang isteri dan mencium pipi kanan kiri lalu duduk di kursi :

"bagaimana nak Jaka, apakah sudah mengambil keputusan?,.."

"iya ayah,.. untuk saat ini anak bersedia memimpin mereka, tetapi entah kenapa anak merasa gamang jika nantinya ditunjuk sebagai Kaisar,.. karena menurut anak,.. apabila kita berhasil membujuk adik Waseso,.. pastilah kekaisaran negeri kita akan menjadi hebat kekuasaannya,.. apalagi dia juga adalah orang asli dari negeri kita ini,.."

"nahhh,.. soal itu tidak perlu dirisaukan dahulu nak,.. yang penting saat ini adalah agar semangat para pendekar tidak padam,.. setidaknya engkau mau memimpin mereka untuk memulai pergerakan,.. tentu ibu dan ayahmu ini akan mendukungmu,.. sambil kita bersama-sama memikirkan cara agar nak Waseso nantinya bersedia memegang tampuk pimpinan tertinggi,.."

"yang dikatakan ibumu benar nak Jaka,.. biarlah rakyatmu yang sedikit ini merasa berbesar hati dahulu,.. sehingga mereka bersemangat untuk memulai pergerakan yang tujuannya sangat mulia,.."

"baik ayah dan ibu,.. anak setuju,.."

"apakah pergerakan keluar sudah menampakkan hasil ayah?,.."

"ahahaha,.. sudah Nilam puteriku,.. bahkan atas kecerdikan suamimu ini,.. kita telah berhasil menguasai lima desa yang berjarak duapuluh kilometer lebih dari kota ini, sudah begitu semakin banyak juga pendekar yang selama ini tercerai berai, bergabung bersama dengan kami,.."

"ahhh,.. ayah bisa saja,.. bagaimanapun peran ayah dan semua paman yang memimpin para pasukan pendekarlah yang membuat perjuangan kita ini terasa cepat besar,.. owhya satu lagi,.. dengan kehebatan kak Mila sekarang bersama teman-temannya, semakin membuat pasukan kita begitu kuat,.."

"benarkah demikian ayah?,.. Kak Mila sekarang lebih hebat?,.."

"ya benar,.. ayah sungguh tidak mengira, kakakmu bisa sesakti itu,.. kemarin dia dan kawannya turut melakukan perondaan,.. disanalah ayah melihat langsung kehebatannya,.. bahkan sepertinya,.. tenaga dalam kakakmu sekarang sudah satu atau malah dua tingkat diatas ayah,.."

"wuihhhh,.. kok bisa sich ayah?,.. bukankah untuk menghimpun tenaga dalam seperti itu butuh puluhan tahun?,.."

"benar,.. tetapi keajaiban itu datang melalui nak Waseso, itulah yang membuat kakakmu dan teman-temannya menjadi begitu hebat,.. nah itu dia datang,.."

Gadis yang dimaksud menampakkan batang hidung dan sedang berjalan santai dengan bergandengan tangan bersama Ningrum.
Sesampainya di teras tersebut, kedua gadis yang sama-sama cantik jelita dan sangat jelas menampakkan raut wajah berseri itu langsung menyapa mereka sekalian, termasuk memeluk serta mencium pipi kedua orang tua.
Setelah kedua gadis itu duduk, sang ayah langsung berucap kepada Mila :

“puteriku,.. apakah engkau masih sering bertemu dengan nak Waseso?,..”

“iya ayah,.. kak Eso masih sering mendampingi kami dalam berlatih,..”

Mendengar jawaban sang kakak ipar juga menangkap pertanyaan ayah mertuanya tadi, Jaka yang sambil mengulas senyum turut berkata menambahi :

“nahhh,.. jadi begini kak Mila,.. apakah engkau dan teman-teman kakak,.. bisa membantu kami sekalian untuk kiranya turut membujuk adik Waseso agar bersedia menjadi pemimpin kita semua dalam upaya membangun kembali negeri kita ini?,..”

“maksud adik Jaka?,..”

Maka sang adik ipar menyampaikan hasil pertemuan para pendekar beberapa hari yang lalu dimana ayah dan ibu mertuanya turut melengkapi dalam memberikan penjelasan.
Setelah mendengar semua uraian tersebut, nampak kedua gadis hanya saling tatap dan masing-masing membatin yang isinya kurang lebih sama :

HASRAT BIDADARI - Pendekar Dibalik Layar 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang